Selama di kelas, Berlian terlihat lesu. Tubuhnya memang ada didalam kelas, namun pikirannya sudah berkelana entah kemana.
Bukan apa-apa. Ia hanya sedikit kecewa kepada Yeziel, karena Yeziel tidak memberitahunya dari awal jika ia ingin berangkat bersama Cheyda.
Sebenarnya ia tidak keberatan jika Yeziel berangkat bersama Cheyda. Toh, ia siapa? Ia hanya pendatang baru di hidup Yeziel.
"Jangan melamun terus, ntar kesambet," tegur Fayra memperingati.
Berlian menoleh kearah Fayra yang tengah sibuk mencatat pelajaran.
"Rajin banget."
"Nggak kaya lo! Melamuunn mulu."
Berlian mengangkat wajahnya dengan raut wajah yang dibuat segarang mungkin. "Gue nggak melamun, ya! Cuma lagi meratapi nasib," sanggahnya.
"Terserah."
Berlian menyenderkan tubuhnya pada tembok disampingnya. Tangannya terangkat mengambil sebuah pensil yang ada diatas mejanya. Ia menggunakan pensil tersebut untuk mencoret-coret kertas kosong dihadapannya.
"Ra," panggil Berlian membuat Fayra menoleh dengan alis terangkat, seolah bertanya 'apa'.
"Menurut lo, ada kemungkinan Ziel sama Cheyda bakal balikan, nggak?"
"Mereka lagi, mereka lagi. Bosen gue dengernya," celetuk Kinan dari bangku depan.
Kinan menoleh kebelakang, menghadap Berlian sepenuhnya. "Lo itu jangan kebanyakan negatif thinking. Kalo lo percaya sama Yeziel, yaudah, lo diem aja. Kalo lo yakin Yeziel setia, ya lo nggak usah khawatir. Karena kalau memang dia cinta sama lo, dia sayang sama lo, dia setia sama lo, dan dia serius sama lo, dia nggak akan balik lagi ke Cheyda."
"Gue yakin, kok. Yeziel itu orang baik. Bukan cowok brengsek," sambungnya.
"Tap—"
Belum sempat Berlian mengucapkan satu patah kata, Kinan sudah duluan menyerobotnya. "Tapi apa lagi, hm? Udah gue bilang, kalo lo percaya sama Yeziel, ya udah, lo nggak usah khawatir."
"Lo ngomong sekali lagi, gue gampar lo," ancamnya.
Fayra yang melihat tingkah temannya satu itu pun hanya bisa menggelengkan kepalanya. Ia melanjutkan aktivitas menulisnya yang sempat terhenti.
Tak berselang lama, bel berbunyi. Menandakan waktu istirahat telah tiba. Berlian, Kinan, dan Fayra bergegas menuju kantin. Berebutan antre dan memilih tempat makan.
Berlian dan Fayra bertugas mengantre, sedangkan Kinan dan Jenita—teman sebangkunya—memilih mencari tempat makan untuk mereka tempati.
Tak sampai lima belas menit, Berlian dan Fayra menghampiri Kinan dan Jenita dengan dua nampan berisi dua mangkok bakso, satu mangkok soto, satu piring batagor, dan empat gelas minuman.
Berlian hendak menyuapkan satu sendok soto kedalam mulutnya, namun tertunda ketika seseorang tiba-tiba menghampiri mejanya.
Yeziel. Cowok itu bergabung di meja Berlian dan kawan-kawan. Yeziel duduk berhadapan dengan Berlian, membuat Kinan bergeser agar Yeziel dapat duduk disana.
Berlian memutar bola matanya jengah. Ia sangat malas bertatap muka dengan Yeziel hari ini. "Ngapain?" tanyanya dingin.
"Masih marah?" goda Yeziel.
Berlian mencebikkan bibirnya, "siapa yang marah, sok tau!!" sangkalnya.
Tangan Yeziel terulur untuk menyingkirkan poni Berlian yang menutupi matanya. Berlian melirik tangan tersebut, lalu dengan segera menepisnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Biru Milik Berlian [ON GOING]
RomanceFarina Berliana,gadis berparas cantik yang terjebak dalam hubungan toxic relationship,hingga akhirnya,Berlian memilih untuk mengakhirinya hubungannya dengan Yeziel Alganendra,yang berstatus sebagai kekasihnya pada waktu itu. Saat duduk di bangku kel...