I remember, the day you looked so sad
I was afraid you'd see my trembling shoulders
Let me go like a dream that'll go away when you open your eyes
If not, stay by my side***
Beberapa hari setelah itu, Ataya memutuskan untuk kembali ke apartement Agam, mencoba untuk mempercayai laki-laki itu demi kehidupan pernikahan Mereka kedepannya. Benar kata Bunda, tidak baik sepasang suami istri tinggal berpisah, lagipula Agam juga sudah berjanji untuk menjadi suami yang baik untuknya, dan mau berubah demi masa depan pernikahan keduanya. Meskipun dalam hatinya Ataya masih sukar mempercayai, akankah Agam sungguh-sungguh dengan perkataannya? Menepis segala perasaan ragu itu, Ataya memilih untuk mencoba, mencoba untuk mempercayai Agam dan mencoba untuk membuka hatinya lebih luas. Tapi melihat bagaimana perlakuan Agam akhir-akhir ini, membuat keraguan dalam benak Ataya sedikit memudar, laki-laki itu benar-benar memperlakukan Ataya lebih baik dari sebelumnya, membuat Ataya kadang bingung sendiri, benarkah laki-laki ini suaminya? Kehidupannya akhir-akhir ini diliputi kebahagiaan, Ataya jadi takut sendiri dengan segala kemungkinan dibalik kebahagiaannya? Apakah perasaan Bahagia ini akan selamanya? Atau hanya sementara?
Tepat saat membenakkan kata-kata itu Agam berdiri dihadapannya dengan seember pop corn dan dua gelas minuman di tangannya, Ia baru sadar keduanya saat ini tengah berada di salah satu Gedung bioskop terbesar di Jakarta untuk menonton film diakhir weekend, yang menjadi kegiatan rutin keduanya akhir-akhir ini, berkencan selayaknya pasangan pada umumnya.
Melihat itu, Ataya pun berdiri hendak membantu Agam yang terlihat kerepotan.
"Sini Mas, aku bantu."
"Gapapa, Mas bisa kok ini. Ayok masuk, udah mau mulai kan?"
Ataya mengangguk, lalu mengikuti Agam yang berjalan didepannya.
Film bergenre romantic comedy menjadi pilihan keduanya, dan sepanjang film berlangsung baik Ataya maupun Agam tidak bersuara sedikitpun, entah karena fokus pada film didepan atau ada pikiran yang memenuhi salah satunya.
Ataya melirik Agam disebelahnya, laki-laki itu sedang tertawa saat ada scene yang lucu, membuat Ataya ikut tersenyum. This is like a dream, this feels, this moment. Ataya ingin sekali merekam setiap moment berharga keduanya di dalam benaknya, untuk menjadi kenang-kenangan bahwa dirinya pernah merasakan perasaan Bahagia ini, yang entah kapan akan berakhir membuat Ataya kembali merasa buruk.
Merasa diperhatikan, Agam menoleh, mendapati Ataya sedang menatap kearahnya dengan tatapan sulit diartikan. Laki-laki itu mengangkat tangannya dan menggenggam kedua tangan Ataya, "Kenapa?" Ia berbisik, takut jika suaranya menganggu penonton lainnya.
Ataya menggeleng, seraya tersenyum, "Gapapa, aku ngantuk," Ataya berbohong, padahal Ia sedari tadi sekuat tenaga menahan tangis, entah kenapa perasaannya menjadi sangat sensitif, perasaan sedih sekecil apapun pasti membuatnya ingin menangis.
Agam mengelus rambut Ataya lembut, "Mau pulang sekarang?"
"Enggak, gapapa. Aku bisa tidur disini, pinjem tangan Mas Agam boleh?" Ataya meraih lengan Agam dan memeluknya, merebahkan kepalanya di pundak laki-laki itu, sementara matanya memandang kearah layar bioskop yang lebar didepannya.
Agam terkekeh, "Boleh, tidur aja. Nanti Mas bangunin kalau filmnya udah selesai,"
Ataya merengkuh lengan Agam semakin erat, seolah tidak membiarkan suaminya itu pergi kemanapun.
...
Saat keduanya sudah sampai di apartement, Ataya berjalan menuju dapur untuk mengambil minum sementara Agam menuju kamar untuk bersih-bersih dan ganti baju.
KAMU SEDANG MEMBACA
ᴅʀᴀᴡ ᴀ ʟᴏᴠᴇ | Jaerosé
RomanceAtaya tidak pernah menyangka bahwa orang yang dinikahinya adalah calon kakak iparnya sendiri, kekasih dari kakaknya Dara, yang meninggal seminggu sebelum pernikahan keduanya terlaksana. Yang Ataya tidak sangka lagi, kenapa Agam mau menerima pernikah...