J A M E S 2

25 15 3
                                    

SELAMAT MEMBACA

♥♥♥

   sepanjang istirahat pertama, Raya tidak berani untuk keluar kelas karena takut James akan memberikan pelajaran untuknya atau melihat reaksi siswa-siswi lain yang melihat aksi konyolnya tadi pagi. Alhasil dia kelaparan sekarang, ditambah ulang mendadak dari guru fisikanya sangat menguras otak.

Raya mencolek paha Sinta, berniat untuk mencontek, namun dehaman dari guru killer nya mengurungkan niat Raya. Ternyata perut yang lapar juga berpengaruh terhadap jalannya otak, padahal Raya sudah mempelajari materinya semalam tetapi tidak ada yang dimengerti olehnya.

"Kerjakan dengan benar, yang dibawah KKM langsung remidial." Ujar Bu Anis dengan suara sinis nya yang khas. Raya menggaruk kepalanya, kalau sampai remidi istirahat kedua bakalan terlewat lagi.

Ia melirik Sinta yang terlihat kesulitan juga. Mampus, kalau Sinta remidi juga, Raya gak bisa nitip jajanan kantin. Raya menyesal karena menolak tawaran Sinta tadi karena sok kuat menahan lapar.

"Lima menit lagi." Raya kelabakan, buru-buru dia mengisi lembar jawaban, entah remidi atau tidak Raya sudah tidak peduli lagi. Dia sangat kelaparan sekarang.

  Ini semua karena si gila James!

Seperti yang diduga, Raya harus remidi lagi. Dia menatap sedih kearah Sinta yang berhasil mendapatkan nilai di atas KKM walau sangat tipis. Gadis itu mengangkat kepalan tangannya dan memberikan kata semangat dari luar kelas.

Bertepatan dengan kertas soal yang dibagikan lagi, bel istirahat kedua berbunyi juga bersamaan dengan perut Raya yang keroncongan. "Raya laparnya ditahan ya." Sindir Bu Anis membuat wajah Raya memerah karena malu.

Setelah lima belas menit berlalu, Raya berhasil menyelesaikan ujian remidi nya. Nilainya cukup memuaskan walau harus mengulang dan beruntungnya kelas terkahir guru mereka absen karena sakit.

"Kantin yuk." Ujar Raya walau tahu kalau mereka mendapat tugas. Sinta yang semula merangkum bab 5 sebagai tugas sejarah, menatap Raya kaget. "Tumben."

"Laper banget ini Sin." Rengek nya. "Sendiri aja ya, gue jaga tempat lu deh. Takutnya pak Darso masuk."

Raya mencebik, lalu mengiyakan ide Sinta. Alhasil Raya sendirian di kantin belakang karena kantin depan sudah tutup. Suasana sepi yang tidak lazim membuat Raya bergidik, walau kantin belakang terkenal karena menjual makanan berat, disini juga terkenal karena pohon mangga yang angker.

"Elah, masih siang juga." Kata Raya pada diri sendiri. "Mang, baksonya satu ya. Pentol gede." Ucapnya pada si penjual. "Tumben neng jajan jam segini? Bolos ya?" Tanya penjaga kantin belakang iseng. Raya mengulum senyum, setelah mendapatkan pesanannya. "Jamkos." Jawabnya.

Baru saja Raya duduk, pentol besarnya sudah terangkat dari mangkok dan masuk setengah di mulut seseorang. "Lah!"

James mengunyah pentol milik Raya sambil memainkan ponselnya cuek. Seolah bakso dimeja itu miliknya. "Apaan sih lu!"

"Apa?" Sahutnya tanpa merasa bersalah. "Pentol gue itu!"

James menatap pentol setengah itu lalu menyodorkannya pada Raya. "Bilang dong kalau mau minta." Ujung bibir Raya berkedut, bisa-bisanya dia mengatakan kalimat itu tanpa beban.

J A M E STempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang