Winter bersandar di jendela mobil keesokan paginya, meminum sedikit kopi Ms. Yu sambil menelusuri email-email terbaru.
Subjek: Apakah Karina Yu berkencan dengan supermodel Jisoo Kim? Page six mengatakan demikian!
Subjek: Saya mendengar Karina sedang melihat cincin pertunangan untuknya kemarin...
Subjek: Give us the details ASAP, Winter!
Winter menghela nafas, merasakan sedikit rasa cemburu di dadanya. Dia berasumsi Karina sudah lama berkencan dengannya, karena setiap Senin sore jadwalnya selalu diisi dengan 'percakapan telepon bersama Jisoo,' dan dia tidak pernah mengizinkan Winter mencegat panggilan-panggilan itu. Panggilan itu langsung menuju saluran video private nya, dan tidak ada seorang pun yang diizinkan masuk ke ruangannya selama waktu itu.
Meskipun Page Six cukup akurat dalam segala hal, Winter belum pernah melihat Karina bersama orang lain sejak dia mulai bekerja untuknya, dan dia belum pernah mendengar Karina menyebutkan apa pun tentang kehidupan seksnya. Sejujurnya Winter tidak mengerti bagaimana dia bisa menemukan waktu untuk berkencan.
Lagi pula, jika Karina bisa menemukan waktu untuk melakukan hubungan seks/ one night stand, Winter yakin Karina tidak akan kesulitan mencari partner...
Winter membalas setiap email rekan kerja nya dengan 'Aku akan mencari tahu secepatnya,' tapi jika Winter menemukan kebenarannya, Winter tidak akan mengatakan sepatah kata pun kepada mereka. Winter sudah bersumpah bahwa dia tidak akan pernah menceritakan detail apa pun tentang kehidupan pribadi Karina kepada siapa pun. Bahwa, se brengsek apapun dia, Winter akan menyimpan rahasianya seperti Winter berharap kelak asisten eksekutif nya di masa depan akan menyimpan rahasia nya juga.
"Kita sudah sampai, Miss Kim." Kwon membukakan pintu belakang untuk Winter. "Haruskah aku berdoa untukmu sebelum kamu masuk ke dalam?"
"Berdoalah untuk kita berdua." Winter keluar dari mobil. "Aku akan membawamu bersamaku jika aku dipecat Kwon."
Kwon tertawa dan menunggu Winter masuk ke dalam bangunan sebelum kembali ke kursi pengemudi.
Winter naik lift ke lantai paling atas dan menempelkan kartu akses nya pada panel kunci penthouse Karina. Lalu dia menarik napas dalam-dalam sebelum membuka pintu.
Winter berjalan melewati dapur, ruang TV, dan ruang tamunya—dan akhirnya berhenti begitu tatapan coklat Karina bertemu dengan nya.
Karina sedang bersandar di jendela setinggi langit-langit yang menghadap ke Sungai Han, terlihat sangat seksi dengan kaus putih dan baggy jeans nya. Rambut hitamnya sedikit lebih berantakan dari biasanya, seolah dia baru saja bangun dari tempat tidur.
"Kamu boleh duduk sekarang." Karina memberi isyarat agar Winter duduk di sofanya.
Dia duduk di hadapan Winter dan meraih kopinya. "Haruskah saya berasumsi bahwa kamu tidak meminum kopi saya sedikit pun hari ini seperti biasanya?"
"I've told you countless times before that I don't drink your coffee. I don't like the extra vanilla you always request." jawab Winter
Karina memutar coffee cup yang hampir kosong di tangannya, mengetuk bagian di mana sisa lipstik merah Winter menodai tutupnya.
"Itu lipstik Kwon," kata Winter.
"I'm sure." Karina mengembalikan kopinya pada Winter, lalu mengetukkan jarinya ke lutut. "Saya ingin berbicara denganmu secara pribadi karena saya punya tawaran untukmu."
"Ya, saya ingin berhenti dari pekerjaan saya sebagai asistenmu mulai hari ini," ucap Winter penuh harap. "Terima kasih atas tawaranmu."
Bibir Karina membentuk senyuman tetapi dia tidak tertawa. "Saya sangat beruntung sepanjang karier saya, dan saya pikir saya telah mencapai posisi di mana saya mampu mengejar hal-hal yang saya inginkan. Would you agree?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Perfect Pretense [WinRina]
FanfictionDalam permainan sandiwara berisiko tinggi, Hazeline Winter seorang executive assistant diminta untuk berpura-pura menjadi tunangan CEO bernama Karina Adrienne selama satu bulan. Akankah cinta palsu mereka berujung pada sesuatu yang nyata atau justru...