J A M E S 3

19 12 1
                                    

SELAMAT MEMBACA

♥♥♥

Raya tidak tahu dimana letak kesalahannya, padahal dia hanya ingin bersekolah dengan damai dan menikmati pentol bakso dalam tenang. Nyatanya sesulit itu sejak akhir festival, sejak dia mengenal James, kakak kelas yang gemar mengganggunya. Awalnya James sering melancarkan aksi konyolnya di pagi hari sebelum jam pelajaran pertama dimulai namun, mulai hari ini James semakin aktif terlebih dia sering memamerkan kan hansaplast ditangannya pada setiap siswa-siswi disekitar Raya.

Sindir aja teros!

"Lucu gak? Lucu gak? Ini gue BELI! cuma DUA RIBU kok! Lu mau kagak? Tar gue kenalin ke penjualnya." Tawar James pada penghuni kantin belakang secara random. "E-eh, boleh kak." Jawab ketiga siswi tersebut yang merupakan adik kelas. James menunjuk kearah Raya. "Itu tuh! Yang makan bakso pentol gede! Dia baik loh mau bagi setengah pentol ke kaum duafa juga!"

"Hahaha, pentol setengahnya gak di hitung kak?"

"Gak, katanya ikhlas. Btw nama lu siapa? Gue catet, besok biar gak lupa orangnya." James menatap kearah Raya yang sudah hilang muka. Kini seantero SMA Pancasila mengenalnya sebagai Raya si penjual hansaplast lucu.

Raya merengut ketika James menghampiri mejanya dengan buku tulis. "Udah gue catet siapa aja yang beli, nama lengkap, kelas, berapa biji mereka beli bahkan alamat rumah kalau-kalau mereka kabur tanpa bayar." Sinta cukup terkejut melihat catatan rapi James, berbanding terbalik dengan kerapian seragam pemuda tampan itu.

"Dijual berapa emang?"

James melebarkan tangannya. "Awalnya dua ribu, tapi ada biaya admin, jadi gue jual lima ribu."

"Buset!" Seru Raya dan Sinta bersamaan. "Gila mending gue beli di warung sebelah." Keluh Sinta masih melongo dengan banyaknya catatan pre-order.

"Gak, di UKS malah gratis!" Ujar Raya logis.

"Namanya juga usaha." Timpal James seenaknya. Sinta kembali memeriksa buku tulis yang hanya terisi didepan, meskipun harganya mahal ada banyak anak yang ikut-ikutan beli. Sepertinya mereka beli bukan karena tertarik dengan hansaplast yang dijual melainkan tertarik pada wajah James, terbukti banyaknya pembeli lebih didominasi oleh cewek.

"Lo yang promosi, Lo juga yang jual besok." Tukas Raya tak mau ambil pusing.

"Lah, gue cuma jadi seles nya elu kan pemasok."

"Lah namanya juga pemasok ya gue jualnya ke elu lah, elu yang jadi pengedar." Sinta mengernyit, perkataan Raya membuatnya salah paham. "Kek pengedar narkoba aja gue."

"Yang ini lebih halal, pengedar hansaplast. Sebagian besar labanya ambil elu aja deh." Sinta semakin bingung dengan percakapan random mereka, bisa-bisa dua orang yang awalnya bermusuhan sekarang menjadi partner bisnis. Mana, James nurut saja di suruh Raya.

Sinta sekilas ragu, apa benar kalau pemuda yang ada dihadapannya ini si pembuat onar?

Melihat kedekatan keduanya, Sinta sadar kalau dirinya hanya menjadi nyamuk. Tanpa pamit, Sinta memilih menyingkir diam-diam namun, Raya masih peka dengan temannya. "Udah kan? Sono kak balik ke temen lo. Noh, mereka nungguin." Usir Raya dengan memegang tangan Sinta yang hendak kabur.

J A M E STempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang