LIMA BELAS

0 0 0
                                    

Pick gue ilang kemana, ya?” Elbiru menggaruk belakang kepalanya yang tak gatal. Ia heran, pasalnya, tadi ia ingat jika ia sudah membawa pick-nya dan menyimpannya di dalam saku kemejanya.

Sedari tadi, Elbiru terus mondar-mandir di dalam area ruang musik. Ia mencari di setiap sudut, di sofa, di tas gitar miliknya, di karpet, di lantai, di bawah meja, di bawah sofa, pun tak ada. Saking frustasinya, ia berjongkok di sudut ruangan dan bersandar pada tembok.

“Itu pick mahal, anjir. Baru gue beli kemarin...” Elbiru berujar melas sambil menatap kosong ke depan. Shaka dan Azka yang sejak tadi melihat Elbiru mondar-mandir pun tak ada niatan sama sekalian untuk membantu sahabatnya yang satu itu. Tapi karena merasa kasihan dengan Elbiru, Shaka memutuskan untuk membantu Elbiru mencari pick-nya.

“Tadi udah lo bawa kesini, apa belum?” tanya Shaka. Padahal Elbiru sudah mengoceh daritadi, dan yang Elbiru katakan itu hanya satu kalimat yang berkali-kali diucapkan olehnya. ‘Tadi tuh udah gue bawa ke sini, tapi kok ilang.’ Keluhnya saat mondar-mandir tadi, dan kalimat itu ia katakan berulang-ulang.

“Lo nanya sekali lagi, gue gampar lo,” ancam Elbiru. Ia sudah lelah. Pasrah. Biarlah ia kehilangan pick barunya seharga dua ratus dua puluh ribu rupiah itu.

“Hari apes nggak ada di kalender, Ru,” celetuk Azka mengundang tatapan peperangan dari Elbiru.

Tak lama setelah itu, terlihat kedatangan Aletta dan Berlian. Mereka mengetuk pintu terlebih dahulu sebelum masuk. Setelah diizinkan untuk masuk, barulah mereka memasuki ruang musik tersebut.

Berlian menempatkan diri di dekat keyboard. Sementara Aletta, menempatkan diri tak jauh dari posisinya. Mereka berdua sontak saling menatap keheranan ketika melihat Elbiru mondar-mandir frustasi. Berkaki Elbiru menggerutu namun ujung-ujungnya juga tetap tidak ketemu. Daripada mati penasaran, Berlian memutuskan untuk bertanya kepada Elbiru. “Cari apa, Kak?” tanyanya, membuat semua atensi teralihkan padanya.

Pick,” sahut Elbiru, singkat, padat, pick.

Berlian menoleh ke samping kanan dan kirinya, berniat mencoba membantu mencari barang milik Elbiru. Ia meraba karpet yang ia duduki. Dapat! Ia menemukan suatu benda pipih berukuran kecil. Ia memperhatikannya baik-baik, takut jika ternyata yang ia ambil bukanlah pick.

Setelah yakin bahwa itu adalah barang yang Elbiru cari, Berlian memuaskan bertanya kepada Elbiru. Berlian mengacungkan tangannya tinggi-tinggi, sambil memperlihatkan benda yang ia temukan. “Ini, bukan?”

Elbiru tidak beranjak dari tempatnya, ia melihat benda kecil yang diacungkan Berlian dengan mata menyipit. “NAH, IYA, BENER ITUUU!!!” soraknya girang membuat Azka dan Shaka bergidik ngeri melihatnya.

Elbiru menengadahkan tangannya di hadapan Berlian. Entah kenapa, saat ingin memberikannya kepada Elbiru, degup jantungnya berubah tak beraturan. Berlian menjadi gugup dan membeku untuk beberapa saat. Hingga akhirnya ia menaruh benda pipih kecil itu di telapak tangan Elbiru. Jarinya sempat bersentuhan dengan telapak tangan Elbiru, membuat ia semakin gugup tak karuan.

“Makasih, ya,” kata Elbiru yang dibalas anggukan oleh Berlian. Berlian masih heran, mengapa tiba-tiba ia merasa gugup? Padahal sebelumnya ia tak pernah merasakan seperti ini. Ah, sudah, lupakan. Ia memilih untuk mengabaikannya dan beralih berkutat dengan chord-chord-nya.

>•••<

“LIAN!!” seru Elbiru ketika Berlian meninggalkan ruang musik. Ia mengejar Berlian yang sudah terlanjur jauh. Dengan langkah tergopoh-gopoh, ia menghambat Berlian yang sudah berada di lantai dua bersama Aletta. Berlian menoleh, lalu menaikkan sebelah alisnya, seolah bertanya, 'Apa?'

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 02 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Biru Milik Berlian [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang