Lelaki yang bernama lengkap Azheef Regif itu menatap berkas-berkas yang diberikan oleh ajudannya. Lengan kemejanya sudah ia gulung sejak beberapa saat lalu ketika ia tiba di tempat latihan prajurit istana. Matanya dengan tajam meneliti tulisan-tulisan yang ada di kertas putih itu.
"Bagus, Sergio. Pertahankanlah, mungkin aku akan lama di ibukota karena hal ini." Lelaki itu membuang cerutunya dan menginjak benda tersebut dengan sepatunya.
"Baik, Tuan. Saya akan ikut bagaimana keputusan anda." Balas bawahannya itu.
Azheef memandang punggung bawahannya yang mulai menjauh darinya. Bisnis yang kali ini ia lakukan benar-benar tidak bisa ditinggalkan begitu saja. Meski sebenarnya ia percaya Sergio dapat mengatasi bisnis senjatanya ini, namun ia ingin meninjaunya secara langsung. Sekaligus ia juga ingin berlama-lama di tempat ini karena tempat ini sudah lama sekali tidak ia kunjungi.
Tadinya ia hanya akan mengecek beberapa laporan tentang hasil kemenangan perang yang dua minggu lalu ia menangkan. Namun entah mengapa saat ini langkahnya membawanya ke taman bunga mawar di sekitar halaman kanan istana.
Hamparan bunga yang indah serta hembusan angin yang membawa aroma wangi khas mawar membuatnya betah berlama-lama berdiri di lorong taman. Pikirannya melalang buana pada kejadian selepas pesta kemenangan malam itu.
Keheningan itu pecah ketika ia melihat seorang wanita yang beberapa hari ini memenuhi pikirannya sedang berada di antara taman dan kelihatannya sedang asik memetik bunga.
Azheef tidak tahu perasaan apa yang ia rasakan saat ini. Entahlah, terkadang untuk saat-saat tertentu ia tidak dapat memahami perasaannya sendiri. Padahal ia adalah orang yang selalu santai menghadapi apapun.
Lama ia menatap wanita itu dan tanpa sadar berjalan mendekatinya. Hingga ketika ia berada di belakang wanita itu ia hanya berdiri menatap punggungnya.
Wanita itu bersenandung kecil sambil memetik mawar dihadapannya dan masih belum sadar bahwa ada orang lain dibelakang tubuhnya. Azheef ingin mengumpat karena kesal akibat ketidaksadaran wanita itu, jika saja ia berniat jahat sudah pasti wanita itu tidak akan sempat berteriak. Disatu sisi ia tersenyum gemas karena kepolosan wanita di depannya ini.
Karena tidak tahan dengan keheningan itu Azheef mulai membuka suaranya, "untuk apa kau memetik mawar sebanyak itu?"
Sudah barang pasti wanita itu terkejut bukan main dan berbalik menghadap ke arahnya. Lebih-lebih lagi ketika wanita itu tahu siapa orang yang mengejutkannya.
"Astaga!" Azheef agak merasa bersalah karena mengejutkan wanita itu karena sekarang wanita itu malah menjatuhkan keranjang bunganya hingga semua bunga yang ada di keranjang itu berhamburan ke tanah.
Azheef menundukkan tubuhnya dan mulai mengambil mawar- mawar yang terjatuh dan menatanya di keranjang tanpa mempedulikan wajah terkejut wanita itu.
"Kau...kau. Kenapa kau ada disini?" Wanita itu mengatakan hal tersebut dengan suara yang tercekat antara percaya atau tidak percaya bahwa yang dihadapannya ini adalah seorang Azheef Regif, Duke muda nan tampan penguasa daerah Utara, Winderwol.
Selesai dengan kegiatan memunguti mawar 'sang putri' Azheef meletakkan keranjang itu di tanah dengan bunga yang sudah masuk semua ke dalamnya. Ia menegakkan tubuhnya dan menatap wanita yang melayangkan tatapan tajam padanya, setidaknya bukan wajah ketakutan lagi.
"Memangnya tidak boleh?" Azheef terkekeh melihat wajah kesal wanita itu. Entahlah, menggoda wanita ini tampak seperti hal baru yang menyenangkan baginya.
"Sudah kubilang, jangan lagi temui aku. Lupakan semua yang terjadi kemarin. Aku mabuk." Wanita itu, Claudia De Bingley sedang melayangkan tatapan mata yang seakan-akan dapat menhunus mata Azheef saat itu juga.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Duke's Love
Roman d'amour[Follow Dulu Sebelum Membaca!!] Olivia tidak pernah menyangka kalau ia akan menjalani kehidupan reinkarnasi, apalagi jika ia harus menjadi seorang putri raja. Bukannya tidak suka, tapi apa yang bisa diharapkan kalau putri itu adalah Claudia De Bingl...