SELAMAT MEMBACA
♥♥♥
Suara pintu yang terkunci disebelah mengejutkan James yang setengah sadar, dia menatap sekitarnya linglung dengan sedikit air liur di ujung bibirnya.
Sambil mengusap air liurnya, James tersadar kalau dia masih berada di dalam kelas dan Raya masih terlelap padahal langit hampir gelap. "Loh, mas James belum pulang?" Tanya penjaga sekolah yang terkejut melihat sosok James, ketika hendak mengunci pintu. "Ketiduran pak." Jawab James dengan suara serak, rambut hitamnya acak-acakan dan wajah lebamnya semakin bengkak karena tidur.
"Itu temen nya mas gak dibangunin?"
"Bukan temen, ini kebo saya pak. Sudah dibangunin, tapi susah." James mengguncang tubuh Raya lagi, tapi gadis itu masih mendengkur. "CK! Nih anak lagi trial mati apa gimana?"
"Ya udah, saya kunci pintu yang lain dulu ya mas."
James mengangguk, "Iya, makasih pak Sul." Ucapnya masih berusaha untuk membangunkan Raya.
James mengacak-acak rambut gadis itu, menggoyangkan bahunya bahkan mencubit pipinya tapi Raya hanya merespon dengan decakan kesal tanpa berniat untuk membuka mata.
"OI! BANGUN KEBO!" Teriak James ditelinga Raya.
"Hm..., Bentar ma. Lima menit-ACK!" Tanpa menunggu lima menit lagi, James mengangkat tubuh Raya seperti kucing.
Memaksanya untuk berdiri dan mendorongnya keluar kelas dengan keadaan setengah sadar. "Apaan sih lo?!" Erang Raya kesal karena James mengganggu tidurnya. "Elo yang apaan! Punya rumah malah tidur dikelas! Emang lo mau di kunci hah?!" Omelnya geram.
Raya mengangguk-anggukkan kepala sambil menggaruk lehernya, dia menatap jam tangan. "Buset jam lima!" Pekiknya setelah sadar. "Bisit jim limi. Tai lo. Buruan pulang!" Usir James. Raya menggerutu, "Gue itu emang niat mau pulang tanpa lo suruh!"
"Terus?"
"Gue lagi nunggu angkot, tapi guru-guru ngelarang buat keluar sekolah tanpa pendamping, gara-gara Lo! Gue harus nunggu di dalem kelas." Jelas Raya dengan nada sewot. "Lo kan bisa pesen ojek online? Otak lo dipakai dikit lah."
"Otak, otak, bacot lo! Hp gue mati su!"
"Oh." Respon James acuh. "Cuci muka dulu sana, belek mata lo tuh gede. Jorok banget."
"Bacot." Dengan langkah kesal Raya berjalan menuju keran yang tersedia di halaman sekolah yang biasanya digunakan pak Samsul untuk menyiram rumput. Raya membasuh mukanya dan merasa segar lagi lalu mengeluarkan tisu didalam tasnya.
"Napa lu natap gue? Naksir lo?" Tanya Raya ketika menangkap basah James yang memperhatikannya diam-diam. "Ngawur."
James dalam diam membatin. Kok spidol nya gak ilang? Masa permanen?
James hampir saja tertawa setelah mengecek spidol didalam tasnya yang benar permanen namun, dia tahan karena tidak mau Raya tahu. "Gue antar." Ucapnya sok baik agar Raya tidak terlalu marah nanti.
"Tumben."
"Gue khawatir tar lo kenapa-kenapa, terus nyalahin gue. Udah ayo." Alasan James sedikit tidak bisa diterima Raya, tapi gadis itu menurut saja karena tidak punya pilihan lain.

KAMU SEDANG MEMBACA
J A M E S
Novela JuvenilRaya tidak pernah mengira bahwa hidupnya akan diguncang habis oleh James, si Pembuat onar. Semua berawal dari ketidaksengajaan Raya yang berani membentak James ketika hari pertama festival sekolah dimulai, hari pertama datang bulannya datang dan h...