"Kebanyakan dari orang-orang sekarang itu, lebih mengedepankan melihat menggunakan mata dari pada hati"
~Firna Aurora Kaluna.
Ration High School tampak ramai pagi ini, dengan semburat cerah sinar matahari dilangit dengan kicauan burung-burung yang terbang kesana kemari menambah kesan hidup pada bangunan gagah yang menjulang tinggi itu.
"Gue nggak tau, kalok ternyata Ration secakep ini" kata Samudra seraya mengarahkan henfonnya pada salah 1 bangunan.
Cekrek!
"Gue jadi takut" imbuhnya.
"Kenapa?" tanya Kafa.
"Gue takut kalok nanti lulus, gue jadi kangen sama RHS tercinta ini" jawabnya.
"Ya udah, nggak usah naik kelas" ketus Afan sambil melemparkan kulit permen milik Firna ke atas kepala Samudra, yang membuatnya melototkan mata.
"Kau tau Tuan Fredicksen?" seluruh inti Surga dunia menatap kearah Fizo kecuali Melvin dan Firna yang sedang fokus mendegarkan lagu.
"Ternyata alam liar tidak seperti yang ku kira" lanjut Zafran.
"Oh ya? lalu?" kata Afan ikut menimpali.
"Ini sedikit liar, maksudku... dibuku kelihatannya tidak seperti ini" kata Firna namun, fokusnya masih pada Melvin yang tengah memperlihatkan sesuatu pada henfonnya.
"Kau harus membiasakan diri" kata Melvin pada akhirnya.
"Benar, bagaimana pun nantinya... entah kita bakal bareng lagi atau nggak, akan ketemu lagi atau nggak, akan masih diingat atau nggak, kita harus bisa membiasakan diri" kata Afan menatap satu persatu sahabatnya, yang dibalas anggukan kepala oleh mereka semua.
"Hei... yang itu seperti kura-kura" kata Fizo melanjutkan parodi film up nya, karena melihat suasana yang menjadi semakin mellow seraya menunjuk ke sembarang arah.
"Coba lihat yang itu, itu seperti anjing" kata Zafran sambil menunjuk ke arah Vita sang bendahara kelas dengan jari telunjuknya.
"Ow waa... memang anjing!" kata Zafran ketika wajah tampannya dipukul dengan keras oleh Vita menggunakan tasnya.
"Lo yang anjing!" balas Vita lalu berjalan masuk kedalam kelas bersamaan dengan mereka yang menahan tawa, sementara Zafran yang masih meringis kesakitan.
"Yok, masuk" ajak Afan berjalan terlebih dulu yang kemudian disusul oleh mereka semua.
"Habis ini pasti bakal ambil raport, soalnya kita abis ujian tengah semester" kata Samudra lalu meletakkan henfonnya diatas meja, kemudian menghadap ke arah Kafa.
"Dan lo... mau nyewa tambal ban, kang bakso, apa tukang gali kuburan buat ambil raport lo?" tanya Samudra pada Kafa yang masih sibuk menulis sesuatu dibukunya.
"Nggak ada pertanyaan laen apa?" kata Zafran yang melihat perubahan raut wajah Kafa.
"Kenapa lo nggak pernah nyuruh om lo aja buat ngambil raport? setau gue Om Andra selalu baik sama lo, gue kira malah Om Andra itu bokap lo dulu" sambung Afan.
"Hm, Om Andra emang baik banget buat gue, tapi dia sibuk... gue nggak mau ngganggu" balas Kafa.
"Tenang... Pakde Muslih nganggur kok" kata Fizo memberi saran, karena memang pemilik Wali-Warung Kali itu selalu siap sedia bagi mereka jika membutuhkan bantuan.
"Hm, makasih" jawab Kafa.
Waktu pembelajaran pun dimulai, hampir sekitar 4 jam kemudian, hingga jam istirahat datang.
KAMU SEDANG MEMBACA
"𝐃𝐢𝐚 𝐓𝐚𝐤𝐝𝐢𝐫 𝐒𝐞𝐦𝐞𝐬𝐭𝐚"
Teen FictionBagiku... dia adalah sosok sederhana yang tak pandai merangkai kata, tapi jika ditanya bagaimana caramu untuk mencintai? maka ia akan dengan tegas menjawab "𝐚𝐤𝐮 𝐢𝐧𝐠𝐢𝐧 𝐦𝐞𝐧𝐜𝐢𝐧𝐭𝐚𝐢𝐦𝐮 𝐬𝐞𝐩𝐞𝐫𝐭𝐢 𝐬𝐞𝐨𝐫𝐚𝐧𝐠 𝐩𝐞𝐥𝐮𝐤𝐢𝐬 𝐲𝐚...