ADA ADEGAN KEKERASAN YANG TIDAK PATUT DI TIRU! HARAP BIJAK DALAM MEMBACA!
SELAMAT MEMBACA
♥♥♥
Raya menatap pantulan cermin dengan kesal, James berhasil membuat mood pagi Raya berantakan. Meskipun tertutup oleh skincare dan bedak, gambaran abstrak di wajahnya masih sedikit terlihat. Raya mengerang, bagaimana nanti dia sekolah? Masa iya harus memakai foundation? Dihajar guru BK dong Raya.Sambil menatap wajahnya, Raya berfikir keras. "Masker!" Serunya lalu mengambil masker di laci. Raya mengambil nafas panjang, kini tinggal gambar bintang di dahi.
Terpaksa Raya harus merelakan poni panjangnya. "Ma, tolong potongin poni ya?" Ujar Raya kepada wanita baya yang kini tengah sibuk mempersiapkan kebutuhan kerjanya. "Duh Raya, mama sibuk ini. Potong sendiri ya. Udah gede kan?" Ujarnya tanpa menatap anak tunggalnya. Raya mengangguk-angguk mengerti.
"Ray, sarapan pagi nya jangan lupa. Mama berangkat dulu ya nak, pintunya di kunci double, jangan lupa!" Raya mengikuti langkah mamanya, diluar masih terlalu gelap dan udara pagi yang segar menyambut mereka.
"Hati-hati ya ma!" Ucap Raya kepada mama nya yang hendak masuk ke mobil. Raya menatap kepergian mama nya dengan sendu, sambil menutup kembali pintu rumah. Raya membuka ponselnya, mencari tutorial cara memotong poni di Utub.
"Oh gitu." Gumamnya. Segera gadis itu kembali ke dalam kamar dengan membawa gunting dapur. Raya mengikuti tutorial di Utub dengan serius tetapi, hasilnya tidak sesuai dengan ekspektasi nya. "... Mampus."
James mengunyah permen jeruk nipis buatannya, lalu menguap karena masih mengantuk. Siswa-siswi yang berlalu lalang didepannya agak heran kenapa pemuda itu menunggu di depan kelas 11 IPA 1, biasanya dia bersembunyi sambil menunggu reaksi terkejut korban kejahilannya, Raya.
Tetapi pagi ini berbeda. Pemuda dengan jaket denim, bordiran patung liberty itu terlihat mencolok di depan pintu kelas sambil menenteng satu plastik penuh irisan jeruk nipis yang kering. Tentu Raya melihat kehadiran James dengan sangat jelas, namun mood Raya sudah terlalu hancur untuk meladeni kejahilannya.
"Oi!" James sangat mengenali Raya, walau gadis itu mengenakan topi dan masker untuk menutupi wajahnya. "Seleb lo?" Ujar James dengan nada ngajak ribut. Raya menepis tangan kekar itu yang hendak mengambil topinya. "Jangan pegang-pegang!" Hardiknya kesal.
James mengulum senyum, dia tahu kenapa Raya begitu marah. Salahnya memang karena tidak melihat label spidolnya terlebih dahulu. "Coba lihat dulu." James melepas masker Raya dan menyentuh dagunya keatas, agar terlihat jelas tetapi topi Raya jatuh karena pergerakan mendadak.
"Loh ...?" James tertegun dengan poni pendek Raya yang zig-zag, sedangkan gadis itu berusaha keras untuk menutupinya. "Puas lo?!" Bentaknya dengan emosi yang meledak. Sedetik, dua detik kemudian tawa James ikut meledak, menarik perhatian murid-murid yang lain. Raya buru-buru, menggenakan topinya dengan bersungut-sungut. Tanpa mempedulikan tawa James yang tidak kunjung berhenti, Raya masuk ke kelas dengan wajah memerah ingin menangis.
James menghampirinya lalu menaruh sebungkus permen buatannya di meja Raya. "Hahaha, pagi ini gue gak jahil-in elo, buat permintaan maaf." Ucapnya, ia memperhatikan Raya yang tertunduk. "Ray?" Panggilnya. James melihat bahunya sedikit gemetar. Menghela nafas panjang, James berjongkok untuk memeriksanya. Betapa terkejutnya dia ketika Raya melotot kepadanya dengan air mata disudut mata.
![](https://img.wattpad.com/cover/360844036-288-k259031.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
J A M E S
Teen FictionRaya tidak pernah mengira bahwa hidupnya akan diguncang habis oleh James, si Pembuat onar. Semua berawal dari ketidaksengajaan Raya yang berani membentak James ketika hari pertama festival sekolah dimulai, hari pertama datang bulannya datang dan h...