2

48 34 7
                                    

Anindira berjalan memasuki rumahnya dengan kepala menunduk.

"Dasar anak tidak berguna dari mana saja kau hah?!" Teriakan sang ibu menyambut kedatangannya

"Heh jalang!" Teriak sang ibu lagi

Namun Anindira sedang tidak ingin meladeni sang ibu. Kemudian tetap berjalan naik ke lantai dua ke kamarnya.

"Dasar anak sialan!!"

"Mati saja kau sialan!"

Klek

Tepat saat pintu kamarnya tertutup tubuh Anindira meluruh ke lantai saat kalimat terakhir sang ibu berputar di fikiran nya.

Kepalanya berasa berputar kencang rasa sakit kembali terasa. Sangat menyakitkan.

Bahkan air mata yang jarang keluar itu menetes tanpa henti dengan tangan yang meremas rambutnya kasar dengan sesekali memukul kepalanya.

"Kenapa ini terjadi kepadaku" tangis Anindira semakin pecah

Tes

Tes

Tess

Kepala Anindira menengadah dengan air mata yang terus keluar.

"Apa aku memang tidak pantas untuk hidup?"

"Aku hanya ingin sedikit kebahagiaan saja"

"Kenapa rasanya sangat sulit sekali" ucap Anindira membenturkan kepalanya ke pintu dibelakangnya

"Tuhan apa sebenarnya kesalahanku?"

"Kenapa mereka sangat membenciku seperti ini?"

"Aku tidak pernah berharap dilahirkan ke dunia ini Tuhan"

"Dunia ini sangat kejam"

"Aku sudah tidak kuat lagi!!!" Teriak Anindira frustasi sembari menarik rambut nya dengan kasar

"Aku ingin mati!!!"

Tubuh itu semakin meluruh ke lantai dengan air mata yang tak hentinya menetes.

Raungan tangisan yang menyayat hati itu memenuhi kamar gadis itu.

Tidak ada yang menenangkan.

Tidak ada yang bertanya.

Tidak ada yang peduli.

Karena di sini hanya ada dirinya sendiri.

Arghhh

Kepala Anindira terasa seakan pecah namun bukannya meminum obat miliknya Anindira hanya membiarkannya.

Bahkan entah berapa lama dirinya menangis sampai akhirnya mata itu terpejam dengan sendirinya.

Bahkan dengan mata tertutup pun air mata Anindira masih tetap menetes.

.
.
.
.
.
.

Silau cahaya mentari yang masuk dari sela tirai kamarnya membuat Anindira terusik membuatnya mau tidak mau mata itu terbuka.

Kondisinya yang sangat kacau, mata sembab, kepala yang sakit rambut yang terlihat rontok di sekitarnya. Dan noda darah di lantai.

Anindira mengusap hidungnya saat bangkit dari tempatnya melihat darah yang masih mengalir dari hidungnya.

"Hahhh apa lagi ini Tuhan" ucap Anindira

Tidak mau berfikir keras Anindira bergegas pergi ke kamar mandi dan bersiap ke sekolah.

"Dasar gila kamu ya!!"

"Buang saja anak tidak berguna itu sekalian"

"Sial sekali jalang itu"

My New Life | ValleyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang