X. Confusion

94 8 2
                                    

"Balas dendam hanya akan memunculkan dendam lainnya yang tidak berkesudahan."
____________
Happy Reading
____________

Axelion menatap wajah sahabatnya dengan tajam, siapa lagi kalau bukan Azheef Regif. Ia masih kesal saat tahu adiknya dekat dengan pria itu.

Sedangkan Azheef yang ditatap tajam seperti itu hanya mengendikkan bahunya tidak peduli dan tetap melanjutkan latihan pedangnya bersama para kesatria kerajaan.

"Apa-apaan kau, Azheef?" Axelion sudah tidak mampu menahan suaranya untuk bertanya pada sahabatnya itu.

Azheef mengehentikan gerakan pedangnya dan menghembuskan nafas lelah. Ia menatap kesatria yang menjadi lawannya hari ini. Kesatria itu tampak sangat kelelahan dan takut, terlihat ingin segera lepas dari jeratan Azheef, berbeda dengan Azheef yang masih sangat bugar.

Azheef melayangkan tangannya seraya menyuruh pergi bawahannya itu. Ia mendekat ke arah tong berisi air dan mulai menyiramkan air ke tubuhnya, mencoba mendinginkan dirinya.

"Hei, jawab! Sebenarnya apa hubunganmu dengan adikku?" Axelion masih tidak mau berhenti.

Azheef merasa jengah akhirnya ia jawab saja, "kami tidak sengaja bertemu di pesta perayaan dan..." Azheef menghentikan ucapannya kemudian berpikir bahwa sepertinya ia tidak akan menceritakan malam itu pada Axelion. Karena jelas hal itu akan membuat banyak masalah diantara dirinya dan Axelion.

"Dan apa?!" Tanya Axelion tidak sabar karena Azheef menghentikan ucapannya.

"Dan kami berteman, itu saja."

"Bohong, untuk apa kau berteman dengan adikku? Kau kan jarang dekat dengan perempuan sampai disebut-sebut impoten." Balas Axelion tidak percaya dengan ucapan Azheef.

Azheef memberengut kesal, tentu saja dia tidak impoten. Ia pria yang sehat kalau tidak percaya tanya saja Claudia. Memikirkan hal itu ia jadi terkejut, kenapa juga ia masih mengingat malam itu.

Azheef mengambil baskom dan mengguyur tubuhnya lagi dengan air dingin. Ia benar-benar harus mendinginkan tubuh dan pikirannya.

"Hei, kau ini kenapa?" Axelion cukup terkejut dengan tindakan Azheef yang mengguyur tubuhnya dengan cukup agresif. Harusnya ia yang marah disini.

"Kalau begitu jauhi adikku, aku tidak mau dia dekat dengan bajingan sepertimu." Axelion berdeham mencoba tenang.

"Apa?" Azheef sebenarnya memang ingin menghindari Claudia tapi mendengar langsung perkataan Axelion yang seperti itu malah membuatnya kesal. Entahlah, ia jadi bingung sendiri dengan dirinya. Padahal Claudia juga tidak berbuat apa-apa tapi sekarang ia kesal karena mengajak gadis itu berteman.

"Hei, apa kau tidak dengar? Ja.u.hi a.dik.ku!" Balas Axelion menekan perkataannya.

Mendengar itu Azheef menjadi semakin kesal dan berjalan menjauhi Axelion. Sementara Axelion berlari mengejar Azheef sambil berteriak-teriak mengomeli Azheef.

Menuju istal istana tempat kudanya ia titipkan, Azheef tersenyum pada kudanya setelah dikeluarkan oleh penjaga istal.

"Mau kemana kau?" Astaga ternyata Axelion masih saja mengikutinya, Azheef tidak habis pikir.

"Pulang." Balasnya singkat.

"Jawab dulu pertanyaanku wahai tuan Duke! Kau tidak berniat mendekati adikku kan?" Axelion berteriak pada Azheef yang sudah duduk di atas kudanya, jika saja bukan temannya Axelion pasti sudah menebas pria itu.

Para pekerja yang memang bertugas disana terlihat menunduk tidak berani pada kedua lelaki tersebut. Mereka tidak ingin ikut campur masalah pangeran kedua dan Duke Regif.

The Duke's LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang