Bagian 10| KEGAGALAN DALAM PEMBALASAN

127 47 3
                                    

HALOO

Hari ini author update lagi, tapi cuman 1000 kata karena lagi kelelahan. Tapi diusahakan untuk tetap konsisten update🤗

Besok author ada kegiatan padat, kalo semuanya berjalan dengan baik author pasti update dengan kata yang lebih banyak

Semangatt 🌛🌛

Tebak warna kesukaan author?

Jangan lupa kalian juga harus konsisten untuk vote dan comment ya😉😉

> Happy Reading <

•••

“Ternyata sakit ya, Ra. Hidup seorang diri di tengah-tengah kerumunan manusia-manusia menyeramkan.”

•••

Di malam yang dingin itu, geng Djielang akhirnya tiba di markas BlackWolf.

Suasana sekeliling terasa sunyi, tapi penuh dengan ketegangan yang menghantui.

Altair, Ezra, Damian, Liam, dan Jevano berdiri dengan penuh kesiapan, wajah mereka tegang dan penuh tekad.

Mereka sudah siap untuk membalas serangan yang menghancurkan tempat mereka.

Tapi, tiba-tiba dari balik kegelapan, muncul seseorang dari BlackWolf, menyeret sosok yang tak asing di mata mereka—Raina.

Dengan tangan terikat di belakang dan mulut dibekap kain, Raina tampak ketakutan dan mencoba meronta-ronta, tapi sia-sia.

Tenaganya kalah jauh dari si anggota BlackWolf yang menahan erat bahunya. Mata Altair dan teman-temannya langsung melebar, tak percaya dengan apa yang mereka lihat.

“Raina!” seru Jevano kaget, wajahnya berubah antara cemas dan marah.

Si anggota BlackWolf menyeringai puas. “Nggak nyangka ya? Gue bawain hadiah buat kalian malam ini,” ujarnya dengan nada mengejek, memegangi Raina yang berusaha memberontak.

Ezra melangkah maju, wajahnya penuh kemarahan. “Lo pikir ini lelucon? Gunain cewek nggak berdosa sebagai alat mainan lo?”

Si anggota BlackWolf tertawa kecil, tatapannya penuh kepuasan.

 “Lelucon? Gue cuma mau pastiin kalau lo semua nggak bakal nyakitin kami. Mau balas dendam? Silakan, tapi pastikan lo pikirin konsekuensinya dulu.”

Damian mengepalkan tangannya dengan kuat, matanya berkilat penuh amarah. “Lepasin dia, atau lo semua bakal kena akibatnya.”

Anggota BlackWolf itu tak gentar sedikit pun, malah semakin mengejek mereka.

“Gue nggak takut sama ancaman lo, bro. Malah, gue pengen liat lo pada panik. Coba deh lo lihat ekspresi kalian sekarang. Lucu banget, serius.”

Altair tetap diam di tempat, tapi pandangan matanya tertuju lurus ke arah Raina.

Meski ekspresinya tetap dingin seperti biasanya, amarah terpendam jelas terlihat di balik matanya.

Dia menarik napas panjang, berusaha menenangkan diri, tapi tangannya tetap mengepal erat.

“Lo main kotor,” kata Altair dengan nada rendah dan penuh ancaman.

 “Lepasin dia sekarang. Kalau lo sampai nyakitin Raina, gue pastikan ini bakal jadi hal terakhir yang lo lakuin.”

ALTAIR [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang