Hari ke—10
Bibir Winter masih bengkak akibat cara Karina menciumnya di private yacht kemarin. Sayangnya, malam ini adalah awal dari "bisnis yang sebenarnya". Mereka saat ini sedang duduk di hadapan Mama, Jaehyun, dan Giselle, dan sebagai tamu kehormatan mereka—Mr. Watson—menceritakan kisah paling membosankan yang pernah Winter dengar.
Watson tiba di Suwon kemarin, dan dia langsung mengambil kendali perjalanan ini. Dia mengajak Karina bermain golf di pagi hari (Watson dapat menilai tentang seorang pengusaha wanita dari cara dia bermain golf), mentraktir Winter dan Mama makan siang pribadi (Watson ingin berbicara dengan dua wanita yang mengenal orang di balik kesepakatan bisnisnya.), dan bersikeras untuk melakukan tur ke Suwon dengan perahu karena dia hanya ingin melihat apakah Karina adalah seorang pelaut sejati. (She was.)
"Jadi, waktu itu saya menoleh ke CFO saya dan berkata, menurut saya tidak!" Mr. Watson mengusap rambutnya yang mulai memutih. "Ceritaku lucu bukan? HAHAHAHHA"
Giselle tertawa paksa, dan mereka semua hanya menatapnya—tidak yakin apakah itu akhir dari kisah Watson yang tak pernah berakhir atau merupakan prolog malang bagi kisah lainnya.
"Permisi," ucap Mr Watson sambil berdiri dari kursinya. "Apakah ada tempat di mana saya bisa merokok sebelum hidangan penutup?"
"Saya juga." Giselle juga berdiri.
"Akan kuantar kalian berdua ke tangga," ucap Mama sambil mengangkat Jisoo dari kursinya. Dia berjalan melewati Winter dan merendahkan suaranya. "Apakah kamu keberatan jika Cooper tidur dengan Jisoo malam ini? Dia ingin aku bertanya padamu"
"Aku tidak keberatan" Winter tersenyum.
"Oke aku akan segera kembali, dan kita akan makan makanan penutup kalau begitu." Mama menuntun mereka jauh ke lorong, dan Jaehyun mengumpat pelan.
"Jadi, apakah ini bagian di mana kami harus terus menjadi pendukungmu untuk pria Watson itu?" Jaehyun melemparkan serbetnya ke atas meja. "Kamu tidak pernah menjawab pesanku tentang perjalanan ini, Adrienne."
"Dan aku tidak pernah berencana melakukannya."
"Kalau begitu, kurasa aku benar." Jaehyun berdiri dari meja.
"Papa pasti akan malu padamu saat ini, asal kamu tahu saja. Dia mungkin berguling-guling di dalam kuburnya, sangat kecewa dengan apa yang telah terjadi padamu."
"Memangnya apa yang telah terjadi padaku?"
"Sandiwara sialan lainnya." Jaehyun melihat ke arah Winter. "Permisi, aku rasa aku tidak akan lagi berperan sebagai kakak laki-laki yang penyayang malam ini. Aku sarankan kamu melakukan hal yang sama, Winter. Aku tidak tahu bagaimana dia menyeretmu ke dalam kepura-puraan omong kosong ini." Jaehyun meninggalkan rumah dan membanting pintu saat hendak keluar.
Rahang Karina mengeras dan dia meremas tangan Winter di bawah meja.
"Apakah kamu perlu mencari udara segar?" tanya Winter, tapi Karina tidak menjawab. Dia tetap diam, meremas tangan Winter setiap beberapa detik, sambil mengumpat kata kasar di antaranya.
Saat Giselle, Mama, dan Watson kembali ke meja, dia kembali ke mode bisnisnya.
"Pada hari apa Anda ingin memeriksa dokumen akhir lagi, Mr. Watson?" Karina bahkan tidak meminta Mamanya dan Winter menjauh saat mereka mendiskusikan bisnis. "Saya tidak akan berada di Suwon terlalu lama, dan saya ingin menghabiskan lebih banyak waktu dengan tunangan saya."
"Tentu saja, tentu saja," ucap Mr Watson. "Well, sebenarnya saya benar-benar tidak punya banyak waktu untuk memeriksa semua dokumen itu."
"Kamu sudah memiliki waktu enam bulan lebih..." Karina dan Winter bergumam pelan, serempak. Giselle menatap mereka berdua dari seberang meja.
![](https://img.wattpad.com/cover/361540222-288-k432929.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Perfect Pretense [WinRina]
Fiksi PenggemarDalam permainan sandiwara berisiko tinggi, Hazeline Winter seorang executive assistant diminta untuk berpura-pura menjadi tunangan CEO bernama Karina Adrienne selama satu bulan. Akankah cinta palsu mereka berujung pada sesuatu yang nyata atau justru...