Jangan lupa buat vote + komen yaa!!
~Happy Reading~
Hari ini, sepulang sekolah Djavier mengajak Aleisa untuk pergi ke taman.
Gadis itu menghampiri Djavier yang kini sedang mengambil motor di parkiran sekolah.
"Kak gabisa ditunda aja? Males ini." Ucapnya tak bersemangat di depan lelaki itu.
"Katanya tadi mau, kok sekarang jadi males?" Heran Djavier sembari menyodorkan helm kepada gadis itu.
"Padahal gue berniat beliin lo es krim, kalo gamau juga gapapa." Sambung Djavier seolah-olah menunjukan eskpresi kecewa.
Aleisa yang tadinya tak bersemangat pun langsung membulatkan binar matanya. Ini soal es krim dan diriya tidak bisa menolak jika berurusan dengan es krim.
"Gajadi Kak! Gue udah semangat ini ayoo!" Ucap gadis itu tersenyum lebar.
"Yaelah giliran es krim aja udah paling semangat." Balas lelaki itu memutar mata nya malas.
"Nihh, kalo mau helm nya pake dulu." Helm yang di sodorkannya dari tadi tak kunjung diterima oleh gadis itu.
"Aelah, masa gapeka sih. Mau dipakein dong!" Ujar gadis itu tersenyum.
Djavier pun dengan cepat memasangkan helm di kepala Aleisa. Gadis itu lalu naik ke jok belakang motor Djavier.
"Mau pegangan ga lo?!" Tanya Djavier yang sudah lelah dengan sikap Aleisa.
"Ogahh Kak, lagian aman ini."
Mendengar jawaban gadis itu. Djavier menancap gas dengan kecepatan diatas rata-rata. Aleisa yang tak siap pun reflek memeluk pinggang Djavier.
"GILA LO KAK! GUE KAGETTT!" Pekik gadis itu.
-0-0-0-
Motor yang ditumpangi mereka telah sampai di depan kedai eskrim. Sepertinya antrian hari ini agak panjang. Ada sekitar 5 antrean di depan mereka.
"Lo mau rasa apa Sa?" Tanya lelaki itu.
"Mau rasa redvelvet sama topingnya coklat ya Kak!" Ucap Aleisa bersemangat.
"Gue rasa coklat, bilang ke mbaknya. Ntar gue yang bayar."
Tatapan gadis didepannya itu langsung berubah, dia terlihat seperti kebingungan.
"Kak Djavier aja deh yang ngomong." Ujarnya sambil tersenyum kikuk.
"Kenapa gitu?"
"Gaberani ngomong hehehe." Ucapnya sambil meringis.
Djavier pun menyebutkan pesanan mereka setelah tiba antrian mereka. Setelah menerima es krim nya, dia pun langsung membayar.
Kini mereka berdua duduk di kursi taman yang tak jauh berada didekat kedai es krim yang mereka beli tadi.
"Sok-sok an mau ikut trend 'Aku apa-apa bisa sendiri' ngomong sama penjual aja engga berani." Lelaki itu mendengus melihat gadis di samping nya yang sibuk dengan es krimnya.
"Hehehe tau ajaa." Gadis itu mengeluarkan cengiran khasnya.
"Redvelvet gaenak, kenapa lo pilih coba?"
Aleisa dengan cepat menggalihkan pandangannya ke Djavier. Dia tak terima dengan ucapan lelaki itu.
"Heh! sembarangan aja. Ini tuh rasa paling enak asal kakak tau!" Celetuk gadis itu tak terima.
"Iya deh iya, si paling es krim." Ucapnya jengah.
"Nah udah habis, yuk pulang!." Ucap Aleisa sembari berdiri, setelah es krim ditangannya habis.
"Gatau terima kasih ya lo! Lo kira gue ngajak kesini cuma mau beliin lo eskrim doang?!" Djavier mendengus kesal.
Sedangkan Aleisa hanya mengerjapkan matanya beberapa kali.
"Iya deh maaf, mau ngomongin apa Kak?" Balas gadis itu tak enak.
Djavier menghela nafasnya perlahan, lalu menyuruh gadis itu untuk duduk lagi.
"Lo ga mau jujur sama gue Sa?" Pertanyaan itu membuat lawan bicaranya menoleh dan mengernyit tak paham.
"Jujur apa? Emang selama ini bohongin apa?"
"Yakin?" Melihat Aleisa yang hanya menganggukan kepala. Ia pun dengan perlahan mengeluarkan foto dari saku celananya.
Aleisa membulatkan matanya tak percaya. Bagaiman bisa foto itu berada ditangan lelaki di depannya?
"Yakin masih gamau jujur?" Ucap Djavier melihat reaksi Aleisa.
"Kakk, dapet foto itu darimana? Dan kenapa bisa di lo?"
"Gue nemuin ini di perpustakaan rumah lo kemarin. Dan gue nemuin ini dikotak hitam di rak paling pojok." Jelasnya.
"Lo mungkin salah Kak. Dan ini ga seperti yang lo pikirin." Ucap gadis itu gugup, bingung ingin menjawab apa.
"Yakin? Gue juga nemuin keychain yang sama persis kayak punya gue. Itu punya lo kan? Terus foto ini, Ini foto lo sama gue kan? Jawab Sa!" Lelaki itu sudah tak bisa menahan emosi nya.
"Kak, ini--"
"Jawab aja jujur Saa..." Lirih Djavier.
"Iya Kak. Foto itu foto lama kita, emang bener gue yang ada di mimpi lo selama ini kak. Itu bukan cuma mimpi, itu ingatan lama lo yang udah lo lupain! Dan maaf udah ngerahasian ini sama lo." Jelas Aleisa.
Djavier hanya diam memandangi langit yang kini mulai menghitam, langit pun tau perasaannya hari ini.
"Ayo kita pulang, mau hujan." Celetuk laki-laki itu sembari berdiri menenteng tas di pundaknya.
Aleisa hanya diam mengikuti langkah didepannya.
-0-0-0-
Mereka pulang dalam keadaan diam. Tak ada obrolan apapun diatas motor. Tidak seperti biasanya yang akan membahas hal apa saja.
Gerimis pun turun disaat seperti ini. Wajah Djavier jelas menunjukan kekecewaan dan Aleisa merasa bersalah dengan hal itu.
Kini motor yang mereka tumpangi telah sampai didepan gerbang rumah Aleisa.
"Kak maaf, karena engga bilang ini dari awal. Gue ngerasa kita bisa berteman tanpa melibatkan masa lalu kita." Gadis itu menundukan kepalanya.
Dia mendongak saat mendapat usapan lembut di kepalanya. Djavier pelakunya, lelaki itu tersenyum menatapnya.
"Gapapa Sa. Gue ngerti, pasti ada alasan khusus kenapa lo milih cara ini. Dan maaf karena tadi gue emosi sama lo."
"Gapapa Kak." Gadis itu tersenyum mendengarnya.
"Gue pulang dulu, udah keburu mau deres ini. Sana masuk nanti basah baju lo." Lelaki itu memakai kembli helm dan menghidupkan motornya.
"Hati-hati kak!"
~°~°~
~Terkadang cara kita bahagia di masa depan adalah melupakan beberapa hal di masa lalu. Bahkan bisa saja di masa sekarang. ~
-Terimakasih-
Jadi setelah Djavier tau, kira-kira apa yang bakal dilakuin sama dia?
Ditunggu ya bab selanjutnya!!
KAMU SEDANG MEMBACA
Senja dan Bulan
Ficção AdolescenteJudul baru Senja dan Bulan (Judul lama: Talking To The Moon) ❝ Cerita ini aku tulis untukmu, Djavier. Laki-laki yang aku perumpamakan bulan yang indah, laki-laki penyuka hujan dan senja, dan laki-laki dengan sejuta kelebihan. Aku merindu...❞ [cerit...