With your footsteps that leave me
The tears that I held in, spill out
It's like the falling flower petals
I mourn for you
*****(Beberapa saat sebelum Agam mengirimkan pesan di chat terakhir ke Ataya)
PLAK
Tamparan keras mendarat di pipi kirinya dengan kencang, mengabaikan rasa sakit dan perihnya—karna tidak sebanding dengan apa yang sudah Ia alami. Agam terdiam mematung, menerima semua perlakuan dari Ibu mertuanya yang baru saja datang, dan langsung memburunya dengan beribu pertanyaan mengenai Ataya, lalu berakhir dengan melayangnya sebuah tamparan di pipi nya.
"Seharusnya saya tidak memercayakan Ataya sama kamu, Agam. Seharusnya saya tidak pernah mengabulkan permintaan Dara supaya Ataya mau menikah sama kamu. Hanya Ataya anak kami satu-satunya dan kamu malah mengecewakan kami dengan perlakuan kamu. Saya pikir selama ini Ataya baik-baik saja dengan pernikahan kalian, tapi ternyata—"
Bu Daiva membuang mukanya kasar ke arah lain, seolah sudah tidak ingin menatap menantunya, Agam, yang hanya terdiam dengan kepala menunduk, meski ada perasaan mengiba karna sudah menamparnya dengan cukup kencang.
"Apa yang sudah kamu lakukan sama Ataya sampe dia pergi kaya gini?" Suara dingin Daiva membuat Agam meneguk ludahnya susah payah, Ia ingin bilang bahwa mungkin banyak sekali yang Ia lakukan pada Ataya, tanpa Ia sadari dan tidak, Ia sudah menyakiti hati istrinya itu apalagi di awal-awal pernikahan Mereka. Namun apa yang ada dikepalanya saat ini, seolah sulit untuk di ucapkan, Agam hanya diam bergeming dengan kepala berkecamuk.
Ia melupakan satu hal bahwa mungkin Ataya pergi bukan hanya karna Ia ingin berpisah, melainkan istrinya itu sudah mulai lelah dengan pernikahannya ini. Pikiran Agam kembali flashback ke masa-masa awal Mereka setelah menikah, dimana saat itu Ia sangat berlaku tidak adil bagi Ataya, mendiamkannya bahkan pernah memintanya untuk tidak menganggap bahwa pernikahan ini ada sampai ada saat dimana Ataya memutuskan untuk pergi dan tinggal di apartementnya sendiri. Hingga akhirnya Agam sadar, bahwa sebenarnya Ataya telah mengubah hidupnya—meskipun masih ada bayang-bayang Dara yang menghantui tapi kehadiran Ataya seperti membawa warna baru dalam hidupnya. Perhatiannya, kesabarannya bahkan sikap pengertiannya yang amat sangat tulus dan luas membuat hati Agam tergerak untuk memiliki mimpi bahwa bahagia bersama Ataya bukan pilihan yang salah. Ia pernah mengenal Ataya sebelumnya dan selama tahap itu, Ia juga tahu bahwa Ataya bukan hanya merupakan sosok wanita yang cantik, melainkan juga memiliki sisi keibuan dan mampu menjadikan dirinya sendiri rumah bagi Agam—dimana hal itu yang belum pernah Ia rasakan saat bersama Dara, selama ini selalu Agam yang take give more ke hubungan Mereka, namun saat bersama Ataya, Agam seperti pulang ke rumah. Ataya akan menyambutnya dengan riang gembira, memasakan masakan untuknya, memberikannya perhatian lebih bahkan kesabaran saat bersama nya membuat hati Agam terbuka lebar—yang tadinya skeptis untuk memulai hubungan baru setelah kehilangan Dara untuk selama-lamanya justru jadi memiliki harapan baru dengan Ataya. Yaitu meraih bahagia bersamanya. Namun, kenapa disaat Ia mulai merasakan rasa itu justru Ia kembali dihadapi dengan kehilangan lagi? Kenapa disaat Ia mulai optimis untuk hubungannya bersama Ataya justru membuatnya kembali merasakan sakitnya kehilangan? Apakah ini karma untuknya setelah di awal telah memperlakukan Ataya dengan buruk?
"Maaf, Ma. Agam tahu ini salah Agam, dari awal pernikahan Agam memang tidak memperlakukan Ataya dengan baik. Tapi kini Agam sadar, bahwa Agam mulai sayang sama Ataya dan ingin membina hubungan rumah tangga yang lebih baik dari awal." Tidak ada hal lain yang perlu Agam bantah kecuali kejujuran bagaimana hubungan Mereka bermula agar mertuanya itu tidak semakin murka, Ia sudah siap dengan segala resiko jika setelah ini mungkin mertuanya akan semakin marah terhadapnya tapi tidak apa-apa, tidak sebanding dengan apa yang mungkin sudah dilalui dengan Ataya selama ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
ᴅʀᴀᴡ ᴀ ʟᴏᴠᴇ | Jaerosé
RomanceAtaya tidak pernah menyangka bahwa orang yang dinikahinya adalah calon kakak iparnya sendiri, kekasih dari kakaknya Dara, yang meninggal seminggu sebelum pernikahan keduanya terlaksana. Yang Ataya tidak sangka lagi, kenapa Agam mau menerima pernikah...