EMPAT BELAS

3 0 0
                                    

Akan ku ukir
satu kisah tentang kita
Dimana baik dan buruk
Terangkum oleh indah

♪ Sheila on 7 ♪

Berlian menjalani hari-harinya seperti biasa. Ia sama sekali tidak menangisi atau bahkan menyesali keputusannya. Ia merasa jauh lebih baik saat ini. Meskipun, ia melihat Cheyda yang semakin gencar mendekati Yeziel. Dan katanya, mereka sudah jadian. Berlian sudah menduga. Ia tahu, pasti Yeziel juga masih meninggalkan rasa kepada Cheyda. Maka ia pun memutuskan untuk mengakhiri hubungannya dengan Yeziel.

Terhitung sejak hari ke-empat mereka mengakhiri hubungan, Yeziel justru kembali menjalin hubungan dengan Cheyda. Berlian tak merasa cemburu sedikitpun. Ia berpikir, untuk apa cemburu, toh sekarang ia sudah bukan siapa-siapanya lagi.

Berlian juga bukan termasuk tipikal orang yang akan galau saat hubungannya kandas. Ia pikir, galau itu hanya akan membuang-buang waktu dan akan menyiksa diri sendiri. Jadi, lebih baik ia berdamai dengan keadaan. Toh, orang yang pernah berhubungan dengan kita tidak selamanya mencukupi semua yang kita butuhkan. Disini kita tersiksa, sedangkan dia sudah berbahagia dengan orang barunya.

Jangan buang air mata kalian hanya untuk menangisi laki-laki. Mereka hanya datang untuk singgah sejenak, lalu kembali pergi berkelana hingga menemukan takdirnya.

Saat Berlian hendak menuju ke kantin, tiba-tiba terdengar suara dari speaker yang terpasang di dinding-dinding koridor. Ternyata Miss Monica—pembina ekskul musik—sedang mengumumkan pemberitahuan yang ditujukan untuk anak-anak ekskul musik. Mereka diminta untuk segera berkumpul di ruang musik, karena ada suatu hal yang perlu dibicarakan.

Berlian pun mengurungkan niatnya yang hendak pergi ke kantin. Ia bergegas menuju ke ruang musik. Saat ia tinggal beberapa langkah lagi untuk sampai di ruang musik, tiba-tiba Elbiru dan Azka mengejutkannya dari belakang. Mereka berseru meminta bantuan. Mereka berdua sedang menggotong properti-properti dari lantai satu. Karena kemarin, mereka baru saja menyelesaikan sebuah music video dari lagu yang mereka cover.

“Woi, Lian!! Malah bengong. Bantuin, kek,” seru Azka yang berjalan tergopoh-gopoh sambil membawa sebuah keyboard.

“Bantuin apa? Itu, kan, enteng,” beo Berlian.

Azka berdecak sebal, ia menoleh ke belakang lalu menunjuk dengan dagunya, “Bantuin, noh, Si Biru. Kasian itu bocah, bawa gitar satu sama bass satu aja ngeluh mulu.”

“Ya lu gila, kali, kak. Yakali satu orang lu suruh bawa gitar sama bass. Ya jelas ngeluh, lah.”

“Ya makanya lu bantuin, sana. Kasian dia. Dibawah masih ada lagi, banyak malah.”

Tanpa ba-bi-bu lagi, Berlian pun segara menghampiri Elbiru yang nampak berjalan lesu. Hampir saja Elbiru membanting bass yang dibawa-nya. Dasar Azka! Salah siapa tas bass milik Azka dibawa pulang.

“Sini, gue bantu, Kak.” Berlian mengulurkan tangannya, berniat membantu Elbiru yang ia lihat sejak tadi hanya ngedumel tidak jelas. Ucapan Berlian tadi mengejutkan Elbiru, membuat ia menatap Berlian keheranan.

“Sini, gue bantu. Ngapain malah ngeliatin gue kaya gitu? Naksir? Iya, gue emang cakep, kaya Irene Red Velvet.” Ujar Berlian dengan nada tengilnya.

“PEDE!!” Elbiru memberikan bass milik Azka kepada Berlian. Ia bersorak dalam hati, bebannya berkurang satu.

“Kita disuruh kumpul, mau ngapain lagi, sih, Kak?”

Biru Milik Berlian [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang