Chapter twenty five ~~

10.7K 1K 33
                                    

(please vote. and sorry for typo.)

enjoying..

"Tunggu beberapa bulan, dan jaga apartemen selama gue pergi. Jangan berani buka apapun kecuali barang itu milik lo. Paham?"

Alvin yang ditatap dingin segera mengangguk kaku. Dia harus menurut karna memang tinggal di apartemen Rigal.

Ah, kemarin Rigal kembali membawanya pulang dari tempat yang dia sebut markas.

Alvin tidak tau jelas apa masalah Rigal dengan mereka. Tapi entah itu salah Rigal atau bukan, Alvin tidak peduli. Yang jelas dia berada di pihak Rigal dan harus memercayai nya.

Hingga sampai di apartemen pun Alvin tidak berani membuat Rigal marah. Mulut tengilnya sebisa mungkin ia kontrol jika berada dekat Rigal. Membuat suasana apartemen serasa di huni oleh patung karna itu. Tapi walau begitu Alvin tetap merasa nyaman dan aman.

Sampai keesokan harinya, rasa itu sirna digantikan dengan rasa kosong walau setitik.

"Ambil, buat makan. Gue pergi" Rigal menyerahkan kartu hitam miliknya dan berlalu pergi dari hadapan Alvin dengan style serba hitam andalannya.

Sampai punggungnya benar-benar jauh dan tidak terlihat, Alvin berjongkok. "Bang Rigal pergi.. dan sekarang gue kesepian lagi dong?" Alvin menghela nafas berat lalu kembali masuk ke dalam apartemen.

Alvin menatap seragam barunya dengan senang. Raut sedih nya langsung hilang dalam sekejap mata setelah melihat seragam itu.

Ya, Rigal memang memindahkan Alvin ke sekolah baru. Berharap Alvin mendapat teman setelah dirinya pergi.

"Besok gue harus cari temen! pokoknya harus yang sefrekuensi sama gue biar afdol!" Seru Alvin sebelum berbaring dan tidur.

***

Pagi harinya, Alvin dengan semangat 45 bersiap sekolah. Dia berangkat dengan motor matic yang sudah disiapkan Rigal untuknya.

Matanya berbinar senang melihat motor barunya yang terpakir apik di parkiran apartemen. Dengan gerakan cepat Alvin menaiki motornya dan berlalu pergi sambil terus tersenyum konyol.

Bahagia euy.

'Udah disayang bang Rigal, dibeliin apa yang gue mau, di kasih black card lagi. Tuhan bener-bener baik ngasih bang Rigal di hidup gue.' Batin Alvin berseri-seri

Karna rasa bahagianya bahkan senyum Alvin terus merekah disepanjang jalan.

Hingga beberapa menit kemudian dia sampai disekolah barunya. WHS, Weijing High School, namanya.

Alvin dengan senyum lebar mulai memakirkan motornya dan berjalan ke arah ruang kepala sekolah. Hingga ditengah jalan Alvin menabrak seseorang, dan senyumnya hilang digantikan raut kesal.

"Kalo jalan pake mata dong setan!!" Seru Alvin nyolot.

"Dimana-mana jalan ya pake kaki anjing!" Balas pemuda yang ditabrak Alvin. Dia juga sama nyolotnya.

Alvin berdecak kesal, lalu menatap pemuda itu.

Matanya membola terkejut saat melihat wajahnya. "Lo? lo kok bisa disini sih babi?!"

Pemuda itu- Rui juga sama terkejutnya. "Ya bisa lah anjir! kan ini sekolahan, dasar bego" balasnya sinis.

Alvin mendelik tak terima. "Apa lo bilang?!"

"Lo bego!" Ulang Rui dengan nada meledek.

"Dasar monyet!" Umpat Alvin sebelum menerjang tubuh Rui dan menjambak rambutnya.

Rui yang tidak siap langsung terjatuh.

"Argh- Sialan! lepas anjing! bangsat kau babi! Alvin setan anaknya gorila!" Rui terus mengumpat sembari membalas jambakan Alvin.

RigalaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang