III. Better Results

125 11 0
                                    

Mulanya butuh seminggu penuh untuk Olivia menyadari bahwa ia sudah masuk ke tubuh seorang gadis cantik bermata biru itu. Dalam waktu seminggu itulah ia hanya menghabiskan waktunya hanya di dalam kamar dan berusaha agar semua orang yang ada di sana tidak menggangunya, hanya pelayan yang sesekali mengantarkan makanan dan dokter yang memeriksanya.

Ketika tidur dia sering mendapatkan mimpi yang seakan-akan menunjukkan bagaimana kehidupan Claudia atau bisa dibilang ia mendapatkan ingatan-ingatan Claudia. Entah bagaimana bisa ia masuk ke dunia ini dan menjadi seorang putri.

Olivia segera meringis ketika ia teringat bagaimana kematian menghampirinya terakhir kali. Ia memegang kepalanya sambil berusaha meredakan ingatan akan rasa sakit yang ia rasakan ketika ia kecelakaan.

Pagi ini, tidak seperti biasanya. Olivia duduk di pinggir taman bunga istana sambil menikmati teh dan kue. Salah satu kebiasaan baru yang ia sukai setelah keluar dari kamar.

Matahari pagi yang cerah namun tidak terlalu panas membuatnya dapat mencium bau pagi hari yang asri dan bunga-bunga yang ada di taman. Kebanyakan adalah bunga mawar berwarna merah yang sedang mekar-mekarnya.

"Nona apakah ada yang anda butuhkan lagi?" Tanya seorang pelayan yang akhir-akhir ini baru Olivia ketahui bahwa ia adalah pelayan pribadi Claudia.

"Tidak ada, kau boleh pergi."

Selama ini Olivia memang tidak pernah kekurangan dalam hal apapun dikehidupan sebelumnya. Namun memiliki pelayan yang mengurusinya sampai hal-hal terdalam agak membuatnya canggung. Tapi, ia sudah menyesuaikan.

"Baik nona, saya akan berada di sana jika anda membutuhkan." Pelayan itu menunjuk ke pojok taman yang berada di sana dan pergi ke arah para pelayan lainnya yang memang ditugaskan untuk menjaga nona mereka.

Secangkir teh yang akhir-akhir ini menjadi favorit Olivia terasa sangat pas di lidahnya. Aroma yang wangi dan rasa yang tidak terlalu kuat membuatnya sedikit tenang pagi itu.

Namun ketenangan itu tak berlangsung lama. Dari kejauhan ia bisa melihat seorang pria bertubuh tegap dengan rambut yang sama dengannya melambai ke arahnya.

"Claudia!" Teriakan itu cukup membuat ia tahu bahwa pria tersebut sedang menghampirinya.

Belum sempat menjawab teriakan itu, ia terkejut ketika tiba-tiba pria tersebut duduk di sebelahnya sambil mengambil kue cookies yang ada di meja itu.

"Apa yang kau lakukan disini? Apakah kau sudah sehat?"

Olivia- ah ia harus membiasakan diri menjadi Claudia.

Claudia berdiri dari duduknya dan menghadap ke arah pria tersebut. Ia menundukkan kepalanya dan mengangkat sedikit gaunnya untuk menyapa pria itu.

"Selamat pagi kakak, saya sudah sangat sehat saat ini." Ujar Claudia memberi hormat pada kakak pertamanya itu, sang putra mahkota kerajaan Witsneria.

"Ah kau ini. Sudah ku bilang jangan terlalu formal padaku!"

Claudia kembali duduk di kursinya dan menuangkan teh dalam teko pada cangkir kosong pria tersebut.

"Baiklah kak."

Sedikit ingatan yang ia terima dari Claudia yang asli memberinya informasi bahwa kedua kakaknya dan ayahnya sangat menyayangi Claudia. Kasih sayang itu juga yang selalu ia rasakan dari kakak pertamanya, meskipun sibuk sebagai putra mahkota ia selalu menyempatkan diri untuk menemui Claudia. Sama halnya dengan raja, ditengah pekerjaan mengurus kerajaan yang menumpuk raja selalu makan malam bersama dengan anak-anaknya.

Sedangkan kakak keduanya, sang pangeran kini tengah berada di medan pertempuran. Satu hal yang membuat ia paham bahwa ia masuk ke dunia ini sebelum plot utama cerita di mulai. Itulah yang membuatnya lebih tenang saat ini.

The Duke's LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang