0.1 Familiar

91 41 32
                                    

jangan lupa buat vote+komen ya, terimakasih✨

~Happy Reading~

"Aleisa, kamu tunggu disini dulu ya, nanti Bapak panggil kamu kalo udah siap."

"Ohh iya Pak."

Aku mengiyakan kata guru yang kini sudah mulai menghilang dari pandanganku.
Namanya Pak Mardi, kami kenalan tadi pagi. Dia menyuruhku menunggu di bangku pinggir lapangan sekolah sembari menunggu berkas yang belum siap.

Hari ini aku resmi pindah sekolah yang lebih dekat dari sekolah yang lama. Sekolah lama yang lumayan agak jauh dari rumah membuatku sering terlambat.

Aku sibuk memperhatikan anak-anak kelas lain yang sedang berolahraga di lapangan. Cuacanya mendung, bahkan sinar matahari pun tidak muncul. Mungkin nanti akan turun hujan, ah memikirkan hujan aku lupa membawa payung. Ibu bahkan tidak mengingatkan ku tadi pagi.

Merasakan bahuku ditepuk dua kali, aku pun menoleh ke samping kanan. Rupanya Pak Mardi, aku terlalu asik melihat ke lapangan hingga tak sadar ada yang datang.

Aku menghela nafas pelan untuk menetralkan rasa keterkejutan ku akibat di tepuk oleh Pak Mardi.

"Bapak bikin kaget aja. Ada apa Pak?"

Pak Mardi tersenyum, "Semua udah beres, ayo ikut Bapak ke ruang kepala sekolah."

Aku berjalan di belakang guru yang akan menjadi wali kelasku itu nanti. Hanya ada beberapa orang yang berlalu lalang, mungkin karena belum jam istirahat.

Saat sampai di depan ruang kepala sekolah, Pak Mardi menyuruhku untuk masuk.

"Duduk dulu." kata kepala sekolah itu, kalo dilihat dari nama yang dibaju sih suripta, berati Pak Suripta.

"Nak Aleisa, hari ini hari pertama kamu di sekolah ini, sebelum kamu masuk ke ruang kelas. Kamu akan di pandu sama nak Djavier untuk pengenalan sekolah ini." kata pak suripta menjelaskan.

Laki-laki yang kini duduk di samping kepala sekolah itu pun mendongak menatapku sambil tersenyum. Ya Tuhan sejak kapan ada laki-laki disana? sepertinya aku terlalu fokus dengan Pak Suripta. Dan apa itu?! kenapa dia tersenyum menatapku? bahkan mata nya pun ikut tersenyum seperti bulan sabit.

" Silahkan Aleisa, nanti kamu ikuti Djavier."

Aku pun mengiyakan ucapan Pak Mardi, Kami pun berdiri dan berpamitan untuk keluar dari ruangan tersebut.

Setelah menutup pintu, aku pun berbalik dan "dug" apalagi ini? kenapa dia berdiri di belakangku, nabrak kan jadi nya.

"Eh lo gapapa? sorry gue ga sengaja." ucapnya dengan sedikit khawatir.

"Ah gapapa kak, aman." ujar ku meyakinkan, padahal sedikit sakit.

"Oke, ayo keliling sekolah nanti gue jelasin ruangan yang belum lo ngerti."

Mengangguk mengiyakan ucapannya, lalu mengikuti langkah demi langkah di belakang nya. langkah itu berhenti tiba-tiba"dug" dejavu. Hal yang sama terulang lagi, sakit iya, malu juga iya.

"Maaf kak, tiba-tiba banget berhentinya." gerutu Aleisa.

Laki-laki itu terkekeh pelan,"makanya jalan itu jangan di belakang, nabrak kan. sini samping gue."

Aleisa pasrah dan bejalan disamping laki-laki yang notabenya adalah kakak kelas nya itu. Djavier sungguh melaksanakan tugas dengan baik, menjelaskan ruangan di sekolah yang Aleisa tidak tau. Setelah selesai acara berkeliling sekolah, mereka duduk di bangku taman dengan meminum minuman yang mereka beli di kantin tadi.

"Nama lo Aleisa? gue Djavier, Djavier Quelmoon."

"Iya kak, salam kenal."

"Eh lo kena-" ucapan kak Djavier terputus karena kedatangan laki-laki yang membawa yang mebawa dua tas hitam.

"Lo udah selesai belum nyet? lama amat perasaan, bolos ya lo!" ujar laki-laki itu.

"Sabar kali bro, mana tas gue?" gerutu kak Djavier.

"Noh!" temannya pun melempar tas hitam itu, lalu dengan sigap di tangkap oleh kak Djavier.

"Aleisa, gue ada rapat. Sorry gabisa nemenin ke kelas, kelas nya yang tadi gue tunjukkin, ga lupakan?" ucap kak Djavier berdiri.

"Gapapa kak, ga lupa kok, makasih ya."

Djavier menganggukan kepala dan beranjak dengan teman yang menghampirinya tadi.

Dua orang yang berada di depan nya itu mulai berjalan menjauh meninggalkannya. Aleisa memperhatikan punggung Djavier, pandangannya fokus kepada keychain di tas hitam yang di sampirkan di bahu kanan Djavier.

Keychain itu berwarna biru, dengan motif seperti gurita kecil.

Ya, Aleisa ingat dia juga mempunyai nya dirumah, dengan perbedaan warna saja. Pikirannya pun terus memikirkan keychain itu, bahkan dengan pemiliknya.


~~0~~

" Jika itu tampak tak asing, seharusnya kita tidak se asing ini."

-Terimakasih-

Senja dan BulanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang