9

1K 41 0
                                    

•••••

Setelah Via berganti pakaian,mereka segera keluar dari apartemen.
Reva bejalan bersisian sambil merangkul Rama.

Sementara di belakang nya,Via bersisian dengan Abra .Mereka memasuki lift menuju lantai bawah.

Dibelakang Abra dan Via saat berada di dalam lift,Reva tersenyum senang sambil bertatapan dengan Rama.Membuat Rama tersenyum gemas dan mengusap kepala Reva.
"Pacar siapa sih ini? Pinter banget hmm..."

"Pacar nya cowok ganteng dong.."seringai Reva.

Rama mendengus mendengar nya,membuat nya teringat masa SMA dulu ketika Reva sering mengoleksi pria-pria tampan di laptop nya.
"Kamu yang ganteng sayang..." Bisikan lembut itu membuat Rama tersenyum tertahan.

Via menatap bayangan dirinya pada pintu lift.Melirik bayangan Abra di sebelah nya dan segera mengalihkan pandangannya saat melihat Abra tengah menatap ke arah nya dalam bayangan pintu lift.

Sebuah tangan kekar tampak terkepal dan ingin mendekat pada tangan lentik di sampingnya.Namun dia ragu dan mengurungkan niatnya.

Membuat pasangan Reva dan Rama terkikik geli di belakang mereka.

Pintu lift terbuka,mereka segera keluar.Reva dan Via menunggu di depan Loby apartemen,selagi Abra dan Rama mengambil motor mereka.

"Lo sengaja kan?" Via menatap tajam punggung Reva yang berada di depan nya.

"Gue enggak" Tanpa berbalik,Reva membalas dengan tubuh kaku.

"Jujur aja,Lo udah kasih tau Abra kan soal gue.Makanya dia liatin gue terus,dia pasti tau sesuatu" Tebak Via.

Reva termangu,tidak berani berbalik dan menatap Via di belakang nya.Tapi untungnya ketegangan itu terpecahkan begitu dua motor besar berdiri di depan mereka.
"Ayo beb" Ajak Rama.Dengan segera Reva menaiki motor Rama.

Tiga pasang mata menatap ke arah Via yang terdiam menatap motor Abra.
"Via ayo...kamu naik motor Abra"

Seruan Reva menyadarkan nya.Via segera berjalan mendekat,berdiri disamping motor Abra dan berusaha untuk naik.Namun dia sedikit kesusahan.Membuatnya merasa Dejavu dengan situasi ini.

Apalagi ketika Abra memberikan tangannya sebagai pegangan.Via terdiam menatap tangan Abra di depannya, benar-benar situasi yang pernah dia hadapi dulu ketika mereka masih SMA.

"Ehm,ayo naik" Via tersentak.Secara refleks langsung menatap mata Abra,detik berikutnya Via segera mengalihkan pandangannya dan menerima tangan Abra sebagai pegangan.

"Maaf...tapi apa pak isyraf gak kesusahan bawa motor? Bapak kan..." Via melirik ke arah perut Abra sekilas.

Abra mendengus.
"Tenang,saya akan menjaga kamu.Meskipun gendut, kekuatan saya masih sama seperti dulu"

Via tersentak,namun segera menstabilkan ekspresi nya dan segera naik ke atas motor Abra.
"Pakai helm nya"

Via menerima helm yang di berikan Abra dan memakai nya.
Lalu mereka segera berangkat.

....

Mereka sampai di sebuah Mall di pusat kota.Tapi beberapa hal membuat Via harus menahan kekesalannya.

Reva terus menempel dengan Rama dan mengacuhkannya.Alhasil Via harus berjalan bersisian dengan Abra dalam suasana yang canggung.

Di depan mereka, pasangan Rama dan Reva tampak serasi bak perangko yang tak terpisahkan.Via hanya bisa menghela nafas sabar dengan kecanggungan yang terjadi.

"Coba kesana"

Via mengalihkan pandangan pada Abra yang tiba-tiba bersuara sambil menunjuk sebuah toko.

"Ya udah,Lo sama Abra aja Vi.Gue sama Rama mau kesana dulu ya,entar kalau udah beres kita ketemu di Cafe lantai dua" Tiba-tiba suara Reva menyela.Dengan seenak udelnya,Reva berbalik pergi dengan senyuman yang merekah di bibir pasangan Rama dan Reva.

"Nikmati waktu kalian.." Suara Rama.

Via ingin menyela tapi tidak sempat,karena Reva langsung meninggalkan nya.
"Ayo" Ajakan Abra membuat Via mengikutinya dengan terpaksa.

Via mencoba menjaga jarak dengan berjalan di belakang.Begitu mereka memasuki salah satu butik yang ternyata khusus perempuan,membuat nya menatap Abra dengan heran.

"Kamu dulu yang nyari, setelah itu giliran aku yang nyari"

Via mengangguk,lalu melihat-lihat gaun yang sekiranya akan dia pakai pada pernikahan Bayu dan Lily.

Dari sepatu,tas dan berbagai gaun pesta terpajang dengan cantik dan rapih.Hingga tatapannya jatuh pada gaun berwarna putih dengan hiasan mewah yang sangat cantik.Via segera memberi tahu pada pegawainya.
"Saya mau ini,tolong ya.Sama sepatu nya yang ini"

"Baik,ada lagi? Apa mau di coba dulu?"

"Tidak usah, langsung bayar saja"

Di belakangnya,Abra memperhatikan setiap gerakan Via.Ketika akan membayar,Abra segera memberikan kartu debitnya.
"Anggap saja kado dari saya,jangan menolak" Sela Abra ketika Via membuka bibirnya untuk protes.

"Tapi.."

"Pakai di pernikahan nanti" Abra memberikan tas belanjaan pada Via.

Lalu berbalik dan meninggalkan Via yang termenung.
"Dia pasti tau..."gumam Via, menatap punggung Abra yang menjauh.

Menghela nafas kasar.Dengan jantung yang berdebar,Via keluar dari butik dan langsung bersitatap dengan Abra yang tengah menunggu nya.

"Ayo,mau sekalian ke toko perhiasan atau ke salon dulu?" Tanya Abra dengan tenang, tatapannya tidak lepas menatap manik mata Via yang bergerak menatap ke arah lain.

"Tidak perlu,aku sudah punya.Buat kamu...aja,giliran kamu yang nyari" Via dengan sengaja menggunakan panggilan aku-kamu untuk melihat reaksi Abra.

Dan seperti yang dia duga,Abra tersentak sesaat sebelum menetralkan ekspresi wajahnya.
"Baiklah...kita masuk butik yang berada di lantai 4,itu toko langganan saya"

Via mengangguk dan mereka berjalan menuju eskalator.Via naik satu tangga di depan,dengan Abra di belakangnya.Via tertunduk dengan pikiran yang berkecamuk.

Mereka memasuki butik pria dan Abra segera memilih.
"Via...tolong pilihkan" Suara Abra membuat Via dengan terpaksa mendekat.

"Kemeja biru bagus"

"Baik,kalau begitu saya mau yang ini"

Abra segera membayar  ke kasir tanpa berfikir panjang.

Di belakangnya,Via mengepalkan sebelah tangan nya.
"Dia pasti tau sesuatu,atau dia udah tau siapa aku kan?"

.....

"Bagaimana? Kalian sudah membeli baju yang cocok buat pernikahan Bayu nanti?" Tanya Reva.

Mereka kini berada di salah satu cafe yang berada di mall,di lantai dua.

Via mengangguk dengan malas,melirik Abra yang duduk di samping Rama dan mengalihkan pandangannya ke arah ke arah jendela di samping nya.

Reva tersenyum kecil memperhatikan sikap Via.
"Kalian sudah membeli hadiah juga"

Teringat sesuatu,Via hanya bisa menghela nafas kasar saat mengingat jika diri nya melupakan hadiah pernikahan untuk pasangan Bayu dan Lily.
"Lupa,entar sebelum pulang gue mampir ke salah satu dulu aja"

Reva mengangguk dan mengalihkan pandangannya pada Abra.
"Lo juga Ab?"

"Hm"

Seketika senyuman Reva merekah.
"Kalau gitu,kalian cari saja bersama.Via...Lo juga kan gak bawa kendaraan,jadi kalian barengan lagi aja"

Via tersentak dan langsung bersitatap dengan sepasang mata yang mengunci manik nya.Membuatnya terdiam kaku dan tak bisa mengalihkan pandangan nya untuk beberapa saat.



......











Gendut? No,im Slime { Season 2 GBCK)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang