Chapter 10: Pirate Ship

82 24 4
                                    

Dalam keramaian di atas kapal, Mayya dan Lyra merasa sesak namun mereka tetap berjalan maju agar melihat apa yang terjadi di bawah sana.

Akhirnya karena mereka melihat ada tempat yang sepi tak ada yang berdiri disitu, mereka berdua melangkah kesana.

Ketika sudah sampai, mereka masih penasaran apakah masih ada yang tertawan oleh bajak laut.

"Kita terjebak disini Mayya, mereka menawan banyak orang."

"Hm.." Mayya hanya mengangguk karena sudah tidak tahu apa yang harus mereka lakukan.

Namun, percakapan mereka terhenti. "Lihat!" Lyra menunjuk ke arah tawanan yang dibawa oleh beberapa penjahat di tengah-tengah jembatan penghubung.

Melamun Mayya hilang dan melihat apa yang ditunjuk Lyra, "tunggu, bukankah itu Lara dan Zena?"

"Ya! Apa yang harus kita lakukan Mayya? Kita harus menolong mereka seperti apa yang mereka lakukan terhadap kita sebelumnya, kamu ingat kan mereka menolong kita waktu di gudang peternakan?!" jawab Lyra namun ia menanggapinya dengan panik dan gelisah.

Dilain sisi, "lepaskan aku!" paksa Lara sambil tangannya menggeliat akibat di tahan satu penjahat di belakangnya, Zena juga demikian disebelah Lara.

"Diam, kalian mau liburan kan?" bentak pria itu.

"Tidak, lepaskan!" kini Zena yang memberontak.

Kembali ke Mayya dan Lyra, Mayya mulai berpikir keras agar menghentikan aksi pria itu, namun satu-satunya cara yang bisa ia andalkan hanyalah katapelnya.

Ia pun mengangkat katapelnya dan batu yang ia ambil dari tasnya, inilah satu-satunya cara yang ada dipikirannya.

Gadis katapel itu membidikan katapelnya kearah pria itu, ia melepaskannya dan bluk... Batu itu mengenai kepalanya, ia memegang kepalanya merasa kesakitan hingga menjadi lemah saat menahan Lara dan Zena.

"Ayo kita tolong mereka!" ajak Mayya, Lyra hanya mengangguk. Keduanya berlari menuju mereka untuk menyelamatkannya.

Beralih ketika pria itu masih melemah, Lara pun menghantamnya menggunakan sikunya kebelakang mengenai wajahnya. Pria itu tambah merasa kesakitan, Lara dan Zena pun melepaskan dirinya dari tangan pria itu dan berlari berlawanan arah jembatan tersebut.

Namun, ketika mereka sudah sampai di ujung jembatan penghubung, tiba-tiba ada dua orang lagi yang menghadang mereka yang lain dan tak bukan Jack dan Hadad.

Mereka menahan lagi Lara dan Zena, kedua lelaki itu membawanya kembali ke arah kapal bajak laut.

"Biar aku yang bawa, kamu pergilah ke bos!" suruh Hadad, Jack akhirnya mengikuti apa yang diperintahkannya. Kini hanya Hadad yang membawa dua gadis ini.

Di tengah jalan, Zena membalikkan kepalanya. Ia kaget karena di belakang mereka terdapat Lyra juga yang sedang ditawan.

"Lihat Lara, dibelakang kita ada Lyra juga yang di tawan!"

Lara membalikkan kepalanya juga, dan ternyata benar bahwa Lyra juga tertawan oleh pria berbaju zirah dari kepala hingga kaki.

Sampailah mereka ke kapal bajak laut. Ketika Hadad terus membawa mereka, ia menoleh ke arah kapal besar tadi karena barusan ia dipanggil Jack dari jauh.

"Hadad, bos memanggil!" teriak Jack dari arah kapal besar.

Karena situasi mendesak, akhirnya Hadad berhenti dan berbicara kepada pria baju zirah tadi. "Tolong bawa mereka masuk!" suruhnya, pria berbaju zirah itu hanya mengangguk.

Pria misterius tersebut menahan ketiga gadis ini, sambil berjalan Lara menanyakan suatu hal kepada Lyra. "Kenapa kau bisa disini?"

Lyra menjawab, "kami naik kapal untuk pergi ke desa Chuza, namun entah kenapa mereka menawanku."

Zena berusaha memberontak kepada pria itu, "lepaskan kami!"

Lyra menenangkan Zena, "biarkan saja Zena, lihat banyak dari mereka menatap kita. Percuma kita memberontak tetap kita akan ditangkap."

Pria berbaju zirah itu mengikuti beberapa penjahat lain yang ada di depan. Mereka membawa tawanan kedalam ruangan-ruangan seperti ruang tahanan.

Seorang penjahat menunjukkan tempat kemana pria berbaju zirah ini akan membawa gadis-gadis tawanan. Ketika ditunjukkan, penjahat itu meninggalkannya mengurus mereka sendirian dalam ruangan tersebut.

Kaki penjahat tadi akhirnya sudah menghilang dari jangkauan mata yang membuat pria berbaju zirah itu melepaskan tangan mereka.

"Lepaskan kami, kau sialan!" Lara hendak memukul pipi pria itu, namun pukulannya ditangkis oleh pria itu dengan cepat. Lara hanya kebingungan dengan tubuh mematung.

Pria itu membuka helm zirahnya selagi tangannya menahan tangan Lara, dan ya ternyata selama ini dibalik baju zirah ini ada sosok Mayya.

Lara dan Zena pun terkejut saat melihat ternyata itu adalah Mayya, "Mayya, kenapa kamu bisa disini?" tanya Lara dengan wajah kebingungan begitu pula dengan Zena yang mematung.

"Jadi selama ini!?" Zena membuka mulutnya.

"Tidak usah banyak tanya, mari kita keluar dari sini," jawab Mayya menghiraukan pertanyaannya, dan Lyra berjalan dengan cepat menutup pintu ruangan itu karena mereka memilih untuk lewat jendela ruangan itu.

Lyra kembali ke mereka, dan ia menuju jendela kapal itu. "Ayo!" seru Lyra setelah berhasil membuka jendela tersebut.

Ketiga temannya berjalan mengikuti Lyra, mereka juga keluar lewat jendela hendak melarikan diri dari kapal bajak laut ini.

"Apa yang harus kita lakukan?" tanya Zena karena sepertinya tidak ada jalan lain.

Lyra tersadar dan menunjuk ke salah satu perahu kecil dekat situ. "Ada perahu, bagaimana kalau kita melarikan diri menggunakan ini?"

Mayya sempat ragu dengan ide Lyra, namun apalah daya mereka pun setuju lalu mengangkat perahu kecil itu berempat untuk dibuang ke laut.

Setelah berhasil, Lyra naik duluan diikuti ketiga temannya. "Ayo, cepat-cepat!" kata Lyra dengan gerakan tangan agar mereka cepat naik perahu itu.

Setelah semua naik, "semua bersiap!" seru Mayya sembari ia memegang dayung perahu begitu juga dengan yang lainnya.

"Ayo dayung!" seru Lyra, keempat gadis itu mendayung bersamaan sehingga perahu itu terasa lebih cepat meninggalkan kapal bajak laut itu.

Namun ketika mereka masih kelihatan dalam jangkauan kapal tersebut, tiba-tiba ada satu pria yang sedang berjalan-jalan menuju jalan ke tempat ditaruhnya perahu tadi.

"Gawat, ia akan melihat kita dan akan melapornya dan kita akan ditangkap lagi!" ucap Lara panik.

Mendengar itu, Mayya dengan sigap menggunakan cara biasanya, ia mengangkat katapelnya dan batunya untuk membidik ke jendela.

Ketika di tembaknya dibagian kerangkanya, jendela tersebut mengakibatkan bunyi namun kacanya tidak pecah. Suara itu yang membuat pria itu masuk kembali ke ruangan itu untuk mengecek sumber suara.

Selagi pria itu tidak melihat mereka karena mengecek sumber suara dari jendela, mereka mempercepat dayungan mereka. "Ayo lebih cepat!" seru Lyra menyemangati.

Akhirnya kabut menutupi pemandangan kapal bajak laut  tersebut, dan mereka memilih untuk tidak kembali juga ke kapal besar yang sangat berbahaya itu karena mereka akan dicari disana.

Di atas perahu, mereka semua lega dan bangga dengan apa yang baru saja mereka lakukan. "Kita selamat! Untung saja!" ujar Zena terharu.

"Kau hebat Mayya!" puji Lyra.

Mayya tersenyum namun ia bernafas kencang karena capai. "Kalian juga hebat! Sekarang kita hanya akan bertahan hidup di laut ini tanpa sesuatupun."

Mereka saling memandang sesama di atas perahu, mereka juga mendiskusikan apa tujuan mereka sekarang.

MAYYATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang