Knock Knock
Zena mengetuk pintu rumah itu, namun sama sekali tidak ada jawaban dari penghuni rumah itu.
"Coba ketuk lebih keras," saran Mayya. Zena mencoba mengetuk lagi namun kali ini lebih keras, hasilnya nihil tetap tidak ada jawaban dari dalam rumah itu.
"Biar kucoba," lanjut Lara. Ia pun mencoba memegang gagang pintunya untuk membukanya, dan ternyata pintu itu tidak dikunci sama sekali.
"Lihat mereka tidak mengunci pintunya."
"Apakah kita coba masuk saja?" tanya Lyra.
"Hm.. aku ikut saja," jawab Mayya diikuti dengan anggukan Lara dan Zena.
Lyra akhirnya memutuskan untuk memasuki rumah tersebut, di dalam rumah tersebut terdapat berbagai furnitur bagus yang jarang ada di desa.
"Wah rumah ini bagus sekali," Lyra terus berjalan maju hingga ke dapur. Disitu terlihat ada beberapa buah-buahan di meja makan rumah itu.
"Aku mau coba," ucap Lyra sembari tangannya ingin mengambil buah itu.
Namun tangannya dihalau oleh Mayya, "jangan! kita tidak tahu buah itu masih bagus atau tidak!"
"Benar juga."
"Lihat! Bagaimana kalau kita keatas rumah ini?" tunjuk Lara setelah melihat tangga di rumah itu.
"Boleh ayo," ajak Mayya juga.
Mereka berempat meninggalkan dapur tersebut dan berjalan maju menuju tangga rumah itu. Namun ketika mereka ingin menaikinya, disitu terlihat dua kaki yang sedang menuruni tangga tersebut.
Keempat gadis itu kaget dan takut, "si-siapa itu!"
Orang itu terus menuruni tangga dan terlihat wajahnya, itu adalah wajah seorang pria dengan masker dan topi koboi di kepalanya.
"Ada apa kalian masuk rumahku?" tanya pria pemilik rumah itu di tengah tangga, namun suaranya terlihat sopan dan tidak membentak.
"Ma-maaf tuan, kami tadi mengetuk dan tidak ada jawaban jadi kami terpaksa masuk rumah ini," jelas Mayya apa yang terjadi.
"Kalian kelihatan lapar, mari ikut aku," ajak pria itu sambil lanjut menuruni tangga, keempat gadis itu memberi pria itu jalan.
Keempat gadis itu berjalan mengikuti pria itu dari belakang menuju dapur, "mari duduk!" ajak pria itu dengan sopan.
Keempat perempuan itu hanya mengangguk dan mulai menduduki kursi yang berada di meja makan rumah itu.
"Jadi kalian darimana saja? Siapa kalian?" tanya pria itu sambil mengambil beberapa makanan di lemari.
"Aku Mayya, ini Lyra, dan mereka Lara dan Zena. Kami baru saja diculik oleh beberapa orang di gudang peternakan disana," jawab Mayya memperkenalkan semua orang.
"Maaf atas kejadian itu, salam kenal kalian semua namaku Javid, aku bekerja sebagai peternak. Maksud aku petani."
"Salam kenal denganmu Javid," kata Lara dengan senyuman.
Namun Mayya mendengar kata 'peternak' membuatnya penuh curiga, siapakah pria ini?
Javid selesai dengan pekerjaannya, ia pun datang membawa beberapa makanan untuk dibawa ke beberapa gadis itu. "Mari makan! ini makanan favorit di desa ini!"
Mayya yang penuh curiga hanya tersenyum, ia memperingati Lyra dengan memegang pundaknya.
"Sebaiknya kita jangan makan makanan ini dan pergi saja," bisiknya pelan.
Lyra mengangguk setuju. Ketika Lara dan Zena ingin mencicipi makanan tersebut karena lapar, Lyra memperingati mereka dengan memanggil namanya.
"Lara, Zena. Bagaimana kalau kita pergi saja, kedua orang tuaku mencariku."
KAMU SEDANG MEMBACA
MAYYA
FantasyPetualangan gadis delapan belas tahun dari desa Celestria bernama Mayya dalam mengejar impiannya ke festival tarian desa Chuza bersama sahabatnya Lyra. Akankah impiannya tercapai? --- Jangan lupa vote, follow dan komen ya biar aku bisa buat cerita i...