Jangan lupa buat vote + komen ya!
~Happy Reading~Sudah seminggu ini aku bersekolah disini. Bahkan aku sudah tidak pernah bertemu lagi dengan Djavier. Hari itu, hari terakhir pertemuanku dengannya.
Cuaca siang hari ini cukup cerah, padahal tadi pagi mendung disertai rintik gerimis. Aku bahkan sudah siap membawa payung jika nanti akan turun hujan.
Jam kosong siang ini membawa ku untuk naik ke lantai 2 menuju perpustakaan. Sepertinya membaca buku akan menyenangkan daripada mendengarkan celotehan teman yang ramai di kelas.
"Eh Alei mau ngapain kesini?" ucap perempuan yang tiba-tiba berada di depanku.
"Cari buku, bosen aja dikelas." jawabku santai. Namanya Dahlia, dia anak kelas sebelah yang berkenalan denganku 2 hari lalu.
"Oh oke, aku balik ke kelas dulu kalo gitu."
"Iya, Lia." ujarku sambil mempersilahkan Dahlia untuk lewat.
Aku pun lanjut berjalan ke dalam perpustakan menuju rak-rak yang berisi novel. Pikirku disini akan sepi, ternyata lumayan banyak orang yang membaca buku.
Satu buku menarik perhatianku, buku dengan sampul berwarna biru dan hitam. Dengan judul "Pemburuan Bulan Malam." Setelah mengambil buku itu, aku pun mencari bangku yang kosong.
Bangku pojok menjadi tujuanku untuk duduk, di depanku ada murid laki-laki yang sedang tidur. Jangan tanya siapa, entah aku pun tak mengenalnya, muka nya saja tertutup oleh buku.
~0~0~
Tiga puluh menit waktu berlalu, Aleisa habiskan untuk membaca buku tersebut. Murid laki-laki di depannya sama sekali tidak terusik oleh kegiatannya.
"Pemburu langit malam tidak pernah tidur, mereka memburu benda-benda yang ada di langit. Bahkan pemburu bulan akan sangat bahagia ketika malam hari, mereka sangat benci hujan-"
"Kenapa benci hujan? hujan itu anugrah dari Tuhan." ucapan Aleisa terpotong oleh laki-laki di depannya yang ternyata mendengarkan pembicaraannya.
Aleisa menyipitkan matanya, rupanya yang dari tadi tidur adalah Djavier.
"Kak! ngagetin aja, tiba-tiba banget nyaut."
Djavier terkekeh pelan, "Maaf, jadi kenapa?" tanya nya lagi dengan tangan menopang kepalanya.
"Emm... disini tertulis, pemburu bulan benci hujan dikarenakan jika hujan turun, mereka tidak bisa melihat bulan yang mereka buru." jawab Aleisa dengan melihat buku yang dibacanya.
"Tapi, suara air hujan lebih nyaman buat nemenin tidur." balas Djavier.
"Kenapa gitu?"
"Bisa nyamarin suara nangis." ucap Djavier sedikit berbisik lalu tersenyum, lagi-lagi matanya berbentuk seperti bulan sabit.
Aleisa terhenyak sebentar mendengarkan ucapan Djavier. Laki-laki itu kini malah sibuk menaruh tas diatas meja.
Tunggu, fokus ku berubah. Aku melihat keychain warna biru dengan motif gurita itu lagi. Aku penasaran. Benar-benar tampak tak asing dimataku.
"Kak, keychain itu dapat darimana?" tanyaku dengan keberanian.
Djavier menoleh ke Aleisa, lalu melihat ke arah keychain yang selama ini terpasang di tasnya.
"Ah ini, gatau dari siapa udah lama. Dulu dikasih sama adek kelas, terus ya gue pasang aja."
Aleisa mengernyit seakan sedang mengingat sesuatu, adek kelas?
"Kenapa emangnya?" tanya Djavier heran yang melihat perubahan raut muka Aleisa.
"Eh gapapa kak, nanya aja." balasnya sambil menetralkan ekspresinya.
Djavier menganggukkan kepala, lalu sibuk dengan kegiatannya.
~0~0~
Pikiran Aleisa kini dipenuhi oleh ucapan Djavier tadi siang. Sepulang sekolah tadi dirinya langsung mencari kotak lama yang menyimpan barang lamanya. Satu jam ia habiskan waktu di gudang untuk mencari nya.
Dan ketemu! Aleisa menemukan keychain dengan bentuk yang sama seperti milik Djavier, hanya saja berwarna pink.
Benarkah dengan suatu kebenaran yang dia temukan? ada satu hal lagi yang ingin Aleisa pastikan. Mengambil handphone lama nya di kotak yang ditemukannya tadi.
"Semoga aja masih hidup, ayo dong jangan mati." ucapnya penuh kepastian kepada handphone lamanya.
"Yes! hidup juga ini hp." ucapnya senang.
Dia pun mengotak atik untuk memastikan apakah Djavier si kakak kelasnya itu orang yang dikenalnya?
File dengan berisikan foto-foto lamanya sangat banyak. Mencari satu per satu pun akan dia lakukan.
"Hah?! jadi selama ini...." Aleisa tak percaya dengan apa yang dilihatnya sekarang.
Foto dirinya saat masih mengenakan seragam biru putih berdiri disamping laki-laki yang sedang duduk di motornya mengenakan seragam sma dan topi hitam. Laki-laki itu Djavier, terkejut? tentu saja! kenapa selama ini dia tidak menyadarinya?
"Bodoh Alei, lo bodoh. Masa muka nya aja ga inget sih." kesal alei menjambak rambutnya sendiri.
~0~0~0~
Kak! boleh minta fotbar ga? kakanya ganteng banget, ucap gadis yang tiba-tiba berlari ke arah nya dengan satu teman yang mengikutinya.
"Boleh, sini-sini." ujar laki-laki yang di panggil kakak itu.
Dia terkekeh pelan saat tiba-tiba gadis itu berpose dengan tangan membentuk peace.
"Kak gaya dong, masa kayak patung di motor." gadis itu kesal rupanya.
Ia pun berpose andalan bapak-bapak dengan tangan jempol dan tersenyum ke arah kamera yang dijepret oleh teman yang dibawa gadis itu.
"Udah belom?" tanya nya ke gadis yang kini menghadapnya.
"Udah kak, makasih banyak ya hehe." ucapnya dengan nada yang bahagia, ada senyum manis di bibirnya.
Niatnya ingin pulang setelah jajan di pinggir lapangan malah tiba-tiba di datangi gadis random yang entah dari mana. Mana dirinya sudah nongkrong di motor dan memakai helm yang terpaksa ia lepas.
"Besok-besok kesini lagi ya! nanti aku kasih sesuatu." ucap gadis itu.
Ia hanya menganggukan kepala nya dan membalas dengan dua jempol.
Djavier terbangun,
huhh lagi-lagi ia memimpikan gadis itu lagi, sudah beberapa kali Djavier memimpikan itu.
Wajah gadis itu saja di mimpinya sangat samar dan tidak kelihatan, hanya suara nya saja yang jelas. Sedangkan ia sudah mulai lupa dengan kejadian sekitar dua atau tiga tahun lalu.
"Lo...siapa sih? kenapa gue mimpiin lo mulu." menghela napas pelan, djavier berusaha tidur kembali.
-Terimakasih-
Next?
KAMU SEDANG MEMBACA
Senja dan Bulan
Teen FictionJudul baru Senja dan Bulan (Judul lama: Talking To The Moon) ❝ Cerita ini aku tulis untukmu, Djavier. Laki-laki yang aku perumpamakan bulan yang indah, laki-laki penyuka hujan dan senja, dan laki-laki dengan sejuta kelebihan. Aku merindu...❞ [cerit...