"Gue persembahkan sesuatu yang spesial, teruntuk lo makhluk spesial yang spesialnya melebihi martabak"
~Melvin Edgar
Sebuah kafe dengan warna cat, cokelat tua-cokelat muda yang dipadukan dengan nuansa klasik yang menambahbkesan estetik dan nyaman untuk dipandang dan ditempati.
Dimeja berbentuk lingkaran yang berada di pojok ruangan itu duduk seorang gadis dengan style baju berwarna hitam dimulai dari celana hitamnya, kaos putih yang terbalut jaket levis hitam, jilbab pasmina berwarna hitam, dan tak lupa dengan kamera hitam favorit nya.
Dengan lincah jemari lentik itu, memotret objek yang berada didepannya. Alunan lagu "Love is Gone" milik Dylan Matthew mengalun indah memenuhi ruangan, yang dibawakan oleh seorang laki-laki yang berada di panggung kecil ditengah ruangan yang menjadi pusat perhatian para pengunjung kafe itu.
Dengan sepatu vans putihnya, hoodie abu-abu ditambah dengan penampilan memukau pada setiap petikan gitar yang ia mainkan.
"Terimakasih semuanya...tadi adalah lagu terakhir yang saya persembahkan, selamat bertemu kembali dan sampai jumpa" Laki-laki itu melambaikan tangan kepada para penonton tanda akan pamit untuk undur diri.
"Hai, udah lama ya?" Laki-laki itu menghampiri seorang perempuan yang duduk di meja pojok ruangan.
"Lumayanlah..." jawab perempuan itu santai.
"Mau ditraktir apa nih?" tanyanya dengan senyuman.
"Coffe latte juga nggak nolak kok" perempuan itu tertawa di akhir kalimatnya.
"Ini nih, si pecinta coffe latte. Oke deh gue pesenin dulu" perempuan itu kembali duduk setelah melihat laki-laki itu berjalan pergi untuk memesankan minuman untuknya.
"Tumben Na, lo dibolehin keluar malem?" tanya Melvin setelah kembali dari memesankan minuman untuk Firna.
"Gue aja ni mohon-mohon Vin, sama Saga buat diizinin. Gue bilang kalok gue udah ada janji sama lo, buat nemenin lo tampil ya... walaupun agak telat, cuman bisa nikmatin lagu terakhir lo hehe" jawab Firna sambil melihat-lihat hasil fotonya tadi.
"Ya, nggak papa kok. Gue udah seneng banget lo bisa dateng kesini, sorry kalok gara-gara gue lo harus debat dulu sama Saga" ucap Melvin yang merasa sedikit bersalah.
"Sans!" jawab Firna dengan mengacungkan ibu jarinya.
Dua cangkir coffe latte telah tersaji diatas meja berbentuk lingkaran berwarna cokelat tua itu. Melvin dan Firna tengah menikmati waktu bersama dengan saling bertukar cerita dan melempar gas elpiji eh salah! melempar candaaan maksudnya, tak lupa sesekali mereka menyeruput coffe latte panas yang uap putihnya masih mengepul itu, sungguh sangat nikmat diminum dicuaca dingin seperti malam ini.
"Yok pulang, gue anter" Melvin bangkit dari duduknya.
"Yok!" Firna mengambil kameranya diatas meja lalu bergegas menyusul langkah Melvin keluar dari kafe setelah membayar pesanan mereka.
"Nih, buat lo" kata Firna dengan menyerahkan satu buku kecil, berisikan lirik-lirik lagu baru 2023, Melvin menerima buku itu setelah memakai helm full facenya.
"Thank's" Melvin mengangkat buku kecil itu ke udara lalu menyimpannya ditas.
"Oke" Firna menaiki motor sport hitamnya lalu memakai helm full facenya.
Suara deruman motor membelah jalanan malam yang sepi, jalanan nampak lengang hanya ada satu, dua motor yang berlalu- lalang. Firna memberhentikan motornya diperempatan jalan membuat Melvin yang berada di sampingnya juga ikut memberhentikan motornya.
KAMU SEDANG MEMBACA
"𝐃𝐢𝐚 𝐓𝐚𝐤𝐝𝐢𝐫 𝐒𝐞𝐦𝐞𝐬𝐭𝐚"
Teen FictionBagiku... dia adalah sosok sederhana yang tak pandai merangkai kata, tapi jika ditanya bagaimana caramu untuk mencintai? maka ia akan dengan tegas menjawab "𝐚𝐤𝐮 𝐢𝐧𝐠𝐢𝐧 𝐦𝐞𝐧𝐜𝐢𝐧𝐭𝐚𝐢𝐦𝐮 𝐬𝐞𝐩𝐞𝐫𝐭𝐢 𝐬𝐞𝐨𝐫𝐚𝐧𝐠 𝐩𝐞𝐥𝐮𝐤𝐢𝐬 𝐲𝐚...