"Manusia begitu mahir melukis topengnya tanpa cacat, bagai malaikat yang tak akan pernah berlaku jahat"
~Firna Aurora Kaluna
Di kesunyian malam yang sepi dengan ditemani gerimis yang membuat hawa dingin menyeruak memenuhi segala tempat.
Genangan-ganangan air keruh tercipta seiiring dengan air hujan yang tak hentinya menetes, pemilik toko-toko kecil dipinggiran jalan sudah lama tutup, memilih untuk berdiam dalam rumah menghangatkan diri.
Seorang gadis dengan rambut panjang terikat satu itu, kini tengah berjalan kesusahan dengan satu kantong besar berisi belanja bulanannya.
Jalannya yang terseok-seok tidak ia pedulikan, yang terpenting ia segera pulang sampai kerumah lalu membersihkan badan yang basah kerena air hujan.
Langkah kakinya membelok di sebuah gang kecil yang akan mengantarkannya ke sebuah apartemen tempat ia tinggal. Kurang 1 belokkan diujung sana maka ia akan keluar dari gang sempit ini dan menemukan bangunan besar tempat ia tinggal.
Remang-remang dikegelapan malam, Vera menyipitkan matanya untuk fokus melihat apa yang terjadi didepan sana, ia memilih bersembunyi dibalik mobil yang hitam yang terparkir dan kemudian mulai mengintip lagi.
Vera membelalakan matanya saat kedua matanya melihat hal yang sangat keji dihadapannya itu, ia semakin mengeratkan genggaman nya pada kantong belanjaannya dan menutup rapat mulutnya agar tidak mengeluarkan suara.
Tampak 2 orang laki-laki dengan keadaan yang jauh dari kata baik-baik saja, salah 1 orang sudah terkapar di jalanan dengan kepala yang mengeluarkan darah dan yang satunya masih terduduk dengan keadaan yang lemah dan pucat pasi karena sebuah pisau yang sudah menancap diperutnya membuat darah segar keluar mengotori kaos putihnya.
Namun, bukan hal itu yang membuat Vera takut dan tak berkutik ditempat nya, mungkin dengan sisa keberaniannya Vera bisa saja segera menelfon ambulan dan menyelamatkan ke dua orang itu, tapi sepertinya takdir baik belum berpihak pada dirinya saat ini.
Karena didepan 2 korban tersebut ada seorang laki-laki berjaket hitam yang tengah bersimpuh di hadapan laki-laki yang tertusuk tadi dengan tangan yang masih memegang pisaunya.
Sudah dipastikan penyebab 2 orang itu yang kini hampir sekarat adalah laki-laki berjaket hitam itu, apa yang ia lakukan? apa ia belum puas menghabisi laki-laki yang sudah terkapar dijalanan itu?
Vera menggigit bibir bawahnya untuk menahan isakannya, saat matanya kini beralih menatap salah 1 korban yang sudah terkapar tak sadarkan diri itu, sementara salah 1 korban yang masih sadar kini tengah ditusuk perutnya oleh sosok berjaket hitam itu.
"Iblis" gumam Vera penuh emosi dengan wajahnya yang sudah dibanjiri oleh air mata.
"Akh!" jerit laki-laki yang tertusuk pisau itu dengan keras, lalu dari kejauhan Vera bisa melihat bahwa laki-laki yang menjerit kesakitan itu memaki pada sang penusuk dan dibalas tawa oleh laki-laki berjaket hitam itu.
Vera semakin erat membekap mulutnya saat melihat hal itu, bagaimana bisa ia menyaksikan pembunuhan didepan mata kepalanya sendiri?
Vera menggelengkan kepalanya ribut untuk menghilangkan pikiran-pikiran negatif yang berseliweran dikepalanya, tidak! ia harus tetap berpikir tenang dan segera menyari bantuan, orang itu bisa mati karena kehabisan darah.
"Akh! sakit!" terdengar jeritan menyakitkan itu lagi yang langsung membuat Vera menjatuhkan barang belanjaanya untuk menutup kedua telinganya agar tak mendengar suara yang menyakitkan itu lagi.
Dengan tubuh gemetar dan lemas, Vera langsung mengambil langkah menuju salah 1 tongkrongan kecil yang masih buka, terbukti dengan lampu yang masih menyala dan pintu yang sedikit terbuka.
KAMU SEDANG MEMBACA
"𝐃𝐢𝐚 𝐓𝐚𝐤𝐝𝐢𝐫 𝐒𝐞𝐦𝐞𝐬𝐭𝐚"
Teen FictionBagiku... dia adalah sosok sederhana yang tak pandai merangkai kata, tapi jika ditanya bagaimana caramu untuk mencintai? maka ia akan dengan tegas menjawab "𝐚𝐤𝐮 𝐢𝐧𝐠𝐢𝐧 𝐦𝐞𝐧𝐜𝐢𝐧𝐭𝐚𝐢𝐦𝐮 𝐬𝐞𝐩𝐞𝐫𝐭𝐢 𝐬𝐞𝐨𝐫𝐚𝐧𝐠 𝐩𝐞𝐥𝐮𝐤𝐢𝐬 𝐲𝐚...