O8. Kereta

20 6 0
                                    

Ini semua jelas tak seperti yang Laras harapkan. Niatnya ingin menghabiskan waktu dengan dirinya sendiri di kereta pupus. Pada akhirnya, Laras harus menerima kenyataan kalau dia akan duduk bersebelahan dengan Kahill selama perjalanan. Harusnya dia senang, kan? Mungkin iya, kalau Laras tak melihat adegan pelukkan itu beberapa hari yang lalu.

Laras masih berusaha menghindarinya. Ketika sampai di stasiun gadis itu sama sekali tak buka suara, hanya menjawab seadanya ketika Kahill melontarkan sebuah tanya.

Ketika kereta resmi bergerak, Laras menyumbat kedua telinganya dengan earphone berharap Kahill akan diam dan menghargai keputusannya untuk menjadi diam selama perjalanan. Tapi lelaki itu sepertinya bosan, padahal dia sudah berusaha menyibukkan diri dengan menggambar. Tapi isi kepalanya tiba-tiba kosong, tak tahu harus menggambar apa.

Tiba-tiba dia menarik salah satu earphone dari telinga Laras, memasang di telinganya dan lagu yang sama mengalun di telinga Kahill.

"Sejak kapan kamu suka kokoreaan gini?"

Sebenarnya Laras kesal ketika Kahill tiba-tiba mencabut earphonenya, wajahnya sekarang bahkan nampak kesal dengan alis yang menukik tajam tapi lelaki itu sama sekali tak merasa bersalah. Malah semakin menggeser tubuhnya mendekat karena kabel earphone yang terlalu pendek.

"Mbak Ayla tiap hari teriak-teriak di kamarnya sambil nyanyi pake bahasa yang gak aku ngerti. Kayaknya sih lagu korea juga, tapi beda sama yang kamu dengerin sekarang."

"Oh, ya?" Laras sudah mulai tertarik dengan topik yang Kahill angkat, lipatan di dahinya pun telah hilang digantikan oleh mata berbinar penuh ketertarikan. Senyum Kahill pun ikut terbit melihat Laras yang kini terlihat lebih antusias dari beberapa saat yang lalu. "Mbak Ayla suka grup apa?"

"Apa, ya? Aku pernah tanya tapi sekarang lupa. Namanya susah. Kalau yang kamu dengerin sekarang nama grupnya apa?"

"Enhypen," jawab Laras dengan senyum yang kian merekah. Kahill suka antusias itu, meski lelaki itu tak terlalu paham dengan hal-hal berbau Korea.

"Lagu Korea tuh semuanya berisik, ya?" Kahill memberi komentar, tapi langsung dibantah oleh Laras dengan gelengan kuat.

"Gak semua kok. Nih, aku puterin lagu yang temponya lebih lembut." Laras sibuk menggulir layar ponselnya, mencari lagu yang bertempo lebih ringan. Lalu lagu itu mengalun di telinga Kahill, lelaki itu diam berusaha menikmatinya. "Masih grup yang sama. Gimana?"

"Iya, sih. Lebih slow dari yang tadi. Tapi, emang akunya aja kali ya yang merasa kurang cocok sama lagu Korea. Masih belum masuk di telinga aku."

"Emang kamu sukanya lagu yang kayak gimana? Dangdut? Bukannya lagu dangdut lebih berisik, ya?"

"Aku jarang dengerin lagu sih, Ras. Tapi, kalau kamu ada lagu-lagu akustik gitu boleh deh kasih aku rekomendasi."

"Okay, nanti aku kasih listnya."

Lelaki itu mengangguk, kembali memusatkan pandangan ke arah sketch book miliknya. Kini, ganti Laras yang tertarik dengan apa yang lelaki itu lakukan. Tangannya menari-nari di atas kertas yang sudah terdapat goresan pensil sebelumnya. Menambahkan ornamen-ornamen yang sekiranya dapat menambah keindahan dari gambar yang sedang dia buat.

"Aku baru pertama kali lihat gambar kamu. Dan aku baru tahu kalau kamu sejago itu."

"Masih banyak yang lebih jago dari aku, Ras."

"Kamu merendah aja," ujar Laras sambil menatap Kahill lekat, lelaki itu ikut membalas tatapan Laras. Membuat netra mereka bertemu selama beberapa saat, cukup lama karena kedunya enggan berpaling dari satu sama lain. Tanpa Laras sadari, napasnya tertahan dan detak jantungnya kembali berulah.

I'll Be Friend's With YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang