Chapter 1: The Journey Begins

263 88 50
                                    

"Sedikit lagi!"

"Ayo, jangan menyerah!" itulah teriakan semangat dari seorang pria tua bernama Hikam Zephyr.

"Gimana caranya ayah?" tanya si gadis muda berumur delapan belas tahun itu setelah batu dari tembakan katapelnya meleset.

Hikam mendatangi gadis kecil itu, ia memegang bagaimana cara melakukan tembakan agar bisa mengenai sasaran. "Begini caranya."

Plekk.. buah apel pun jatuh dari pohonnya.

Gadis bernama Mayya Zephyr itu senang berteriak dan berlari mengambil apel itu serta memakannya.

"Berikan padaku ayah," ucap Mayya meminta katapel sembari datang setelah mengambil apel. Ayahnya memberikannnya lagi untuk kesempatan yang kesekian kalinya.

"Seperti ini cara kamu memegangnya," ucap Hikam sembari memperbaiki cara memegang yang benar.

Setelah ia melepaskan tangannya, ayahnya pun memundurkan langkahnya. "Fokus ke target!"

Plekk.. Akhirnya untuk pertama kalinya Mayya berhasil menjatuhkan buah apel.

Betapa senangnya Mayya, ia kini berlari mengambil apel itu lalu berlari lagi ke ayahnya memeluknya atas hasil latihannya selama ini.

"Ayah aku berhasil!"

"Aku bangga padamu nak, latihan lagi dan ingat fokus!"

Mayya mengangguk dengan gembira menatap ayahnya, ia pun kembali berlatih.

Ayahnya terus memerhatikan kemajuan anaknya dalam menembak hingga Mayya benar-benar sudah mahir. Diselang melatih anaknya, ayahnya juga bekerja sebagai pemahat kayu untuk menafkahi keluarganya.

-------

Sebulan sesudah Mayya terus berlatih di dekat rumahnya, ia adalah gadis pantang menyerah sampai ia benar-benar tidak pernah meleset dari targetnya.

"Sudahi latihanmu nak, dan bantulah ibumu di ladang," ucap Hikam menghentikan latihan Mayya yang kini dapat dibilang sudah mahir.

"Baik ayah," Mayya melangkah masuk kerumahnya dan menaruh katapelnya di tasnya. Ia kini sudah siap membantu ibunya di ladang yang tidak jauh dari sini.

"Ibu," teriak Mayya ketika ia melihat Eldoria yaitu ibunya yang sedang mengambil beberapa gandum di ladang.

Ibunya memerhatikannya dan memeluknya, "kenapa kau cepat kesini?"

"Tidak apa ibu, aku hanya ingin membantu ibu agar cepat selesai."

"Anak baik," ucap Eldoria dan kini ia melanjutkan mencabut beberapa gandum.

"Bentar ibu, aku mau tunjukin sesuatu buat ibu," ucap Mayya seraya mengeluarkan katapel dari tasnya.

Ia mulai memfokuskan matanya menuju ranting pohon dekat situ.

Plekk.. ranting pun jatuh ke tanah atas tembakan katapelnya.

"Hebat, nak," puji ibunya senang sembari mengelus-elus rambutnya. Kini kembali ke kebiasaan mereka, Mayya membantu ibunya mengambil beberapa gandum. Ditaruhnyalah beberapa di ember untuk dijual.

Hari sudah mulai malam, Eldoria dan Mayya merasa bahwa mereka sudah bekerja keras hari ini, dapat dibilang mereka memanen sangat banyak gandum hari ini. Mereka sedikit beristirahat sejenak lalu berdiri melangkahkan kaki untuk pulang.

Ketika mereka terus melangkah, tiba-tiba datanglah seorang gadis muda sebaya dengan Mayya memanggilnya, "Mayya!"

Ternyata suara itu berasal dari sahabatnya sendiri bernama Lyra Rasha yaitu gadis berambut ikal coklat tua. Mayya tertegun melihatnya, ia pun menghentikan langkahnya.

MAYYATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang