XI. Laurent Benedict

40 2 0
                                    

"Berhati-hatilah pada kebencian karena hal itu dapat membentuk rasa yang terlalu dalam"
-Livyy
__________
Happy Reading Sweetheart
__________

Claudia berjalan menelusuri lorong dengan tergesa-gesa diikuti oleh para pelayannya. Kali ini ia menuju ke arah pintu keluar istana untuk menyambut seseorang. Setibanya disana ia dapat melihat kakak-kakak dan ayahnya sudah menunggunya, bisa dibilang kedatangan seseorang ini cukup penting bagi kerajaan.

"Bagaimana keadaanmu hari ini, Claudia?" tanya raja padanya.

"Sangat baik, ayah." balas Claudia tersenyum.

Peristiwa hari ini sebenarnya bukanlah plot penting dalam novel, kejadian ini hanya segelintir peran yang mendukung penguatan negara. Itu terjadi dengan kedatangan seorang wanita yang akan menjadi tunangan kakak pertamanya. Asal usul wanita itu adalah dari negara sebrang yang sejak lama memiliki konflik sosial dengan kerajaan Witsneria, keberadaannya disini adalah sebagai simbol genjatan senjata dan  juga bentuk dari perdamaian kedua negara. Claudia mendengar bahwa calon kakak iparnya ini merupakan putri sulung dari Duke yang ada di kerajaan tersebut. Pilihan tersebut dijatuhkan pada wanita itu karena raja di sana tidak memiliki seorang putri, sehingga ia harus mengirim keponakannya.

Claudia dapat melihat wajah kaku kakak pertamanya, Aideen. Sudah barang tentu Aideen tidak menyukai kebijakan ini karena baginya kerajaan sebrang sudah menjadi musuh Witsneria selama bertahun-tahun. Apalagi harus terpaksa menikahi wanita dari kerajaan itu, Aideen tidak sudi. Namun sebagai seseorang yang akan memimpin Witsneria dimasa depan ia tidak mampu berbuat banyak, ini adalah tanggung jawabnya.

Claudia seketika merasa kasihan pada kakaknya itu, Aideen selalu menghabiskan waktunya untuk kepentingan negara dan menjaga martabat keluarga kerajaan. Ia jarang melakukan hal yang ia inginkan.

Ketika Claudia masih saja menatap kakaknya diam-diam saat itulah kereta kuda dengan bendera kecil berlogo kepala harimau berhenti di depan mereka semua. Aideen yang memang sedari tadi berada paling depan dari keluarganya terlihat mengepalkan tangannya, Claudia dapat melihat gurat marah lewat urat-urat di leher kakaknya itu.

Namun setelah pintu kereta dibuka Claudia sudah lebih fokus pada seseorang di dalamnya. Wanita berparas mulia yang cantik dengan rambut hitamnya turun dari kereta dengan bantuan penjaga. Pakaiannya yang terlihat anggun menambah kesan dirinya, Claudia bahkan sempat terpesona. Dan ketika wanita itu menundukkan kepalanya pada keluarga kerajaan sebagai salam Claudia dapat melihat setitik senyum yang disertai oleh lesung di kedua pipi wanita itu.

Sangat menawan.

Setidaknya itulah yang berada dipikirannya yang berbeda dengan Aideen. Pria itu menampilkan wajah datar dan dingin yang tak pernah Claudia lihat kepada wanita itu.

"Hormat saya pada keluarga kerajaan Witsneria, perkenalkan, saya Laurent Benedict keponakan dari raja kerajaan Basazar yang akan menjadi tunangan putra mahkota," itulah yang Claudia dengar saat wanita bernama Laurent itu menunduk hormat.

***

"Kau tak apa, kak?" Claudia berjalan bersama Aideen sesaat setelah perjamuan makan bersama Laurent tadi di laksanakan. Saat ini ia dan Aideen sedang berjalan melewati lorong utama istana karena Claudia membuntutinya.

"Apa maksudmu, Claudia? Tentu aku baik." Aideen menghentikan langkahnya dan berbalik menatap ke arah adiknya itu. Ia tersenyum dan mengelus rambut Claudia. Sangat kontras dengan apa yang dapat Claudia lihat dari mata Aideen. Di sana Claudia dapat melihat rasa benci dan muak yang beradu.

"Apakah kau membenci Laurent?" Tanya Claudia tanpa basa-basi. Menanyakan langsung pada apa yang ia rasakan dari tatapan mata Aideen pada Laurent sejak tadi.

Aideen menghela nafasnya sejanak, "apa yang bisa kau harapkan, Claudia? Aku mencintainya begitu?" setelah mengatakan itu Aideen kembali melanjutkan langkahnya. Sepertinya moodnya benar-benar rusak.

"Hei, hei, tunggu! Bukan itu maksudku, aku pun tidak menyukainya, kak. Hanya saja aku pun tak tahu harus bersikap seperti apa, jadi aku bertanya padamu selaku tunangannya." terang Claudia yang lagi-lagi dapat menghentikan langkah Aideen sehingga Claudia dapat mendekati Aideen lagi.

Yah, sebenarnya Claudia pun tidak terlalu suka dengan Laurent, wanita itu pasti akan menjadi mata-mata bagi negaranya agar Witsneria dapat diawasi gerak-geriknya. Terlebih lagi wanita itu juga terlihat angkuh dengan wajah formalitasnya, Claudia tidak suka. Dan jika Aideen pun tidak suka, maka ia tidak perlu repot-repot beramah tamah dengan wanita itu, ia hanya perlu diam saja sebagai satu-satunya wanita di keluarga kerajaan Witsneria.

"Kau tak perlu melakukan apapun, sweetheart. Biar dia menjadi urusanku, jangan bersusah payah untuk wanita angkuh itu." Kali ini Aideen mengelus pipi Claudia dengan sabar agar Claudia tidak tersinggung dengan sikapnya. Claudia jadi tidak rela kakaknya menjadi tunangan wanita itu, Aideennya yang penyayang harus menghadapi api yang bisa saja membakarnya.

"Baiklah, tapi kau harus janji bahwa kau harus mengatakan padaku jika ada yang salah dengannya!" Itu adalah permohonan bukan perintah, karena Claudia menatap mata kakaknya dengan sungguh-sungguh.

Dan ya, tentu saja Aideen selalu meyakinkannya, "Baiklah, adikku tersayang."

***
Hollaa don't forget to click the star yaaa
🌟
published on Jul, 23-2024

The Duke's LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang