Jangan lupa buat vote + komen ya!
~Happy Reading ~Hari ini hari senin, hari yang kebanyakan dibenci para murid karena harus mengikuti upacara.
Aku berharap tidak akan bertemu dengan Djavier hari ini. Takut untuk sekedar bertemu dengannya.
Setelah pertemuan kemarin, aku benar-benar takut Djavier mengingat pertemuan kita di masa lalu. Biar kan saja aku yang mengingat, tidak untuk dirinya.
Tapi sepertinya ketakutan ku semakin menjadi setelah aku menerima pesan dari nomor yang tidak aku kenal.
"Sa, ini Djavier. Bisa temui gue nanti pas jam istirahat? Gue tunggu di taman belakang sekolah."
Itu isi pesan yang dikirim kan oleh nomor tersebut. Apa yang ingin di sampaikan oleh lelaki itu?
-0-0-0-
Jam istirahat sudah berbunyi lima menit yang lalu, Aleisa masih belum beranjak dari kelas. Tadi, lelaki itu mengiriminya pesan lagi jika dia sudah menunggu di taman.
Melawan rasa takut jika Djavier akan ingat. Aleisa memberanikan diri untuk beranjak ke taman menemui Djavier.
Saat sampai di sana Aleisa tidak menemukan keberadaan Djavier. Hanya ada bangku panjang yang kosong di bawah pohon.
"Ini serius ga ada orang? Katanya tadi udah nungguin." gerutu Aleisa. Dia pun duduk di bangku tersebut.
Alei menunggu Djavier datang, tapi lelaki itu sama sekali tidak memunculkan batang hidungnya.
"Aleisa, tunggu dulu." Itu suara Djavier yang membuatku mengurungkan niat untuk branjak dari sana.
"Maaf banget lama, tadi dipanggil sama guru." ucap nya dengan nafas tak beraturan karena habis berlari.
"Gapapa, mau bicara apa?" tanyaku yang ingin segera tau.
Lelaki itu duduk di sampingku, dia hanya diam dan kemudian dia menatap ke arahku.
"Masih ingat ucapan pas di depan toko kemarin engga Sa?" tanyanya.
Aku pun menganggukan kepala dua kali tanda mengerti untuk menanggapi pertanyaannya.
"Lo nawari kalo lo bisa dijadiin tempat cerita, dan sekarang gue bakal nggunain tempat itu dengan sebaik mungkin." Ucapnya.
Aku tersenyum, "Boleh banget kak."
"Akhir-akhir ini gue mimpi."
"Mimpi apa kak?"
"Gue mimpiin ini ga cuma sekali, bahkan berkali-kali. Mimpi jaman pas masih awal sma terus gue ketemu sama anak perempuan pakai seragam biru putih yang dimana dia ngajak foto gue. Gue pertamanya seneng soalnya gue kayak artis gitu diajak foto hahaha." Kak Djavier tertawa.
"Tapi engga setelah gue mendapati mimpi itu berulang-ulang." ucapnya menghentikan tawanya.
"Lo tau apa yang aneh?"
Aku menjawab dengan menggelengkan kepala.
"Suara perempuan itu sama persis kayak lo, benar-benar sama. Bahkan dengan cara anak itu bicara sama kayak lo Sa."
"Gue sebenernya ga berniat cerita ini ke siapapun, tapi karena gue kemarin mimpi itu lagi, gue akhirnya gunain tempat cerita gue." ucapnya sambil menatapku.
Aku tak berani membalas tatapannya. Aku tau, sebenarnya itu bukan hanya sekedar mimpi. Hanya saja yang di impikan Djavier adalah ingatan masa lalu. Hal-hal yang benar terjadi di masa lalu, hanya saja mungkin Djavier lupa dengan hal itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Senja dan Bulan
JugendliteraturJudul baru Senja dan Bulan (Judul lama: Talking To The Moon) ❝ Cerita ini aku tulis untukmu, Djavier. Laki-laki yang aku perumpamakan bulan yang indah, laki-laki penyuka hujan dan senja, dan laki-laki dengan sejuta kelebihan. Aku merindu...❞ [cerit...