Chapter 8

471 59 2
                                    

Hari ke—03

Winter menarik kelopak bunga di tangannya, mengalihkan perhatiannya dari wawancara yang kesepuluh hari ini. Sejak pukul tujuh pagi ini, dia duduk di sebelah Karina di ruang konferensi yang dingin, menjawab pertanyaan-pertanyaan di hadapan para reporter.

Sebagian besar pertanyaan sejauh ini adalah tentang Yu Industries, dan Winter berharap akan tetap seperti itu. Ada juga beberapa hal yang membahas kehidupan pribadi mereka ringan dan sederhana: Mengapa mengirim memo perusahaan tentang pertunangan? Sudah berapa lama kalian berdua saling jatuh cinta? Apakah Anda akan terus bekerja untuk Miss Yu setelah Anda menikah?

Winter hanya setengah memperhatikan pertanyaan saat ini. Dia masih kesulitan menghilangkan gambaran Karina yang telanjang itu dari pikirannya. Tadi malam (dan malam sebelumnya juga), Winter berfantasi tentang Karina yang menidurinya selama berjam-jam, sambil membenamkan jari nya jauh ke dalam kemaluannya dan setengah menjerit nama bosnya itu ke bantalnya.

Meskipun Winter telah memberi Karina silent treatment sejak kemarin pagi, dia tahu bahwa berada begitu dekat dengannya di luar kantor sudah menjadi sebuah masalah. Winter belum pernah merasa begitu gelisah karena Karina membuat hormon-hormonnya bergejolak.

"Terima kasih banyak atas waktunya," reporter dari Dispatch tiba-tiba berdiri. "Saya harap Anda mengizinkan tim saya dan saya melakukan wawancara lagi beberapa bulan setelah kalian kembali dari liburan."

"Tentu saja," ucap Karina sambil menjabat tangannya.

"Karena saya pewawancara terakhir, bolehkah saya memotret kalian berdua untuk dijadikan foto utama berita, Miss Yu?" reporter itu bertanya. "Itu juga jika tidak terlalu merepotkan kalian."

"That's up to the future Mrs. Yu," ucap Karina sambil menatap Winter. "Dia memberiku silent treatment sejak kemarin pagi, jadi kamu mungkin ingin bertanya padanya."

Winter menendang Karina dari bawah meja dan tersenyum kepada reporter. "Aku dengan senang hati mau mengambil foto untuk beritamu. Tapi, pencahayaan di luar sepertinya lebih baik. Apakah kamu keberatan jika kita keluar sana?"

"Sama sekali tidak."

Winter menatap Karina, dan mereka berdiri. Saat mereka berjalan ke pintu, Karina meletakkan tangannya di punggung Winter, langsung membuat saraf Winter bergejolak.

"Mau kemana kalian?" Giselle berdiri dari bangku saat mereka melangkah keluar.

"Dispatch ingin mengambil foto kita," ucap Karina.

"Oh, bagus! Kalau begitu, ini adalah kesempatan sempurna bagi kalian untuk akhirnya saling berciuman. Menurutku itu akan menjadi foto pertama yang bagus, terutama dengan publikasi ini. Tolong buatlah agar fotonya terlihat dapat dipercaya."

"I don't think that's a good idea at all ..." ucap Winter.

"And why is that?" tanya Karina.

"Karena Giselle bilang itu harus bisa dipercaya." Winter berbohong, mengetahui bahwa itu adalah ide cemerlang dan dia ingin melakukannya. "Aku juga masih memerlukan beberapa hari-bahkan berminggu-minggu lagi, untuk melupakan bahwa kamu adalah bosku...dan brengsek."

"Nah disini bagus!" reporter itu berbalik dan memasang tripodnya. "Bisakah kalian berdua mundur sedikit dan berdiri lebih dekat ke air mancur? Dan maaf, Giselle, tapi aku tidak terlalu membutuhkanmu dalam hal ini."

Karina meletakkan tangannya di punggung Winter, dan mereka berdua memaksakan senyum.

Reporter itu menyesuaikan lensanya beberapa kali lagi dan kemudian dia mengangkat jarinya. "Ok, snapping your picture dalam tiga...dua...
Sebelum reporter bisa mencapai angka satu, Karina memutar tubuh Winter dan menariknya mendekat. Dia menempelkan bibirnya ke bibir Winter, mencium Winter begitu dalam sampai membuat Winter lupa bernapas.

Perfect Pretense [WinRina]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang