***
You live in my eyes, but why are you the only one who doesn't know?
***
February, 2020
Aku udah landing, Ta. Ini lagi nunggu bagasi dulu.
Ataya kalang kabut. Pasalnya saat ini dia tengah terjebak macet, butuh waktu kurang lebih setengah jam untuk sampai di bandara, menjemput kakak nya Dara setelah habis dari luar negeri untuk menjalani pengobatannya.
Setelah memarkirkan mobilnya, Ataya keluar dari mobil untuk menghampiri Dara yang katanya sedang menunggu di salah satu Café di dalam bandara. Matanya focus mencari sosok keberadaan Dara, hingga tanpa disadari tubuhnya menabrak seseorang yang jalan berlawanan arah dengannya.
"Eh maaf, maaf. Maaf Mas, ga sengaja." Ataya membantu laki-laki yang sedang menunduk untuk mengambil beberapa barangnya yang terjatuh,
"It's okay."
Ataya tersenyum tidak enak, sambil masih membantu laki-laki itu, saat tubuh keduanya berdekatan, Ataya dapat mencium perpaduan antara kayu dan floral yang menyerbak dari tubuh laki-laki yang berpenampilan casual dengan kaos dan celana jeans membalut tubuhnya.
Saat keduanya berdiri, Ataya dapat melihat sosok laki-laki itu yang memiliki wajah tampan bak pangeran. Sempat bengong sedikit, dirinya disadari oleh dering telpon digenggamannya yang menampilkan nama kakaknya.
"Maaf ya, Mas. Gaada yang luka, kan?"
"Engga ko. Gapapa."
"Kalo gitu saya permisi ya, Mas. Mari.."
Ataya kembali berlari sambil mengangkat telpon dari Dara
"Halo? Iya ka, bentar ini aku udah sampe, kok."
****
June, 2023
Ataya membuka matanya perlahan saat sinar matahari menerobos masuk lewat jendela kamarnya yang terbuka. Kepalanya menoleh kesamping dan mendapati dirinya sendirian di kamar ini, lagi.
Ataya beranjak duduk dan mengamati kamar yang sudah ia tempati selama hampir dua minggu ini.
Dan selama itu pula, tidak sekalipun Agam memasuki kamar yang Ia tempati ini. Meskipun status Mereka sudah menjadi suami-istri, nyatanya hubungan Mereka justru malah semakin menjauh. Agam tidak pernah sama sekali berbicara dengan Ataya, lelaki itu seolah hidup sendiri di Apartement ini seperti sebelum-sebelumnya saat Ia belum menikah. Bahkan sehari setelah pernikahan Mereka, Agam sudah pergi berangkat kerja.
Jadi untuk apa Ataya berada disini? Hanya untuk dijadikan pajangan? Dia tahu, pernikahan ini seharusnya tidak terjadi, dan kenapa gak dari awal aja Agam menolak mentah-mentah, bukan malah melanjutkan pernikahan yang tidak diinginkannya ini.
Ataya berjalan menuju kamar mandi untuk mencuci mukanya, setelah itu Ia berjalan keluar kamar, berniat untuk ke dapur dan mengambil minum.
Saat sampai di dapur, Ataya melihat isi dapur yang berantakan dan Agam yang sedang sibuk memasak sesuatu. Ataya berhenti diambang pintu dapur, menatap punggung Agam dengan diam yang sudah dibalut pakaian kerja, kemeja biru muda yang lengannya di gulung sampai siku dan celana bahan hitam.
Agam selalu membuat sarapannya sendiri. Ia tidak pernah mau memakan sarapan yang Ataya buat. Pernah suatu waktu, Ataya membuatkan sarapan untuk lelaki itu, tapi Agam justru tidak memakannya dan lebih memilih sarapan di luar.
KAMU SEDANG MEMBACA
ᴅʀᴀᴡ ᴀ ʟᴏᴠᴇ | Jaerosé
Lãng mạnAtaya tidak pernah menyangka bahwa orang yang dinikahinya adalah calon kakak iparnya sendiri, kekasih dari kakaknya Dara, yang meninggal seminggu sebelum pernikahan keduanya terlaksana. Yang Ataya tidak sangka lagi, kenapa Agam mau menerima pernikah...