Chapter 27: Tidak Sesuai Rencana

195 20 0
                                    

Walaupun Chenle lelah menangis, anehnya air matanya tidak henti mengalir membasahi kedua matanya. Dia terduduk di kursi yang ada di dekat ruang operasi. Tubuh lemasnya bersandar dengan kepala mengadah memandangi langit-langit gedung yang berwarna putih, cahaya lampu begitu menyilaukan bagi Chenle tetapi dia tidak ada niatan untuk memalingkan arah pandangannya dari cahaya itu.

Chenle tidak bisa berpikir jernih sekarang. Ketika dia memutuskan kembali ke Daegu pun, dia tidak memikirkan kalau orang suruhan orang tuanya pasti akan melaporkan Chenle kalau Chenle pergi ke Busan untuk menemui anggota gengnya. Chenle bahkan tidak memperdulikan jika setelah ini kedua orang tuanya benar-benar akan mengirimkan Chenle ke sekolah berasrama dengan tingkat disiplin super tinggi.

Remaja 16 tahun itu meraih ponsel yang ada di kantung seragamnya. Dia mencari nama kontak ibunya karena Chenle tahu, hanya sang ibu yang bisa mendengarkan Chenle sekarang sekesal apa pun sang ibu kepadanya.

Dengan tangan gemetar, Chenle menekan tombol berwarna hijau di nama kontak ibunya. Dia meletakkan ponsel tersebut ke telinganya, walaupun dia begitu gugup, Chenle berusaha untuk tenang supaya dia bisa menjelaskan semuanya kepada sang ibu tanpa harus membuat ibunya histeris ketika mendengar berita buruk ini.

Cukup lama Chenle menunggu panggilan tersebut dijawab oleh ibunya, beberapa saat kemudian, Chenle mendengar suara ibunya yang terdengar parau. Jantung Chenle berdetak cepat ketika tahu bahwa ibunya menangis. Suara parau dan bergetar itu menandakan betapa sedih dan khawatirnya sang ibu sekarang, yang entah kenapa Chenle menyimpulkan bahwa ibunya tahu apa yang terjadi di sini.

"Halo, Chenle?"

Suara sang ibu kembali terdengar, ada kelelahan batin di balik sapaan hangat sang ibu. Chenle tahu, ibunya berusaha menutupi tangisnya tetapi, walaupun ibunya ini adalah seorang ibu tiri, tetap saja Chenle mengerti bahwa ibunya habis menangis dan berusaha menutupi air matanya dari Chenle.

"Mama, sekarang, aku di rumah sakit. Aku..." Chenle menjilat bibirnya yang ternyata begitu kering. Nafasnya memburu serta rasa sesak yang menggerogoti dadanya. Chenle merasa ada suatu benda yang menyakitkan sedang menusuk-nusuk dadanya saat ini sehingga Chenle tidak sanggup mengeluarkan beberapa kata untuk ia jelaskan kepada sang ibu.

Chenle menatap hampa ruangan yang ada di depan matanya, lampu yang masih menyala menandakan bahwa apa pun yang terjadi di dalam ruangan itu belum juga selesai, membuat Chenle terlalu takut menunggu hasilnya.

Rasanya Chenle ingin lari dari gedung putih yang dipenuhi dengan aroma obat-obatan ini.

"Mama tahu sayang. Hari ini, Mama dan Baba akan ke sana. Tidak apa, Chenle sayang, semuanya akan baik-baik saja."

Chenle tahu, tidak ada yang namanya baik-baik saja jika seseorang terjatuh dari tangga dengan kepala terbentur lantai serta mengeluarkan darah yang begitu banyak.

Chenle memang tidak mengerti tentang medis, dia tidak tahu, berapa persen kemungkinan seseorang selamat jika seseorang itu terluka di kepalanya. Namun, walaupun Chenle terus berdo'a di dalam hati dan memohon kepada Tuhan untuk menyelamatkan seseorang yang sangat Chenle sayangi, keputusasaan itu terlalu menjerat Chenle sampai Chenle berhenti berharap.

Chenle tidak bisa menerima yang terburuk tetapi dia harus menerima jika hal buruk itu benar-benar terjadi.

"Chenle, percaya lah kalau semuanya akan baik-baik saja. Jangan berhenti berdoa untuk keselamatan Renjun, oke?"

Chenle terdiam, tatapan matanya begitu hampa dan terkesan kosong.

"Mama, aku tidak bisa menghadapi semua ini. Aku punya kalian, tapi kalau Tuhan mengambil Renjun dariku, aku tidak bisa, Ma. Aku..."

[FF NCT DREAM] ROTATETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang