J A M E S 6

18 4 0
                                    

  Selamat membaca

♥♥♥

  Raya terjebak dalam geng James saat ini. Sambil memegang pena, ia memiliki tugas untuk mencoreng nama yang sudah membeli plaster dari daftar.

"Goceng." Ucap James kepada adik kelasnya sambil memberikan plaster terakhir. "Kembaliannya ambil aja bang tapi boleh foto gak?"

"Boleh." Raya menatap kehebohan seperti orang tolol. Berawal dari jualan plaster luka lalu merambat jadi fans meet. Raya menghela nafas lelah, terserah sudah, hayati lelah.

"Sekali lagi bang!" Ujarnya dengan semangat. Berharap bisa foto berdua dengan James. "Ya udah." James menarik pinggang Raya mendekat, seolah dia memeluknya. Raya yang terkejut reflek memukul lengan atas James. "Lo gila!?" Teriaknya sambil menjauh.

"Bang, kalian pacaran?" Raya yang merasakan tatapan mengintimidasi dari para fans James langsung mengklarifikasi. "GAK!"

  "Masih pdkt." Gumam James samar. "Hah?" Raya menatap James dengan satu alis.

"Gak ada sesi tanya jawab." Tegasnya membuat mereka semakin berspekulasi tentang hubungan James dan Raya.

"Kayaknya NT."

"Waduh, kasian juga ya."

"Kalau gue jadi yang cewek, mending mundur sih."

Raya yang bisa mendengar bisikan mereka hanya bisa pasrah. Apalah mereka apalah. Sekarep wes kulo pasrah ya gusti.

  James terkekeh geli ketika melihat wajah masam Raya. "Udah bubar kalian semua, dagangan gue udah abis!"

"Lah bang!"

"Gue belom kebagian!"

"Gue juga!"

James memberikan kode kepada Agil dan Jaka yang segera bertindak seperti petugas keamanan yang membubarkan kerumunan. "Beli sana di warung, lebih murah!" Saran Agil.

"Gak! Yang di jual kak James beda!"

"Langsung dari tangan doi!"

"Buset." Raya tak habis pikir dengan para fandom. Mereka rela mengeluarkan gocek banyak demi idolanya. Raya jadi bertanya-tanya apa yang membuat mereka sangat menggilai seorang James Arthur Wirjawan ini.

Selain wajahnya blasteran nya yang tampan, Raya tidak berhasil menemukan sesuatu yang bisa disukai darinya. 

"Cakep banget gue ya, sampai lo pantengin gitu?" Raya langsung mengalihkan pandangannya setelah tertangkap basah. "Masih lebih cakep Agil." Jawabnya sontak teman-teman James terkejut bukan main.

"Rabun lo Ray? Si hideung ini cakep?" Andre beralih menatap Agil yang tak kalah terkejutnya. "Eh, iya dilihat-lihat kak Agil itu manis." Sambung Shinta semakin membuat Agil kegirangan.

Sambil menyisir rambutnya kebelakang, Agil menyenggol sikut Andre. "Gimana rasanya waktu doi muji cowok lain? Hati aman bro? Awokawoka, ECK—!" Andre langsung mengunci leher Agil dari belakang dengan kesal, tetapi pemuda berkulit sawo matang itu semakin tertawa keras.

"Berisik lo item!" Andre semakin mencekik leher Agil. "Bisa mati tuh anak orang Dre!" Lerai Fikri.

Perkelahian Agil dan Andre selalu menjadi tontonan yang menarik, walau demikian Raya bisa merasakan tatapan tajam dari pemuda disampingnya. "Napa wajah lo gitu? Makin jelek aja."

James melotot terkejut. Perkataan Raya jauh lebih menyakitkan dari pada ditolak. "Wah, Lo meragukan kualitas bibit keluarga Wirjawan?"

Raya menatap mata James secara tiba-tiba tanpa berkedip membuat pemuda itu terdiam. Mata mereka saling memandang, Raya akui mata James sangat cantik. Bulu matanya lentik dan bola mata hitam pekatnya itu bagaikan black hole yang mampu menarik semua pusat perhatian.

J A M E STempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang