Chapter nine ~~

18.1K 1.5K 46
                                    

Rigal menatap datar segerombolan bocah yang menghadangnya ditengah jalan. Demi apapun dia sangat kesal sekarang. Terjebak bersama bocah-bocah bodoh ini dan merelakan satu absen adalah hal yang sulit Rigal terima. Rigal- Elvian sebelumnya belum pernah bersekolah, jadi ketika dirinya diberi kesempatan untuk bersekolah, tentu dirinya senang dan tak akan menyia-nyiakan kesempatan.

Baginya, satu absen adalah hal yang berharga. Dan sekarang dirinya malah melewatkan satu absen karna bocah-bocah ini?!

Sialan!

Sekarang jam sudah menunjukkan pukul 07:15, yang berarti dirinya benar-benar terlambat. Sedangkan bocah-bocah ini malah sibuk berbisik dan dan berbicara hal-hal konyol tanpa melihat dirinya yang sedang mereka hadang.

"Minggir" desis Rigal dingin.

Bocah-bocah itu tergelak. Mereka diam menatap Rigal takut. Aura Rigal memang mengerikan, apalagi jika dia marah seperti sekarang.

"Tekan rasa takut kalian. Kita harus bisa lukain dia walaupun luka kecil. Boss bakalan marah kalo kita pulang dan nggak berhasil lukain dia. Gue nggak mau adik gue jadi korban boss lagi, gue nggak sanggup liatnya" Bisik salah satu dari bocah yang berdiri ditengah mencoba menguatkan teman-temannya. Ucapan lirih itu penuh rasa sakit, membuat Rigal yang mendengar mengerutkan keningnya.

Pendengaran tajam Rigal menjangkau jarak 5 meter jika itu bisikan. Dan sekarang jaraknya dengan 6 bocah ini hanya 3 meter. Jadi tentu saja Rigal dengan jelas mendengar bisikan itu.

Rigal menghela nafas kasar. "Nama?"

Salah satu dari bocah itu menatap Rigal songong. "Ngapain lo nanya nama gue?! Ngefans lo?"

Plak

"Dia nanya nama kita semua bego!" Teman yang berdiri disampingnya menggeplak kepala bocah songong itu.

"Nama gue Aidan. Yang rambut blonde Sadeva, yang songong itu Riku, samping kanan gue Fei, samping kiri gue Jun. Disamping Jun, Angga" Bocah yang tadi berbisik mengenalkan nama teman-temannya dengan kalem.

"Lo kenapa kasih tau nama kita?!" Tanya Riku marah. Dia berbisik sambil menatap Aidan tajam.

Aidan menatap Riku kalem. "Gue nggak tau ku, feeling gue dia itu orang baik" balas Aidan berbisik juga.

"Kalo dia orang baik kenapa boss nyuruh kita lukain dia?" Kata Fei bingung.

"Yang jahat itu boss kita anjing!" Kata Jun ngegas. Tanpa sadar Aidan, Riku, Sadeva, dan Angga mengangguk setuju.

"Nggak salah sih, tapi kan kita baru pertama kali ketemu orang ini! masa Aidan udah main nyimpulin kalo dia baik sih" Kata Riku.

Aidan menatap Riku. "Ku.. percaya sama feeling gue kali ini aja" ujarnya sambil menatap Riku sayu.

Entah kenapa Aidan begitu menaruh harapan besar pada Rigal untuk keselamatan adiknya. Padahal mereka tidak saling mengenal.

"Fine. Silahkan lo mulai" Riku mengalah dan mundur membiarkan Aidan berbicara dengan Rigal.

Oh, semua percakapan mereka adalah bisikan. Jadi mereka pikir, hanya mereka ber 6 yang mendengarnya. Padahal nyatanya Rigal mendengar semua percakapan itu.

Rigal mengangguk sebelum Aidan membuka suaranya. "Ikuti" Desisnya sebelum berlalu menjauh dengan cepat.

Aidan, Angga, Riku, Fei dan Jun menatap Sadeva meminta persetujuan. Ketua disini adalah Sadeva, jadi mereka tidak mungkin bertindak tanpa perintah atau persetujuan dari Sadeva.

"Gimana, Va? Ikut nggak kita?" Tanya Riku

Sadeva menatap Aidan yang memancarkan tatapan berharap. "Oke" jawabnya singkat.

RigalaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang