Chapter 11: Angry

238 26 0
                                    

Dia dibesarkan dari sebuah keluarga yang menjunjung tinggi pendidikan. Ayahnya adalah pemilik yayasan dan membangun sebuah sekolah swasta di Seoul. Ibunya seorang dosen di salah satu universitas ternama di Korea Selatan. Terlahir dari keluarga berpendidikan dan memiliki berbagai macam prestasi membuat Lee Minhyung bekerja keras untuk tidak mencoreng nama baik kedua orang tuanya.

Lee Minhyung berusaha menjadi siswa terpintar di sekolah sejak ia duduk di bangku sekolah dasar. Dia juga selalu berambisi menjadi ketua kelas atau pun ketua di organisasi yang ia ikuti selama ia menempuh pendidikannya. Dia mengikuti berbagai macam lomba dan olimpiade baik di bidang akademik atau pun non akademik. Semua itu Lee Minhyung lakukan untuk membuat kedua orang tuanya bangga.

Lee Minhyung tidak mau bahu kedua orang tuanya merosot jatuh ketika dia menciptakan satu kesalahan saja di dalam hidupnya.

Dan dengan cepat, Lee Minhyung memunculkan kesalahan di dalam hidupnya yang terasa membosankan dan monoton.

Kehidupan yang penuh dengan prestasi dan kebanggaan itu dalam sekejap jatuh menghantam tanah ketika Lee Minhyung berkenalan dengan seorang remaja 15 tahun bernama Lee Haechan.

***

Kehidupan di sekolah ini bisa dikatakan cukup membosankan. Kegiatan yang dilakukan selama di sekolah yang berada di kaki gunung itu hanyalah pergi ke sekolah untuk belajar, sepulang sekolah diadakan les selama satu jam setengah, istirahat selama setengah jam, lalu ditutup dengan kegiatan klub.

Setibanya di asrama pun, semua murid hanya beristirahat, menjelang jam makan malam di setiap Hari Jumat, mereka akan berkumpul di aula asrama lalu berbaur dengan penghuni asrama lainnya.

"Tumben seorang Lee Haechan tidak banyak bicara" bisik Chenle pada Jisung yang duduk di sebelahnya.

Seperti biasa, semua murid akan berkumpul di aula asrama di Hari Jumat menjelang jam makan malam.

Bisa dikatakan acara yang mereka lakukan di aula itu adalah malam keakraban.

Semua penghuni asrama memang diwajibkan berbaur dengan beberapa murid lainnya supaya semakin akrab. Namun, menurut Jisung, malam keakraban ini hanya membuat kelompok tertentu semakin akrab. Mereka semua tidak berbaur, melainkan duduk melingkar di aula bersama kelompok masing-masing.

Malam ini, Haechan tidak berisik seperti biasanya. Kakak kelasnya itu hanya diam sambil memainkan game di ponselnya, mengabaikan Chenle dan Jisung yang berapi-api membahas komik favorit mereka.

Hanya ada mereka bertiga malam itu, Minhyung bergabung dengan anak kelas tiga lainnya dengan buku yang terbuka lebar. Laki-laki itu entah kenapa semakin giat saja belajar, biasanya setiap malam, Minhyung ikut berkumpul bersama mereka meminum bir di teras kamar Chenle, Jisung, dan Renjun. Sedangkan Renjun, dia masih mengeluh sakit sehingga dia tidak ikut berkumpul di aula malam ini.

"Kau tidak lihat dia sedang main game?"  celetuk Chenle jengkel.

Jisung berdecak sebal, "Maksudku, dari tadi Haechan hyung tidak banyak bicara! Biasanya dia sudah berkoar ini itu tanpa merasa lelah!" bisik Jisung lagi dengan penuh penekanan karena rasa jengkel di hatinya berkat tanggapan Chenle yang kurang bersahabat.

Chenle tentu mengerti maksud dari ucapan Jisung. Memang, Haechan tidak banyak berbicara sejak mereka bertemu di tangga hendak turun ke aula. Laki-laki itu hanya menyapa seadanya dan bahkan tidak menanyakan absennya Renjun di antara mereka. Namun, Chenle tidak bisa seperti Renjun yang akan bertanya jika ada yang salah dengan temannya. Chenle tidak bisa berbasa-basi bahkan berbicara lembut seperti yang biasa Renjun lakukan kepada Chenle ketika Chenle tidak seperti biasanya.

[FF NCT DREAM] ROTATETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang