II. Something New

123 14 0
                                    

"Apa-apaan ini? Kenapa sedih sekali kehidupan si putri? Bukankah ia seperti itu karena ia sakit?"

Pertanyaan demi pertanyaan ia tanyakan pada buku novel yang ia baca. Gadis itu, Olivia Wilde. Seorang mahasiswi kedokteran yang sedang merasakan nikmatnya hari libur dengan membaca novel romansa berjudul "Akhir Untuk Sang Penjahat" itu kini melemparkan buku yang ia baca dengan amarah yang terlihat jelas di matanya.

"Seandainya aku jadi sang putri, aku tidak akan membiarkan diriku jatuh dalam pesona Duke bejat itu!" Olivia melenguh ketika menyadari ia terbawa emosi hanya karena buku yang ia baca, padahal niatnya hanya ingin mencari hiburan.

"Ah apa sih yang aku lakukan? Sepertinya aku sudah gila karena memikirkan nilai ujian kemarin."

Olivia beranjak dari tempatnya, ia mengenakan jaket tebal dan sarung tangan untuk keluar, hal biasa yang ia lakukan karena saat ini sedang musim dingin.

Dinginnya udara malam tak membuatnya menghentikan langkah untuk pergi ke toko swalayan terdekat. Ia membeli beberapa mie instan dan minuman untuk ia bawa pulang agar bisa dimasak di apartemen miliknya. Jarak antara gedung apartemen dan toko swalayan memang tidak jauh, butuh sekitar sepuluh menit karena harus menyebrang jalan.

Setelah mendapatkan apa yang ia inginkan, Olivia melangkah keluar dan berhenti di pinggir jalan raya menunggu lampu merah. Pikirannya berkelana dengan sendirinya memikirkan nilai ujian semesternya yang kurang baik baginya. Mungkin setelah ini ia harus rajin belajar, walaupun sebenarnya ia tidak suka menjadi dokter.

Semua adalah kehendak ayahnya, orang yang selama ini sibuk dengan bisnis dan gelar sampai-sampai melupakan anaknya. Olivia memang mengakui ia berkecukupan, namun tidak pula memungkiri bahwa ia tidak memiliki kasih sayang yang cukup dari orangtuanya, ibunya saja memilih pergi dari ayahnya bersama pria lain.

Dalam lamunannya, Olivia tidak sadar bahwa lampu merah yang tadinya ramai dengan orang-orang menyebrang kini sepi. Padahal ia masih ditengah jalan. Kesadarannya kembali ketika mendengar suara klakson mobil di depannya dan teriakan orang-orang yang meneriakinya.

Kejadiannya begitu cepat hingga ia tidak sempat lagi menghindar. Tubuhnya yang ditabrak mobil terpental jauh hingga terbentur trotoar jalan. Darah segar dengan segera keluar dari wajah dan kepala Olivia.

Seumur-umur Olivia tidak pernah sekalipun mengira bahwa ia akan mati karena kecelakaan. Padahal ia belum mengucapkan selamat tinggal pada orang tuanya, walaupun ia tahu tidak pernah dipedulikan ia tetap menyayangi orangtuanya.

Ditengah redupnya kesadaran, Olivia dapat melihat orang-orang mulai mengerumuninya. Ada yang memanggil ambulan, ada juga yang sibuk mengabadikan kejadian tersebut dengan memfotonya. Miris sekali, bahkan sampai akhir hayatnya pun ia selalu kesepian, tidak ada yang menangisinya.

Olivia melenguh dengan sisa-sisa tenaganya dan mulai merasakan rasa kantuk yang luar biasa. Matanya menutup dengan perlahan hingga yang ia rasakan hanya sebuah kegelapan.

***

Cahaya remang-remang yang masuk ke penglihatannya mulai mengusik tidurnya. Gadis itu terbangun dan membuka matanya.

Hal yang pertama kali ia lihat adalah ruangan yang luas dengan desain interior yang megah. Pikirannya berkelana mencari-cari jawaban atas hal yang membuat kepalanya bertanya-tanya.

Dimana aku? Apakah ini surga?

Belum sempat menjawab hal tersebut, ia terkejut dengan rambut panjang berwarna kuning keemasan yang ada di bahunya.

"Akhh..." Teriakannya cukup nyaring dan berhasil membuat pintu di ruangan itu terbuka. Menampilkan seorang wanita berpakaian seperti pelayan dan rambut yang di gelung.

"Astaga akhirnya anda bangun yang mulia, saya akan memanggil dokter sesegera mungkin." Wanita itu berlari keluar dari kamar yang saat ini Olivia tempati.

Seingatnya hal terakhir yang ia alami adalah kecelakaan tunggal di jalan raya. Tapi kenapa ia berada di sini? Sebuah pertanyaan yang entah siapa yang dapat menjawabnya.

Olivia bangun dari ranjang luas dan mewah itu. Sebenarnya ia enggan karena kasurnya benar-benar empuk dan nyaman. Namun saat ini bukan itu yang terpenting, ia harus mencari tahu dimana dirinya.

Setelah berhasil memutari kamar, atensi Olivia berhenti saat melihat cermin yang ada di kamar itu. Di sana ia melihat seorang gadis cantik nan jelita yang memiliki kulit seputih salju. Bibirnya yang tipis dan merah alami seakan menambah kesan keindahan pada tubuh di hadapannya itu.

Olivia lalu menyadari bahwa ciri-ciri dari tubuh di cermin itu adalah ciri-ciri dari seseorang yang Olivia ketahui. Setelah menebak-nebak, otak cantiknya berhenti pada satu nama yang dapat membuatnya gemetar ketakutan.

Claudia De Bingley of Witsneria

Seorang putri dari kerajaan Witsneria yang kisahnya baru saja habis ia baca semalam.

"Tidak! Tidak mungkin! Ini pasti bukan dia!" Teriak Olivia mencoba untuk menepis kenyataan bahwa ia berada dalam tubuh seorang gadis cantik yang jahat dan manja itu.

***

The Duke's LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang