"Huhuuu.."
Sesampainya di rumah Mayya terlihat menangis sebab ia baru saja menembak burung itu tak bersalah.
Hikam, ayahnya yang menyusulnya kini berada di rumah menghampiri gadis yang menangis itu. "Kenapa kamu menangis nak?"
"Aku baru saja melukai hewan itu huhuu." jawab Mayya dengan tangisan.
"Bukankah kemarin kau mengatakan kau menembak serigala juga?"
"Mereka jahat, tapi burung itu tak bersalah huhu," jawab Mayya dengan terus menangis.
Ayahnya kini mengelap air mata gadis itu, karena aksi ayahnya itu membuat Mayya berhenti menangis.
"Tenanglah nak, ayah memang menyuruhmu seperti itu. Karena diluar sana banyak sekali sesuatu yang tak terduga, kita harus berani mengambil tindakan apapun yang terjadi. Kamu gadis pemberani, kamu sudah menunjukkan kemampuanmu, ayah bangga padamu," kata ayahnya menenagkan.
Mayya hanya mengangguk tersenyum, ia pun memeluk kembali ayahnya.
"Ayah bangga padamu apapun itu nak, kamu harus jadi anak yang kuat," puji ayahnya lagi. Mayya mengangguk lagi dipelukan ayahnya.
"Mayya! Mayya! Karena kamu tadi tidak ikut ibu ke ladang, sekarang kamu bantu ibu ke pasar nak," suruh Eldoria, ibunya dari luar rumah.
Mayya melepas pelukan ayahnya, "baik ibu. Dadah ayah!"
Hikam tersenyum kepada anaknya itu membiarkan ia pergi bersama ibunya.
Gadis itu melangkah keluar, "aku siap ibu."
"Bantu ibu angkat gandum-gandum ini nak," suruh ibunya dengan menunjuk ke seember penuh gandum.
"Baik bu." Mayya pun mengangkat ember itu dan berjalan menuju pasar diikuti ibunya dari belakang.
Sembari berjalan ibunya bertanya tentang kejadian hari ini, "apa yang kau lakukan dengan ayahmu tadi nak?"
"Hari ini ayah melatihku tentang menembak lagi, ia memberiku katapel yang ia buat lebih keren. Ayah juga tadi memberiku banyak tantangan bu," jelas Mayya keseluruhan.
"Bagus nak, tapi hati-hati dengan katapel itu. Kamu bisa melukai siapapun."
Mayya hanya terdiam, setelah tahu bahwa ia baru saja menembak burung terluka.
Sembari terus mengobrol tidak terasa perjalanan mereka sudah sampai di pasar. Seperti biasa, Eldoria menyusun papan jualannya dan juga menaruh beberapa gandumnya untuk siap dijual.
Beberapa jam berlalu, gandum ibunya laku terjual habis. Mayya sangat senang, ia pun membantu ibunya memberes-bereskan perlengkapan untuk siap pulang.
Namun ketika sedang berberes, mata Mayya pun tertuju di tengah pasar dua gadis yang sedang menari mengikuti alunan lagu.
"Wow.." ucap Mayya terkagum-kagum mengingatkan bahwa sedikit lagi diadakan festival di desa Chuza.
"Pokoknya aku harus kesana bersama Lyra, Chuza aku datang!" bicara Mayya sendiri dengan semangat setelah melihat kedua gadis menari itu.
"Mayya, ayo!" teriak Eldoria kepada anaknya yang melamun itu.
"Eh iya bu, ayo." Mayya pun mengangkat barang-barang untuk dibawa pulang.
------
Keesokannya harinya, hari dimana ibunya tidak bekerja memanen gandum karena hampir semua gandum sudah dipanen kemarin.
Gadis bernama Mayya itu hanya membantu ibunya di dapur mempersiapkan makan siang untuk keluarganya.
"Tanya apa tidak ya," ucap batin Mayya ragu bertanya tentang perizinan ke desa Chuza setelah kemarin melihat orang menari di pasar.
KAMU SEDANG MEMBACA
MAYYA
FantasiPetualangan gadis delapan belas tahun dari desa Celestria bernama Mayya dalam mengejar impiannya ke festival tarian desa Chuza bersama sahabatnya Lyra. Akankah impiannya tercapai? --- Jangan lupa vote, follow dan komen ya biar aku bisa buat cerita i...