17 Healty Relationship

4.4K 342 99
                                    

"Mas."

"Hmm? "

Salma dan Rony berjalan berdampingan setelah dari apartemen Zara.

"Mas, janji kan gak akan poligami? "

Rony menghentikan langkahnya, menatap Salma. Mengerutkan kening, ia bingung atas pertanyaan itu. Atau Salma hanya sedang overthinking? Pikirnya.

"Kok ngomong gitu? " tanya Rony pelan, hati-hati.

Salma bergelayut manja pada lengan Rony, "Aku cuma takut aja. " sahutnya, pelan juga.

Rony yakin pasti ada yang sedang dipikirkan Salma, tapi apa? Dalam benaknya Rony bertanya-tanya. Apa ia membuat kesalahan? Sehingga Salma meragu padanya? Atau mungkin ini refleksi dari rasa cemburu? Cemburu pada siapa? Pikir Rony.

Rony mengusap tangan Salma pada lengannya, Salma diam dalam hening. Keduanya masih berdiri ditrotoar jalan ditengah malam yang sunyi, benar-benar sunyi. Hanya ada suara gemuruh angin yang sejuk menerpa kulit. Syahdu namun tidak dengan hati yang mendadak kelabu.

"Ada yang kamu pikirin ya? " tanya Rony, pelan dan hati-hati lagi.

Salma menggeleng, tapi Rony tak percaya begitu saja. Ia melepaskan tangan Salma yang melilit tangannya. Salma mendongak, menjauh sedikit. Rony menatapnya intens ditengah temaramnya malam.

Wajah cantik itu nampak pucat, rautnya seperti menyimpan sesuatu. Rony yakin itu.

Rony mengusap pipi Salma yang terasa dingin, pandangan keduanya bertemu. Saling menatap dengan riuh pikiran masing-masing. Tangan kanan Rony turun pada bahu Salma, diusap. Lalu turun lagi meraih jemari kanan perempuannya tanpa melepaskan pandangan sedikitpun.

Digenggam jemari lentik itu dengan lembut, diusap penuh sayang yang terlewat dari sorot mata. Selama itu keduanya hanya saling diam menatap keindahan netra masing-masing.

Tangan kiri Rony yang kini terangkat mengelus pipi Salma, Salma menahan tangan lelakinya yang bertengger dipipinya. Memejam sambil memiringkan kepala kekiri. Melihat itu Rony semakin yakin jika Salma tengah menyembunyikan sesuatu.

"Ca..."

Salma membuka matanya, tanpa aba-aba ia memeluk Rony. Erat, sungguh erat seperti tak mau dipisahkan. Kecurigaan Rony semakin membuncah, iya yakin benar-benar yakin bahwa Salma sedang tidak baik-baik saja.

"Aku dilema, Mas. " ucapnya lirih.

Rony mengusap punggung Salma dengan lembut, selanjutnya ia menaruh dua tangannya dikepitan ketiak Salma. Diangkat tubuh itu secara perlahan. Awalnya Salma terkejut namun tak bisa berkomentar apa-apa, ia mengalungkan kedua tangannya pada leher Rony. Berpegangan agar tak terjatuh.

Kedua kaki Salma terpaksa harus melilit pinggang lelaki itu agar tak terjatuh, Rony menahan tubuhnya dengan menaruh tangan terlipat dibawah pantat Salma, Salma menyandarkan kepalanya dibahu kanan Rony menghadap leher lelakinya.

Rony tak berkomentar apa-apa, ia memilih membawa Salma pulang cepat-cepat. Angin malam tak baik untuk tubuh dan perasaan Salma yang sedang mellow. Entah apa penyebabnya, Rony rasa jika membahasnya ditengah jalan kurang mengenakan. Ia sudah mengumpulkan pertanyaan dibenaknya pada sepanjang perjalanan yang hening itu.

Tiba didepan pintu apartemen, Rony membuka pintu cukup susah. Salma yang membantu, selepasnya mereka masuk.

Rony duduk disofa, Salma masih berada dalam gendongannya. Kini keduanya saling bertatapan dengan posisi Salma yang duduk dipangkuan Rony, Rony melilit pinggang ramping perempuannya dengan tatapan penuh tanya.

Salma menatapnya, menyentuh kedua bahu Rony. "Ca..."

Salma tersenyum tipis, "Aku percaya kamu gak akan sejahat itu, Mas. " selorohnya.

Hi Switzerland (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang