Chapter nineteen ~~

13.1K 1.2K 45
                                    

"apa yang kalian lakukan" Rigal menghampiri bocah-bocah yang sedang baku hantam dijalan dengan aura suram.

Tatapannya pun sangat dingin karna melihat banyak muka familiar sedang saling pukul memukul disana tanpa sepengetahuan nya.

Bugh

"Tidak tau diri" maki Rigal pada pemuda yang memimpin tawuran tidak berguna disana.

Sementara pemuda itu menatap Rigal takut, lalu bangkit dari jatuhnya akibat pukulan Rigal.

"M-maaf" cicitnya.

Rigal hanya diam. Menatap datar anggota 'gengnya' yang semuanya menunduk takut. Sementara lawannya menatap Rigal terkejut. Merasa pernah melihat wajah Rigal tempo lalu.

"Siapa yang mengizinkanmu membawa anggota tawuran dijalan seperti ini, Aidan!" Ujar Rigal dengan datar.

"M-maaf.. m-mereka, mereka buat masalah sama UL bang.. mereka juga ngehina lo! g-gue marah.. dan ajak anggota buat berantem disini. Semuanya sepakat, enggak gue aja yang mimpin tawuran ini.." ujar Aidan terbata. Ia tak berani mengangkat kepalanya karna tatapan Rigal yang sangat tajam.

Aidan tau, walaupun Rigal sudah tidak berhubungan lagi dengan UL, semua agenda Rigal lah yang mengatur.

Aidan merasa bersalah sekarang. Semua uang, semua keamanan dan keselamatan anggota berada di genggaman Rigal, namun mereka dengan tidak tau dirinya malah membuat marah dengan Rigal melihat hal ini.

Seharusnya aman jika Rigal tidak lewat dijalan ini.

Tidak, itu hanya pikiran Aidan juga semua UL, tapi berbeda dengan Rigal. Walaupun tidak lewat kejalur ini pun kamera pengawas sudah Rigal berikan ke 30 anggota tanpa sepengetahuan mereka.

Jadi Rigal jelas tau apa yang anggotanya lakukan.

"M-maaf hiks" karna tak tahan dengan aura berat Rigal, Ares sampai menangis. Takut dan tertekan sampai seperti ini baru ia rasakan untuk pertama kalinya.

Rigal mengabaikan Ares. Netranya hanya fokus menatap mereka satu persatu hingga matanya menangkap beberapa orang yang pernah ia lihat sebelumnya.

Matanya terus mengedar, lalu tatapannya beralih kembali menatap Ares yang masih sesenggukan.

Rigal mendekat lalu menggendongnya ala koala. "Diam" desis Rigal lirih.

Ares yang semula terkejut menjadi diam membatu. Matanya menyorot Rigal tak percaya. Begitu juga para anggota, mereka menatap tak percaya sekaligus iri ke arah Ares yang sekarang tengah menyenderkan kepalanya ke bahu lebar Rigal karna merasa nyaman.

Tak terkecuali Sergio, Aidan dan beberapa anak yang masih dibawah umur.

"Lion.."

Lion maju dengan tatapan tegas. "Pulang" titah Rigal mutlak.

Lion- inti geng mengangguk tegas lalu mengajak para anggotanya pulang. Mereka dengan takut-takut melangkah pergi meninggalkan area yang sekarang hanya diisi oleh Rigal, Ares dan lawan UL.

Musuh mereka- yang Aidan bilang sudah menghina Rigal, Elvian menatap dingin mereka. "Tidak ada hinaan lagi setelah ini! jika iya? mati." Desis Rigal dingin. Dia benci ketika mendengar seseorang menghina Rigal 'asli'. Bocah bodoh itu berhak dihormati, tidak dihina seperti sampah seperti saat dia berada dalam lingkungan Adinata.

Hanya Elvian yang berhak menghina Rigal. Walau sebutan itu sebenarnya bukan hinaan. Bocah bodoh adalah sebutan Elvian untuk kesayangannya.

Tunggu waktunya. Semuanya pasti akan Elvian balas. Sekalipun hanya ucapan yang keluar tanpa disengaja.

RigalaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang