VIII. Upper Class Society

74 5 0
                                    

"Orang-orang bodoh menilai dari apa yang mereka lihat diluar, namun orang yang cerdas menilai setelah melihat alasan atas hal yang terjadi..."
_livia
___________
Happy Reading
___________

"Teman? Kau pikir aku mau berteman denganmu?"

Claudia menggerutu tidak jelas sejak tadi. Yang ia lakukan hanya bermalas-malasan di kamarnya, mulai dari membaca buku, melihat-lihat isi lemarinya hingga yang terparah yang sedang ia lakukan saat ini- memetik tiap helai bunga mawar miliknya hingga lantai di sekitar sofa kamar penuh dengan kelopak bunga mawar yang berhamburan.

Tidak ada yang mengganggu kegiatannya itu karena para pelayannya tentu saja sibuk bekerja. Mereka bukan pengangguran yang harus meluangkan waktunya untuk menemani Claudia sepanjang waktu.

Lagi-lagi gadis itu menghembuskan nafasnya. Setelah pergi dari kediaman Duke dengan di antar kereta kuda milik pria itu, Claudia memang di hadiahi tatapan menyelidik dari seluruh keluarganya.

Belum lagi mereka yang selalu menghamburkan pertanyaan-pertanyaan dengan inti yang sama, yang kurang lebih menanyakan tentang hubungan Claudia dan Azheef. Tentu saja Claudia menceritakan kejadian saat kereta kudanya rusak dan ia bertemu dengan Azheef yang saat itu menolongnya.

Ia juga menceritakan bahwa Azheef dan dirinya hanya sebatas kenalan saja. Mungkin kakak-kakaknya itu penasaran karena selama ini mereka tidak pernah melihat interaksi Claudia dan Azheef sama sekali. Lalu tiba-tiba kabar bahwa Claudia berada di kediaman Duke Regif itu menyebar di istana.

Pagi itu sarapan mereka di isi dengan banyak sekali obrolan dan pertanyaan-pertanyaan dari keluarganya. Raja pun hanya terus mendengarkan dengan seksama percakapan anak-anaknya.

Kini saat menjelang sore Claudia hanya menghabiskan waktu dengan tidur-tiduran di sofa sambil membuat sampah.

Mungkin ia sedikit kecewa karena ia memberikan pengalaman pertamanya pada pria itu makanya ia kesal. Tidak mungkin ia kesal karena Azheef mengajaknya berteman. Bukankah itu bagus, berteman dan tidak perlu terlibat hubungan asmara dengan tokoh utama cerita ini.

Sudah bisa dipastikan hidupnya akan damai dan tentram, itulah yang seharusnya ia pikirkan. Namun Claudia pun tidak bisa mengerti apa yang ia mau, seperti merasa sedih tapi tidak tahu alasannya.

Padahal dulu ini yang ia inginkan, hidup bahagia hanya dengan keluarganya.

***

Berbagai macam kue dengan perisa dan bahan dasar strawberry hampir memenuhi meja dihadapan Claudia. Iya, dia yang memesannya dan dia yang akan menghabiskannya. Tentu saja tidak sendiri karena ada Eliza dihadapannya.

Temannya itu sedang menikmati croissant yang berisi krim coklat. Berbeda dengannya yang lebih memilih cake strawberry sebagai pembuka, ia memang maniak strawberry jujur saja. Mereka sedang berada di salah satu toko kue terkenal di ibukota, toko milik seorang patissier terkenal yang cabang tokonya sudah ada dimana-mana, jadi rasa makanannya sudah pasti tidak diragukan lagi kenikmatannya.

"Kau benar-benar akan pergi ke pesta dansa countes Lawrence Minggu depan?" Eliza sudah menanyakan pertanyaan yang sama kurang lebih dua kali sejak Claudia mengatakannya.

"Tentu saja, Liz. Kurasa sudah saatnya aku memulai pergaulan kelas atas." Balasnya. Claudia memang jarang sekali menghadiri acara-acara yang dilakukan oleh bangsawan dan lebih sering mengabaikan undangan-undangan mereka hingga menumpuk dimeja kamarnya.

Lagi pula selama ini ia hanya bermalas-malasan tidak jelas di istana. Sudah saatnya ia mulai berbaur dan memenuhi undangan yang mengundang dirinya. Tentunya ia tahu bahwa gelarnya sebagai seorang putri lah yang membuat semua orang menaruh perhatian padanya. Jika memiliki hubungan yang baik dengan sang putri maka hubungan mereka dengan istana juga akan lancar. Jadi walaupun tidak terlalu dekat dengan sang putri mereka tetap berharap bahwa putri mau memenuhi undangan mereka.

The Duke's LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang