35. She Is Gone

235 33 12
                                    


Hinata berjalan gontai. Kedua kaki~nya seolah tidak mempunyai cukup kekuatan untuk menopang tubuh~nya yang sudah lemah. Hinata mengusap perut~nya perlahan. Memberi kekuatan pada yang ada di dalam sana.
'Kita akan bisa melalui ini, sayang!'
Desisnya dalam hati.

Hinata memanggil taksi dengan wajah~nya yang pucat. Setelah taksi berhenti. Dia masuk kedalam sana seraya mendesah lelah. Sang supir melihat keadaan Hinata yang terlihat tidak baik-baik saja. Wajahnya terlalu pucat untuk seorang yang bisa berlalu lalang di ruang umum.

"Kita akan kemana Nona? Kau terlihat lelah? Apa kau baik-baik saja? Apa kita akan ke rumah sakit?" Tanya sang supir dengan wajah khawatir.

Hinata menghembus nafas dalam seraya memejamkan mata~nya. Mencoba mengatur perasaan~nya saat ini. Membuat semua terlihat seolah baik-baik saja. Beberapa saat kemudian dia tersenyum singkat.

"Tidak! Aku baik-baik saja Tuan. Kita tidak akan ke rumah sakit!" Sahut Hinata yakin.

°°°

Hinata mendatangi rumah Sakura siang ini. Meski gadis itu tidak ada di rumah~nya. Hinata meminta sang ibu untuk menyampaikan pesan singkat pada Sakura bahwa dia ingin bertemu dengan gadis itu di suatu tempat. Yang sudah dia sebutkan sebelum~nya. Dan dia tidak membawa ponsel~nya.

Dia tidak bisa menghubungi siapapun saat ini. Hinata juga meminta ibu gadis itu untuk menyampaikan pada Sakura. Bahwa, untuk saat ini, Sakura tidak boleh menghubungi nomor ponsel~nya yang telah di ambil oleh Naruto.

Hinata tidak ingin pria itu mendapatkan informasi apapun tentang keberadaan~nya. Jika dia mendapatkan~nya. Dia pasti tidak akan melepaskan Hinata lagi. Dia bisa semakin bertindak gila karena Hinata kembali melarikan diri kali ini.

Dia menggeleng sarkas membayangkan apa yang akan terjadi jika pria itu berhasil mendapatkan~nya. Hinata tahu, biar bagaimanapun Naruto suami sah~nya. Namun, dia juga tidak bisa menahan perasaan~nya. Jika memang pria itu hanya terobsesi pada~nya atas dasar dendam masa lalu. Maka, dia akan dengan sukarela pergi dari Naruto.

Dia ingat, selama mereka bersama. Tidak sekalipun pria itu mengungkapkan perasaan~nya atau mengucapkan kata-kata cinta. Hinata terus memaki diri~nya sendiri dalam hati.
Beraninya dia, telah jatuh cinta pada pria yang bahkan tidak pernah mengungkapkan cinta pada~nya sekalipun!

Hinata menatap ruang kosong di depan~nya dengan seribu pikiran bercabang di dalam kepala~nya yang kecil. Semua pikiran buruk itu melukai hati dan perasaan~nya. Jika memang ini cinta satu sisi yang dia rasakan. Seharus~nya dia telah menyerah demi harga diri~nya sebagai seorang perempuan dewasa.

Seharus~nya dia tidak memaksakan semua hingga dia sampai ke sini. Bagaimana bisa dia menjalani semua jika suami yang dia cintai bahkan tidak bisa lepas dari masa lalu~nya.

Hinata mendesah lelah. Dia mengasihani diri~nya sendiri dengan apa yang sudah terjadi.

"Brukk!"
Seseorang menubruk tubuh~nya dari belakang. Memeluk~nya dan menyampirkan dagu~nya di bahu Hinata. Dia tercekat, hampir saja jantung~nya melompat dari tempat~nya saat ini. Dia tengah melamun dan membayangkan hal-hal yang terjadi di luar kendali~nya.

Hinata mendesah tenang setelah dia melihat siapa yang tersenyum lebar di atas bahu~nya. Sang sahabat, Sakura. Tengah memperlihatkan barisan gigi~nya yang rapih.
"Haii!" Sapa Gadis itu seraya mencubit sebelah pipi Hinata.

Cinderella N' Four Knights[END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang