Bagian 09| ULAH BLACKWOLF

135 52 3
                                    

HALO

Author update lagi setelah istirahat yang cukup memuaskan

Absen dulu, kalian dari daerah mana aja nih? Mana tau ada yang samaan

Weekend ini kemana?

Jangan lupa untuk tinggalkan jejak kalian dengan voment 🤩

> Happy Reading <

•••

Entah sudah hari ke berapa Raina berada di rumah sakit. Udara di ruangan itu terasa dingin dan sunyi, hanya sesekali dipecahkan oleh suara mesin medis yang terus memonitor keadaannya.

Ezra, Damian, Liam, Jevano, dan Kenzie juga masih setia berada di sampingnya. Sekolah? Sudah bukan prioritas mereka lagi.

Semua pikiran dan tenaga mereka sekarang tercurah untuk menjaga dan menemani Raina yang hingga kini belum menunjukkan tanda-tanda mengingat siapa mereka.

Setiap kali mereka datang, Raina masih menatap mereka dengan tatapan asing, bahkan kadang cemas, seperti merasa terancam. Luka itu terasa makin dalam di hati mereka, tapi tidak ada yang berani menyerah begitu saja. Mereka semua sepakat bahwa mereka akan terus di sini, apa pun yang terjadi.

Namun, satu orang di antara mereka punya pikiran lain. Altair tidak bisa hanya duduk dan menunggu. Dia yakin ada alasan di balik amnesia yang dialami Raina.

Dan jika dia bisa menemukan jawaban itu, mungkin, hanya mungkin, Raina bisa mendapatkan ingatannya kembali.

Selama beberapa hari, Altair bolak-balik mencari informasi, menghubungi orang-orang yang mungkin tahu apa yang terjadi pada Raina sebelum kecelakaan itu.

Tanpa sepengetahuan teman-temannya, dia bertemu dengan dokter yang menangani Raina, mencari tahu catatan medisnya, bahkan mengunjungi tempat di mana Raina mengalami kecelakaan itu.

Setelah berhari-hari mencari jawaban, akhirnya Altair menemukan sesuatu. Informasi yang dia dapatkan cukup mengejutkan.

Dia menggenggam kertas hasil investigasinya erat-erat, wajahnya menunjukkan ekspresi yang sulit dibaca—campuran antara kaget, khawatir, dan sedikit takut.

Dia kembali ke kamar rumah sakit Raina, menatap gadis yang masih berbaring dengan mata kosong. Ezra yang melihat Altair datang langsung menyambutnya. “Lo ke mana aja, Al? Lo nggak keliatan seharian.”

Altair mengangguk pelan, berusaha menjaga ekspresinya tetap datar. “Cuma nyari sesuatu aja.”

Jevano meliriknya curiga. “Lo dapet sesuatu yang penting?”

Altair menahan napas sejenak, lalu menggeleng. “Belum, sih. Gue cuma butuh waktu buat berpikir.”

Damian, yang juga penasaran, langsung bertanya, “Kalo lo nemu sesuatu, kasih tau kita, ya. Kita bareng-bareng urus ini.”

Altair hanya mengangguk samar, meskipun dalam hatinya, dia tahu bahwa apa yang dia temukan tidak bisa langsung dia ceritakan ke mereka semua.

Informasi ini terlalu berat, dan dia masih belum tahu apa yang harus dilakukannya dengan pengetahuan itu. Satu hal yang pasti dia harus berhati-hati.

ALTAIR [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang