❈ Chapter 6

133 15 36
                                    

-----------------------------------------------------------

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

-----------------------------------------------------------

"His mind was that of a great and powerful intellect, but yet, it was perhaps the most dangerous mind that has ever crossed my path."

— Arthur Conan Doyle (The Adventure of the Bruce-Partington Plans)

-----------------------------------------------------------


"kita akan main 3 putaran, yang menang 2 kali adalah pemenangnya"

"Baiklah. "

Permainan dimulai Abel mulai mengocok kartu tersebut lalu membagikannya kepada Blair dan dirinya, tujuh kartu pada masing-masing pemain. Setelah membagikan tujuh dia meletakkan kartu sisanya diatas meja dalam keadaan tertutup.

Blair mengambil kartunya dan mengecek kartu apa saja yang dia miliki.

"Hm.. ada 4, 5, 7 wajik, aku butuh 6 wajik untuk melengkapinya. Disini juga ada 2 kartu king, sisanya buruk."

"Kau bisa mulai lebih dulu." Ucap abel.

Blair membuang kartu 2 semanggi yang memang terpisah dan tidak bisa disatukan dengan kartu lainnya, setelah itu dia mengambil kartu dari kartu yang terbalik.

"Aggh.. sial tidak bagus."

Saat mencapai gilirannya Abel mula tersenyum licik dan mulai menurunkan kartunya.

"Tripel Queen."

Blair terkejut karena baru saja mulai pria itu sudah main gas saja untuk mengalahkannya. Blair kembali membuang kartu yang tidak penting dan berharap kali ini dia akan mengambil kartu yang bagus. Blair mengambil kartu dan matanya terlihat berbinar.

"4, 5, joker, 7. "

"Ouu.. boleh juga, apa kau yakin mengeluarkan joker mu untuk sekarang."

Ruangan terasa tegang karena saat mereka sedang bermain, biasanya permainan kartu dimainkan dengan santai disaat sedang berkumpul dengan banyak orang. Tetapi kali ini mereka mempertaruhkan kedua harga diri mereka untuk menjadi pemenang.
Beberapa menit berlalu dan kedua orang yang memiliki kecerdasan yang seimbang itu terus melawan tanpa henti.

Sampai Abel menutup kartu terkahir nya dan itu membuat Blair menjadi berkeringat dingin.

"As.."

"Kau..." Blair berdecak kesal, karena ditangannya masih ada dua kartu lagi.

"Aku menang.."

Blair menghela nafas dan meletakkan kartunya diatas meja, ronde pertama dimenangkan oleh abel. Kali ini Abel membiarkan Blair yang mengocok kartunya dan membagikannya, setelah membagikannya Rode kedua pun dimulai.
Blair merasa kali ini dia tak boleh kalah, jika dia kalah maka sudah pasti dia akan hidup dibawah kendali dari pria itu.

Love ArmyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang