VI. Sunset and Lake

95 8 0
                                    

Happy Reading
__

"Claudia! Claudia!"

"Iya kak?"

"Kau melamun lagi!" Seru Axelion menatap adiknya dengan khawatir.

"Maaf kak, kakak bilang apa tadi?" Claudia menampilkan wajah menyesal karena tidak fokus pada ucapan Axelion. Pikirannya berkelana pada kejadian itu, padahal ia kira ia akan melupakannya tapi pesona Duke Regif benar-benar sulit dihindari.

"Aku bilang bahwa Marquess Houston mungkin akan menjadi saingan bisnis bagi Duke Regif dan aku," Axelion mengulang perkataannya kepada adiknya itu.

"Benarkah kak? Apa kau cemas?" Tanya Claudia.

"Apa? Tentu saja Marquess Houston itu tidak ada apa-apanya dengan kakak, kakakmu ini mahir berbisnis asal kau tahu," kakaknya itu mendengus dan mengagungkan-agungkan dirinya.

Memang, perlu Claudia akui kekayaan istana hampir berasal dari bisnis yang di kelola oleh kakak-kakaknya, terlebih Axelion. Jika Aideen pandai mengatur kebijakan politik maka pendukung dalam hal bisnis adalah Axelion. Claudia hanya menikmati hasilnya dengan patuh. Claudia terkikik dalam hati.

Enak juga jadi pengangguran

"Iya kak, aku tahu kau hebat." Balasnya tersenyum ke arah kakaknya itu.

"Kau tahu Claudia rumor mengatakan bahwa Marquess Houston itu seorang perayu gadis, ia sering terlihat pergi bersama gadis yang berbeda," ujar Axelion serius.

Ia meletakkan tehnya di meja, "kau harus berhati-hati, jangan sampai kau berbicara dengannya, kau bisa tergoda." lanjutnya mewanti-wanti atau lebih tepatnya memperingatkan adiknya agar menjauh dari Marquess Houston itu.

"Oh yaa? Mengerikan sekali." tanggap Claudia.

"Memang, begitulah. Oh iya, kau jadi pergi ke kediaman Earl Greyson besok?" Axelion memastikan.

"Tentu saja kak, Eliza kan temanku satu-satunya yang setia padaku." Claudia menghembuskan nafasnya. Ia tahu dengan sifatnya yang dulu, tidak mudah baginya untuk bergaul dengan orang-orang dan diantara itu Eliza Greyson datang menyapanya dengan ramah tanpa menghiraukan desas-desus tentang Claudia. Itulah yang membuat Claudia memiliki teman.

"Sudahlah, kau kan memiliki aku kalau temanmu itu sedang tidak ada," Axelion seakan-akan tahu apa yang dipikirkan adiknya.

Claudia tersenyum geli karena tingkah kakaknya itu, "terimakasih kak."

Axelion hanya menampilkan senyumnya dan mengusap kepala adiknya itu.

***

"Claudia!" Seorang wanita berpakaian kuda datang ke arahnya dan memeluknya agresif.

Astaga ia baru ingat, Eliza adalah wanita yang bar-bar.

"Kau habis berkuda, Liz?" Tidak heran, Eliza bukanlah wanita yang hanya menghabiskan waktunya untuk merawat kecantikannya. Ia adalah wanita yang aktif dan suka mencoba hal-hal baru. Kadang Claudia iri akan hal itu.

"Tentu saja, aku baru saja membeli pelana baru untuk Pery," sejauh yang Claudia tahu Pery adalah nama kuda milik Eliza yang sangat disayangi.

"Ayo ikutlah, Clau. Aku akan menunjukkanmu sesuatu."

***

Kurang dari setengah jam menunggu, Eliza datang ke arahnya sambil tersenyum. "Maaf membuatmu menunggu, aku harus mengganti pakaianku tadi," ujarnya.

"Tidak masalah, Liz." Jawaban itu cukup membuat Eliza terkejut. Claudia bukanlah orang yang sabar, ia mengetahui watak temannya itu. Namun setelah melihat perubahan itu ia kembali menampik rasa herannya.

The Duke's LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang