Bagian 03| KEDATANGAN SHANICE?

232 64 0
                                    

HALOO

Akhir-akhir ini aku sedang menyukai lagu 'Die With A Smile'

Lagu favorit kamu akhir-akhir ini apa?

Typo masih bertebaran, mohon untuk ditandai ya ⚠️

Vote dan comment juga sebanyak-banyaknya ‼️

Happy Reading ᝰ.ᐟ

•••
"Selamat berperang, dalam pikiranmu sendiri"

•••

Setelah insiden kuah bakso itu, bel masuk berbunyi, memanggil siswa-siswi kembali ke kelas masing-masing. Raina bergegas merapikan seragamnya yang terkena tumpahan kuah bakso tadi, sambil mencoba menghilangkan sisa noda yang membandel.

"Aduh, nodanya kok nggak hilang-hilang sih" gerutunya.

"Gapapa lah Rai, nanti aja di rumah bersihinnya, sekarang ayo masuk kelas dulu" ujar Kenzie.

Di kejauhan, Altair, yang kebetulan lewat menuju kelasnya, sempat melihat keadaan Raina yang sibuk dengan bajunya. Tanpa banyak reaksi, ia hanya melirik sebentar, lalu melanjutkan langkahnya. Wajahnya tetap dingin, tanpa ekspresi yang menunjukkan peduli.

"Dia kenapa sih, tatapannya kayak dendam sama gue" tanya Raina bingung. Ia berpikir apakah Altair tidak ikhlas membantunya tadi saat di kantin?

"Biarin aja lah Rai, jangan terlalu dipikirin"

Raina pun kembali ke kelasnya dan mencoba fokus mengikuti pelajaran meski perasaannya tak tenang. Hari itu rasanya berat baginya; seragam bernoda, kejadian yang memalukan di kantin.

Ketika akhirnya bel pulang berbunyi, Raina segera membereskan barang-barangnya dan berjalan cepat menuju parkiran sepeda. Ia ingin segera pulang, membersihkan diri, dan beristirahat dari hari yang terasa panjang ini.

"Fyuhhh akhirnya pulang juga, capek banget hari ini" Raina menggeliatkan tubuhnya, ia merasa lega ketika mendengar bel pulang sekolah berbunyi.

"Apalagi pelajaran hari ini susah-susah semua, tiba-tiba ulangan lagi. Anjir emang" sahut Kenzie.

"Pulang sama siapa lo Rai?" tanya Kenzie. "Biasa, naik sepeda"

"Ohh yaudah, kalo gitu gue harus buru-buru nih, gue mau ke Bandung soalnya, jenguk nenek gue"

Raina mengangguk. "Oke, hati-hati Zie!"

Kenzie melambaikan tangannya sebelum ia benar-benar keluar dari kelas tersebut. Setelah itu disusul oleh Raina yang juga ingin segera pulang ke rumahnya.

Namun, saat tiba di tempat parkir, langkahnya terhenti. Sepedanya yang biasa ia gunakan setiap hari tergeletak rusak. Rangka sepedanya patah, roda depannya terlepas, dan rantai berkaratnya berantakan di lantai.

Raina menatap sepedanya dengan wajah syok. Air mata perlahan mengalir di pipinya, tak tahu harus berbuat apa. Ia merasa tak ada harapan lagi melihat sepeda tuanya dalam kondisi seperti ini.

"Ya ampun! Sepeda gue!"

Raina segera menghampiri sepedanya yang sudah tak berbentuk lagi.

ALTAIR [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang