SATU

82 8 2
                                    

Kamu adalah satu-satunya orang yang mampu membuatku terlarut begitu dalam.
Hadirmu meninggalkan luka dan kenangan yang membekas di dalam dada.

-Farina Berliana-

*
*
*
*
*

"ZIEL!!" panggil Berlian dengan berteriak.

Yeziel menoleh kearah belakang, menemukan Berlian sedang berlari ke arahnya sambil menenteng tas.

"Kenapa, hm?" tanya Yeziel sambil mengelus lembut surai hitam panjang milik Berlian.

"Anterin aku bisa ngga?"

Yeziel mengacak puncak kepala Berlian pelan. "Jelas bisa, dong. Apasih, yang enggak buat seorang Farina Berliana?"

"Yaudah, ayok."

Keduanya berjalan bersisian di trotoar. Hari ini mereka berangkat dan pulang berjalan kaki, karena jarak rumah yang tak terlalu jauh dari sekolah.

"Jajan duluuuu," rengek Berlian.

"Es krim mau?" tawar Yeziel.

"MAUU!!"

"Yaudah, mampir di warung depan situ aja, ya?"

"OKE," jawab Berlian sembari mengacungkan jempolnya.

•••

"Enak?" tanya Yeziel.

"Jelas enak, dong. Kan yang beliin Yeziel Alganendra."

"Kalo yang beliin papa kamu, ga enak?"

"Ih, ya tetep enak, lah! Soalnya yang beliin orang-orang tersayang."

"Iya deh, sipaling."

Berlian tidak menggubrisnya, ia hanya fokus memakan es krim nya, membuat pipinya cemong-cemong dengan es krim.

Yeziel membersihkan pipi Berlian yang cemong-cemong dengan tangannya.

"Makasih."

"Sama-sama."

"Udah. Pulang,yuk."

"Oke,yuk."

Keduanya kembali berjalan bersisian sambil berceloteh ria.

"Udah sana, masuk. Titip salam buat bunda juga,ya," ucap Yeziel ketika sampai di depan rumah Berlian.

"Iya. Kamu juga pulang, sana."

"Iya. Bye Liann," Yeziel melambaikan tangannya kearah Berlian sambil berjalan menuju rumahnya yang terletak di samping rumah Berlian.

Berlian balas melambaikan tangannya kepada Yeziel.

Saat Berlian melangkah masuk ke rumahnya, tiba-tiba Forryl—kakak Berlian—sudah bertengger di ruang tamu.

"Bucin," celetuknya.

"Idih, iri bilang aja, jomblo," ledeknya.

Biru Milik Berlian [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang