Segelas kopi panas sudah berada di tangannya, di sebuah cafe kecil di ujung jalan seberang sungai Han. Kakinya dihentak-hentakan kecil sebagai bentuk perlawanan terhadap dingin yang mencekat. Hari ini Kyungsoo salah mengenakan mantel tipis. Salju sungguh mengamuk hari ini.
Sambil menunggu badai salju agak mereda, Kyungsoo membuka ponselnya untuk sekedar berselancar sebentar di akun sosial medianya. Bukan untuk apa-apa, hanya memastikan grup band favoritnya tidak merilis album secara tiba-tiba.
Seluruh penjuru cafe tampak penuh. Hanya tersisa satu kursi kosong di depannya, kursi yang memang menjadi satu set dengan meja yang ia tempati saat ini.
Karena terlalu larut dalam kegiatannya mencari sesuatu yang menarik di internet, Kyungsoo tersentak kaget ketika seseorang meminta izinnya untuk menduduki kursi kosong itu. Seorang pria jangkung dengan setelan mantel tebal dan sepatu kets tipis membalut kakinya yang tanpa kaus kaki.
"Bolehkah saya menempatinya?" Tanya Pria itu, memindai seluruh sudut cafe sambil berkata, "hanya satu kursi ini yang bisa saya duduki sekarang."
Kyungsoo mengangguk pelan. Kyungsoo tidak bisa melihat wajah pria itu dengan jelas sebelum masker hitam menutupi wajahnya itu dibuka. jantungnya berpacu cepat, tubuhnya menghangat, dan ujung bibirnya terangkat sedikit.
Astaga! Siapa pria ini?
Pria itu tidak sadar bahwa Kyungsoo sedang memperhatikannya melakukan setiap detail kecil yang ia lakukan, termasuk caranya menyibakan rambut yang membuatnya tampak seksi.
"Wah... tidak menyangka jika salju akan mengamuk tengah hari begini." kata pria itu membuka pembicaraan. "Aku yakin kau juga belum bersiap menghadapi badai salju hari ini. Mantelmu terlalu tipis untuk cuaca hari ini."
"Ya. Aku baru saja selesai dari penatu." Balas Kyungsoo, menunjukan sebuah tas besar berisikan baju-bajunya yang telah dicuci bersih.
"Kalau aku baru saja datang dari bekerja dan sedang ada janji dengan temanku di toko buku di dekat sini. Dia belum datang jadi aku menunggu disini. Lagi pula tidak rugi karena minuman disini enak dan harganya cukup terjangkau." Pria itu berbicara panjang lebar. Kyungsoo mendengarkannya dengan sabar karena pada dasarnya, Kyungsoo lebih suka mendengarkan daripada berbicara.
Celotehannya hanya Kyungsoo tanggapi dengan jawaban sekedarnya, hanya sekedar merespon. Kyungsoo hanya ingin menghargai pria di depannya ini bercerita tentang segala hal tentang kehidupannya; hewan peliharaan, keluarga, pekerjaan, bahkan kebiasaan buruknya yang menurut Kyungsoo adalah hal yang lucu. Sampai sebuah pemberitahuan panggilan masuk terlihat di ponsel pria itu. Tanpa meminta izin pada Kyungsoo, pria itu mengangkat panggilan itu.
"Kau sudah sampai? YA! Kenapa baru meneleponku?! Bagaimana keadaanmu sekarang? Baiklah aku akan kesana." Kata pria itu menjawab setiap pernyataan. "Maafkan aku tapi aku harus pergi sekarang. Temanku mengalami musibah karena aspal yang licin. Aku harus kesana untuk melihat keadaannya. Terima kasih atas kursinya. Maaf jika aku terlalu banyak bicara." Kata pria itu terburu-buru.
"Tidak apa-apa. Sampaikan salamku untuk temanmu." Balas Kyungsoo.
"Aku ku sampaikan. Senang bertemu denganmu! Aku pergi!" Pria itu pamit untuk yang terakhir kalinya sebelum berlari keluar gedung.
Ada satu hal yang membuat Kyungsoo menyesal. Bagaimana bisa mereka belum saling berkenalan satu sama lain? Padahal, Chanyeol sudah menceritakan hampir sebagian besar dari kehidupan pribadinya.
Kyungsoo hanya tersenyum, menghabiskan coklatnya yang sudah mulai dingin, dan pulang. Namun sebuah benda tergeletak di atas kursi kosong di depannya, sebuah benda persegi berbahan kulit sintetis yang sudah tampak banyak kelupasan. Kyungsoo yakin ini milik pria jangkung tadi. Niat Kyungsoo saat ini berubah karena ia ingin segera mengembalikan dompet itu. Saat akan menyebrang tiba-tiba seseorang menepuk kecil pundaknya. Pria itu datang lagi dengan wajah penuh harap.
"Permisi, maaf jika kau harus bertemu denganku lagi. Apa kau melihat dompetku? Sepertinya tertinggal di dalam."
"Ini?" Kata Kyungsoo menunjukan temuannya tadi.
"Benar! Terima kasih banyak! Maaf jika aku membuatmu merasa kerepotan!" Kata pria itu membungkuk, mengungkapkan rasa syukurnya kepada Kyungsoo.
"Aku baru saja akan mengembalikannya, Chanyeol-ssi." Kata Kyungsoo yang pada akhirnya mengetahui nama pria yang sedari tadi menemaninya meski dalam waktu singkat. Terima kasih pada kartu identitasnya.
"Hei, tidak adil! Kau sudah tahu namaku sedangkan aku belum tahu namamu." Katanya memasang wajah agak kecewa.
"Do Kyungsoo." Kata Kyungsoo mengulurkan tangannya yang mendapatkan sambutan baik dari Chanyeol.
"Aku sungguh ingin berbincang lebih lama denganmu, Kyungsoo-ssi tapi aku harus segera ke rumah sakit. Sekali lagi terima kasih. Aku pergi!"
Kyungsoo lega akhirnya bisa mengetahui panggilannya. Bukan untuk sesuatu yang buruk, hanya saja ia berpikir jika suatu saat bertemu lagi, Kyungsoo sudah tahu bagaimana harus memanggilnya.
Kyungsoo memilih untuk kembali pulang karena urusannya dengan Chanyeol sudah rampung lebih awal. Kyungsoo harus segera berlindung dari dinginnya angin yang berhembus, yang membuat hidungnya meler seharian. Baru beberapa langkah menuju arah pulang, kyungsoo berhenti untuk merutuki kebodohannya.
"Sial! Bagaimana bisa aku lupa untuk meminta nomornya?!"
Well, bisa apa dia! Setidaknya Kyungsoo masih bisa bersyukur karena bisa mengenal Chanyeol meskipun secara tidak terencana dan begitu singkat.
I was enchanted to meet you, Chanyeol-ssi...
THE END
KAMU SEDANG MEMBACA
LITTLE THINGS THEY DO - SHORT STORY COMPILATION OF CHANSOO
FanfictionKompilasi cerita pendek CHANSOO (Chanyeol X Kyungsoo) karyaku sendiri. Beberapa karya sempat diunggah via X dan ada beberapa karya baru yang belum pernah dipublikasikan dimanapun sebelumnya. Selamat membaca!