"Ingin mencintai tanpa melukai, ingin dicintai tanpa dilukai"
~Firna Aurora Kaluna
That's your my destiny...
What if we rewrite the stars?
Say you were made to be mineLagu Rewrite The Stars milik James Arthur mengalun indah, yang hanya bisa didengar oleh Firna, kenapa bisa gitu? Ya karena Firna dengerinnya pakek headset.
"Assalamu'alaikum, wahai penghuni goa" ucap Firna seraya membuka pintu utama rumahnya.
"Gini amat hidup gue, bokap-nyokap pergi, mana di tinggal sama 2 munyuk jadi-jadian" kata Firna seraya meletakkan helm dan kunci motornya diatas meja ruang tamu.
"What if we rewrite the stars? May be the world could be ours, tonight... " Firna mengikuti lirik lagu yang didengarnya sambil sesekali menggangguk-anggukkan kepalanya tanda ia menikmati lagunya.
Pyar!
Firna segera melepas headset yang dipakainya lalu kembali memastikan suara yang baru saja didengarnya.
Brak!
Terdengar suara keras yang berasal dari lantai 2 kamar Agam.
Pyar!
Lagi dan lagi suara itu berasal dari kamar Agam membuat kecemasan Firna bertambah.
"Kak Agam" Panggil Firna seraya menaiki satu persatu anak tangga menuju kamar Agam.
Ceklek!
Firna memberanikan diri membuka handle pintu kamar Agam.
"Astaghfirullah!" Firna langsung berlari menghampiri Agam yang akan melukai tangannya menggunakan serpihan kaca.
Pyar!
Serpihan kaca itu jatuh lalu terpecah dilantai kala Firna menghempaskan nya dari tangan Agam membuat serpihan kaca itu tidak jadi mengenai permukaan kulit Agam.
"Kak! lo ngapain?" tanya Firna saat melihat sekeliling kamar Agam yang sudah berantakan, banyak serpihan kaca di mana-mana, single sofa besar terbalik disudut ruangan, banyak figura foto yang sudah jatuh ke lantai dan sebagian kacanya sudah pecah, buku bertebaran sudah tidak ditempatnya lagi, spray, kasur, bantal, dan guling jatuh dari tempatnya, dan lantai yang awalnya putih bersih kini, sudah di penuhi darah dari tangan, bibir, dan pelipis Agam yang sembari tadi sudah banyak mengeluarkan darah.
"Zea! Zea! Zea!" berulang kali Agam menyebutkan nama Zea dengan kedua tangan mengacak rambutnya frustasi.
"Na, Zea! gue bodoh Na! Argh.... " Agam melempar kaca disampingnya hingga terbentur ke dinding lalu ia berdiri dan memukul kaca jendela menggunakan tongkat baseball nya.
Pyar! Pyar! Pyar! Dark!
Kaca jendela sudah berlubang dan sebagian kacanya mengenai tangan Firna tapi itu tidak masalah, itu hanya luka kecil yang bisa diobati.
"Kak, stop!" teriak Firna yang sepertinya tidak didengar oleh Agam, ia terus memukuli kaca jendela dengan Firna yang menahannya dari belakang.
"Zeaaa... ! Zeaaa... ! Argh!" Agam dengan brutal memukul segala benda didepannya menggunakan tongkat baseball ditangannya hingga...
Dug!.
tanpa sengaja tongkat baseball itu mengenai kepala Firna.
"Aw!" Firna meringis kala merasakan rasa sakit yang menjalar dikepalanya, dengan kaki tertatih ia mundur ke belakang, melepaskan genggamannya dari lengan Agam.
Pandangannya mulai kabur dan dalam sepersekian detik semuanya berubah menjadi gelap, namun sebelum itu ia seperti mendengar seseorang memanggil namanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
"𝐃𝐢𝐚 𝐓𝐚𝐤𝐝𝐢𝐫 𝐒𝐞𝐦𝐞𝐬𝐭𝐚"
Teen FictionBagiku... dia adalah sosok sederhana yang tak pandai merangkai kata, tapi jika ditanya bagaimana caramu untuk mencintai? maka ia akan dengan tegas menjawab "𝐚𝐤𝐮 𝐢𝐧𝐠𝐢𝐧 𝐦𝐞𝐧𝐜𝐢𝐧𝐭𝐚𝐢𝐦𝐮 𝐬𝐞𝐩𝐞𝐫𝐭𝐢 𝐬𝐞𝐨𝐫𝐚𝐧𝐠 𝐩𝐞𝐥𝐮𝐤𝐢𝐬 𝐲𝐚...