3

39 34 3
                                    

Sudah beberapa hari Anindira berada di rumah sakit.

Guru olahraga nya masih sering datang untuk sekedar menanyakan bagaimana keadaan nya.

Teman? Tidak. Bahkan untuk saling berbicara di kelasnya mereka sangat tidak suka. Tatapan benci yang malah selalu dirinya dapatkan.

Bagaimana dengan orang tuanya?

Jangan tanyakan tentang dua orang tua Anindira. Bahkan sangat ayah tidak sama sekali menunjukkan batang hidungnya di ruangan tempatnya di rawat sejak dirinya masuk rumah sakit.

Hari-harinya di rumah sakit itu hanya perlu di nikmati, begitu yang selalu difikirkan oleh Anindira.

Namun ada kalanya Anindira merasa lelah dengan keadaannya.

Bahkan dalam keadaan Anindira yang sakit seperti ini tidak bisa membuat orang tuanya merasa kasihan kepadanya bahkan rasa prihatin pun juga tidak ada.

Yang ada hanyalah rasa sakit yang terus di berikan kepada nya.

Sang ibu masih sering datang ke ruangannya namun itu hanya semata-mata saat sang guru olahraga nya datang berkunjung.

Bersikap baik di depan orang lain dan bersikap lain saat dihadapan Anindira sendiri.

Seperti yang terjadi saat ini.

"Nak bagaimana keadaanmu sudah lebih baik?" Tanya sang guru olahraga Anindira

"Sudah lebih baik bu Ana" ucap Anindira dengan senyum manisnya

"Dimana ibumu? Kenapa kamu hanya sendiri?" Tanya bu Ana saat tidak melihat ibu Anindira di sana

Anindira hanya tersenyum manis menutupi rasa takutnya. Bingung untuk menjawab seperti apa kepada gurunya ini.

Cklek

Suara pintu terbuka membuat mereka berdua menatap siapa yang baru saja masuk ke ruangan.

Tatapan Anindira menatap kosong. Entah apa yang sedang dirinya fikirkan.

"Ah bu guru sudah datang rupanya" ucap Ibu Anindira dengan suara lembutnya

"Iya bu, tadi saya hanya berencana untuk mampir sebentar" ucap bu Ana

"Maaf tadi saya dari luar membelikan makanan untuk Anindira soalnya dia bilang tidak suka makanan rumah sakit" ucap Ibu Anindira berjalan mendekat ke arah Anindira

Anindira hanya diam mengalihkan perhatian nya tanpa ingin menatap sang ibu. Cukup muak dengan sandiwara yang dilakukan oleh orang yang telah melahirkan nya itu.

"Maaf sayang ibu terlalu lama tadi" ucap sang ibu mengusap rambut Anindira namun langsung ditepis oleh Anindira

"Saya sambil menyuapi Anindira ya bu" ucap Ibu Anindira meminta izin kepada bu Ana dengan senyum yang manis

"Silahkan nyonya" ucap bu Ana memberi izin

"Ayo sayang makan dulu" ucap Ibu Anindira

"Saya bisa makan sendiri" tolak Anindira saat sang ibu mengarahkan sendok didepan mulutnya

"Tidak apa-apa sayang" ucap Ibu Anindira

Dengan terpaksa Anindira membuka mulutnya menerima suapan dari sang ibu.

Lima suapan sudah berhasil masuk ke dalam perut Anindira. Walaupun Anindira tidak pernah menatap kearah sang ibu sama sekali.

Ughh

Ahh

Anindira tiba-tiba meringis saat merasa perutnya tiba-tiba terasa nyeri. Bahkan dadanya juga terasa sakit.

My New Life | ValleyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang